Dua hari berikutnya Kevin dan Zara baru saja akan menuju ke tempat bulan madu berikutnya tiba-tiba suara Jenni terdengar nyaring.“Kak Zara,” panggilnya.Kevin dan Zara menoleh.“Jenni?” gumam Zara tak percaya pada penglihatannya.Ternyata niat Jenni menyusul Kevin dan Zara ke kota tempat bulan madu mereka benar-benar serius. Jenni berangkat dengan tekad bulat dan alasan yang sudah matang. Ia hendak menemui kakak angkatnya, Zara, dengan alasan ingin mencari pekerjaan di kota itu. “Ternyata beneran Kak Zara, aku pikir aku salah orang,” ucapnya setelah berada di depan Kevin dan Zara di salah satu bandara yang ada di kota itu.Begitu tiba, Jenni mengendalikan emosinya dengan penuh kesabaran. Hatinya sesak, berkecamuk antara rasa suka pada Kevin dan rasa kasihan pada Zara. “Kenapa kau ada di sini? Jauh ya liburannya?” tanya Kevin ketus. Pria itu memeluk Zara dari belakang mempertontonkan kemesraannya di depan Jenni. Kendati getir, Jenni berusaha untuk tidak menampilkan rasa kesalnya d
Satu minggu setelah kembali dari bulan madu, Kevin ada pertemuan selama tiga hari bersama para pengusaha di seluruh dunia.Dia mengajak Zara untuk ikut bersamanya seolah tak ingin jauh sedikitpun dari sang istri.“Ah ternyata sudah jam delapan malam, pantas saja aku sangat lelah,” gumam Kevin saat baru saja melangkah keluar dari ruang pertemuan.Dia terus melangkah keluar berniat segera menuju ke dalam kamar hotelnya.“Zara lagi ngapain ya, aku bisa se-bucin ini sama dia,” Kevin bermonolog. "Kevin...!" teriak Veronica dengan sedih, suaranya begitu pilu, namun tetap menyeruak ke telinga mantan kekasihnya. Merasa ada yang memanggil namanya, Kevin menghentikan langkahnya sejenak dan terkesiap, seakan mendengar hantu masa lalunya. Suara yang begitu familiar itu menggelitik penjuru hatinya yang telah lama ditinggalkan. Memegang nafasnya, ia berani membalikkan tubuhnya, menatap suara orang yang sedang memanggilnya.“Dia lagi,” gumam Kevin menahan kesal.Ternyata benar, wanita itu-lah yan
Keesokan harinya, Dimas menghubungi Kevin melalui panggilan telepon. Kevin, yang hampir berangkat ke tempat pertemuan, pun memilih untuk duduk kembali, menerima telepon dari sang asisten. "Ada apa, Dimas?" tanya Kevin pada asistennya. "Ada tiga kabar baik dan satu kabar buruk, Tuan. Anda mau dengar yang mana dulu?" tanya Dimas di seberang telepon. "Yang baik dulu saja, deh," jawab Kevin. "Kabar baik yang pertama, Mario Baron sudah ditangkap polisi. Semua aset yang masih tersisa sudah disita oleh polisi. Jaringannya juga sudah dibubarkan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya, yang meresahkan dunia bisnis selama ini, juga ikut ditangkap." Kevin tersenyum mendengar berita baik pertama yang disampaikan oleh Dimas. Ini adalah kabar yang mereka tunggu-tunggu sejak dulu. Kegelisahan dalam dunia bisnis akhirnya mendapat titik terang dan keadilan mulai menemui jalannya."Lalu, kabar baik yang kedua?" tanya Kevin dengan nada penasaran yang amat mendalam."Raras terjerat skandal
Di rumah Daniel, suasana genting merajai setiap inci ruangan. Beberapa waktu lalu, teriakan dan celaan tajam menggantung di udara, seolah-olah mampu menyesakkan dada orang yang mendengarnya.Rumah yang semestinya menjadi tempat yang nyaman seketika berubah menjadi medan pertempuran kecaman, saat keluarga istri sah pria yang tertangkap bersama Raras di hotel itu, menyerbu rumah Daniel dengan amarah membara. "Papa sama sekali tak pernah menyangka kau bisa serendah ini, Raras!" bentak Daniel dengan wajah merah padam. Air mukanya menampakkan kekecewaan mendalam yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. "Mama juga tak menyangka kau tega berbuat demikian dan merendahkan martabatmu sebagai wanita. Kami pikir dengan kau bersekolah dan menempuh pendidikan di kampus terbaik di dunia, kau akan menjadi anak kebanggaan kami. Ternyata, kau malah mencoreng nama baik keluarga!" Sang mama menyahut dengan suara gemetar, air mata kecewa tak mampu ia tahan lagi. Kedua orang tua Raras terhemp
"Apa sebaiknya aku keluar dulu dari rumahmu, Daniel? Aku merasa bersalah numpang di sini, terlebih saat kau sedang menghadapi masalah," ucap Galen dengan penuh perasaan kepada Daniel. Daniel menggeleng, seraya memandang tajam ke arah jauh, "Tidak perlu. Masalah ini juga akan berlalu, kita harus tetap fokus pada tujuan awal kita, yaitu mengambil alih segala sesuatu yang menjadi milik Kevin." Galen mengangguk tegas, menunjukkan dukungannya. "Lalu, bagaimana kabar anakmu?" tanya Daniel, seakan ingin tahu pergerakan lawan-lawannya. "Dia sudah berhasil membohongi Zara dan Kevin soal hubunganku dengan Jenni yang tengah di ujung tanduk. Bahkan Jenni sudah menempati satu unit apartemen milik Kevin," sahut Galen, bangga akan pencapaian anaknya. "Bagus, semoga semua berjalan sesuai rencana. Beri tahu anakmu agar berhati-hati dan jangan bertindak gegabah," tukas Daniel."Tentu saja, nanti aku akan sampaikan pada Jenni," balas Galen, penuh keyakinan bahwa mereka akan berhasil meraih kemenang
Setelah selesai makan siang Kevin mengantar sang istri ke kamar dan ia akan kembali ke ruang pertemuan.Zara berjinjit berniat untuk bisa mengecup bibir sang suami sekilas, jujur niatnya hanya sekilas sebelum nanti ia mengecup punggung tangan suaminya, seperti biasa yang mereka lakukan sebelum Kevin kembali ke ruang pertemuan.Namun siapa sangka pria itu malah menahan tengkuk kepala sang istri lalu mulai melumat bibir istrinya penuh hasrat.Kevin pun mulai melesakkan lidahnya, saling membelit satu sama lain hingga Zara dan Kevin meminjamkan mata.Mereka berdua sama-sama menikmati permainan bibir tersebut.Sampai akhirnya Zara kembali terdengar mendesah karena merasa permainan lidah sang suami sungguh membuatnya menjadi terangsang.Tidak hanya Zara, tapi Kevin pun merasakan hal yang sama, karena sesuatu di bawah sana sudah mulai tegang.Kevin menyentuh tangan kanan Zara, tanpa melepaskan c**man yang sedang mereka nikmati berdua, ia dengan sengaja meminta Zara untuk menyentuh bagian int
Esok harinya, Kevin baru saja bersiap untuk kembali ke rumah di kota West Country. Tiba-tiba, ponselnya berdering.Ternyata yang menghubungi Kevin adalah sang asisten, Dimas. Kevin bergegas menekan tombol berwarna hijau agar segera bisa berkomunikasi dengan Dimas. "Halo, Dimas. Ada apa?" tanya Kevin dengan suara bersemangat."Tuan, ada kabar baik dari rumah sakit. Katanya, mertua Anda sudah mulai mengingat masa lalunya. Dokter menyarankan keluarga kandung pasien agar segera datang, minimal bisa memberi semangat bagi pasien untuk pulih," jelas Dimas dengan nada gembira. Hatinya berbunga, Kevin merasa seakan beban berat telah terangkat dari dadanya. Ia menahan haru, "Benarkah ini, Dimas?" tanyanya dengan suara bergetar. "Buat apa saya berbohong, Tuan?" sahut sang asisten dengan nada meyakinkan.“Baiklah. Kami akan pulang hari ini, siang nanti harusnya sudah sampai. Aku ingin kau menjemput kami di bandara, lalu kita langsung menuju rumah sakit. Istriku pasti akan sangat senang menden
Begitu tiba di bandara, Dimas segera menjemput Kevin dan istri tercinta, bersama-sama mereka melaju menuju Rumah Sakit Jiwa tempat sang Papanya Zara dirawat. Rasa cemas menyelimuti hati Zara yang berdebar kencang, bagaimana jadinya kalau sampai sang Papa tidak mau mengakuinya sebagai anak, sebab selama ini tak sekalipun mereka pernah bertemu. Rasa penasaran itu tumbuh begitu besar dalam diri Zara, bahkan ia hanya mengetahui tentang keberadaan sang Papa melalui cerita suaminya. Melihat istrinya begitu gelisah, Kevin meraih tangan Zara dan memberikan sentuhan hangat untuk menenangkan hati wanita cantik itu."Percayalah, sayang. Semua akan baik-baik saja, berjalan sesuai dengan rencana dan harapan kita," ucap Kevin menenangkan sang istri.Wanita cantik itu mengangguk lemah, menyetujui ucapan suaminya."Terima kasih atas dukunganmu, Sayang," jawab Zara dengan tulus, sembari mencoba mengusir ketakutan dalam hatinya dan mempersiapkan diri menghadapi pertemuan yang ditunggu-tunggu.Tak la