“Jadi dia tetap tidak mau membahas ini dengan kalian?” tanya Kevin pada bawahannya. Hari ini pemilik perusahaan kecil yang sengaja menghentikan untuk mengirim bahan bakunya ke Adamson Corporation sudah mau memenuhi undangan untuk datang. Akan tetapi tetap saja dia menolak untuk melakukan diskusi dengan tangan kanan Kevin di kantor.Pemilik bahan baku itu juga meminta harganya untuk menaikan dua kali lipat dan ingin agar bertemu langsung dengan Kevin tidak dengan yang lain.Kevin mendengus pelan lelaki tampan sejuta pesona itu sedang berdiri di samping jendela menatap ke bawah di keramaian kota West Country.Pria itu juga menatap gedung-gedung pencakar langit yang berada di sekitar perusahaan miliknya.Sebab memang gedung Adamson Group dibangun di wilayah khusus perkantoran.Jadi di sekitarnya memang padat area kantor baik perusahaan swasta maupun BUMN.“Benar Tuan, beliau tetap menolak untuk melanjutkan meeting bila bukan anda langsung yang memimpin meeting,” ucap Dimas memberi lap
“Terima kasih Tuan,” jawabnya.Sang presdir lantas duduk di kursi kebesarannya sambil menyilangkan kedua kakinya.Pria tua itu menggeram dan menarik tangannya kaku. Suara bariton sang presdir membuat nyali pria tua itu sedikit menciut.Padahal tadi dia begitu menggebu-gebu ketika berhadapan dengan Daffa, Dimas dan juga beberapa tim produksi.Sambil menghela nafas panjang pemilik bahan baku itu pun duduk di hadapan Kevin.‘Kenapa suasananya mendadak horor?’ tanyanya di dalam hati.Pria tua itu lantas mengelap keringat di dahinya meski ruang meeting itu memiliki pendingin udara yang sudah bekerja dengan maksimal.Ia baru tersadar, pria muda di depannya itu bukan sembarang orang yang mudah untuk ditaklukkan.Perusahaan yang berdiri megah di kota West country dan memiliki banyak anak cabang di seluruh dunia.Bahkan perusahaan itu seratus kali lipat lebih besar dari perusahaan pemilik bahan bahan tersebut.Tapi perusahaan Kevin sedang membutuhkan kerja samanya sekarang. Seharusnya dia b
Pria tua itu semakin ketakutan saat Kevin menerima telepon dari seseorang.“Anda sudah mengacaukan jadwal kerja saya dengan hal sepele macam ini. Anda dan anak anda harus menerima ganjarannya.”Pria tua itu berlutut di depan Kevin, tapi sang presdir memintanya untuk berdiri.Sebab apapun yang dia lakukan tak bisa meredam amarah Kevin.“Tolong jangan lakukan itu pada anak semata wayang saya, Tuan. Saya mengaku kalau saya bersalah pada anda dan bawahan anda, Tuan. Saya tidak akan memberi syarat apapun," jelasnya gugup.Kevin menoleh ke arah Dimas dan berujar tegas, "segera lakukan, Dimas!"Suara Kevin sedikit membentak Dimas hingga membuat semua yang ada di ruang meeting ketakutan.“Tuan, Anda bisa meminta apapun dari saya. Tapi tolong, jangan hancurkan karir anak saya. Ini adalah impiannya sejak kecil Tuan." Pria tua itu kembali menghiba. Ia menatap Kevin dengan pandangan memelas dan penuh permohonan.Bagaimanapun dia sudah membangunkan macan tidur. Apa jadinya jika sang anak kesayan
“Tuan, ada Nona Raras datang ingin bertemu dengan anda.”Dimas dan Kevin baru saja sampai di kantor setelah tadi sempat mengunjungi proyek.“Mau apa lagi dia datang?”“Saya tidak tahu Tuan. Katanya penting,” sahut Dimas.Kevin menghela nafas kasar. Ini salah satu yang tidak dia sukai ketika pulang ke Kotanya.Bila bukan sang Paman maka sang sepupu yang terobsesi padanya yang akan mengganggunya.Pintu ruangan Kevin terbuka padahal Dimas masih ada di dalam ruang kerja sang atasan.“Kenapa anda masuk sebelum mendapatkan izin Nona?” tanya Dimas kesal.“Memangnya kenapa? Ini kantor calon suamiku!”Dengan penuh percaya diri wanita itu mengaku sebagai calon istri sang presdir.Kevin meminta Dimas untuk keluar karena dirinya enggan berdebat.Tenaganya sudah habis berdebat dengan pria tua pemilik bahan baku itu.Dimas pun segera pergi dari ruangan bosnya.Kevin menatap Raras dengan tatapan tak terbaca, tapi wanita itu menganggap kalau Kevin sedang terpesona padanya.‘Jantungku berdebar kencan
"Mau ke mana kau Irfan?" teriak sang papa memanggil Irfan.Langkah Irfan terhenti ketika melihat sang Papa ada di ruang keluarga, dan melihatnya menuruni anak tangga menuju ke pintu keluar rumahnya."Pergiiiii …." sahutnya.Ia hanya berhenti sesaat, namun kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke arah sepasang suami istri yang begitu menjijikkan di mata Irfan.Bagi Irfan wanita itulah yang menyebabkan sang Mama meninggal.Karena pertengkaran antara Papanya dan Mamanya terjadi, saat sang Mama mendapati Papanya berada dalam satu kamar hotel bersama wanita lain, yang merupakan mama tirinya sekarang.Sejak saat itulah sang Mama memilih untuk mengakhiri hidupnya, beliau tak sanggup dikhianati oleh suaminya.Wajar bila Irfan sangat membenci sepasang suami istri itu."Irfan berhenti, ada yang mau Papa bicarakan." Irfan yang hampir membuka pintu utama, terpaksa menghentikan langkahnya.Bila tidak ia tahu sang papa akan terus mencarinya meski ke ujung dunia.Irfan membalikan badan menol
“Ada apa ini Paman?”Kevin beru menginjakan kaki di ruang meeting kantor sang paman.Ternyata warisan kakeknya Kevin dari pihak sang mama diambang kehancuran.“Paman tidak sanggup menyelesaikan masalah hutang ini,” tutur Daniel di depan orang banyak.Para petinggi di kantornya sedang meeting karena hutang Daniel terlampau tinggi.“Silahkan duduk Tuan muda,” ucap asisten Daniel.Kevin dan Dimas mengangguk.Daniel menyodorkan berkas pada sang keponakan, dan berharap Kevin bisa membantunya kali ini.“Vin, tolonglah Paman. Kau tahu sendiri Paman sudah tak punya siapapun selain kau, Vin,” tuturnya.Kevin membuka berkas yang disodorkan sang paman, “kenapa bisa separah ini Paman?” Kedua alis Kevin saling bertautan saat membaca data tak masuk akal itu.“Logikanya kalau cara kerja paman seperti ini perusahaan Kakek pasti akan bangkrut dalam waktu beberapa bulan lagi.”Daniel tak berani menjawab, kali ini dia harus mengalah agar Kevin mau membantunya.“Makanya Paman minta tolong padamu Vin, se
“Apa kau sudah gila?” Justru Daniel memanfaatkan rasa suka sang anak demi bisa menguasai harta Adamson.Permintaan konyol macam apa ini! pikir Daniel.“Paman tidak bisa mencegah Raras untuk tidak menyukaimu,” ucap Daniel.Kevin tersenyum kecut.“Apa gunanya jadi orang tua kalau tak bisa menasehati anak? Masa kalah dari orang yang sejak kecil ditinggal orang tua.”Kevin mematikan laptopnya setelah menyalin semua data.“Kevin punya hak atas hidup Kevin. Dan Kevin muak dengan tingkah kalian. Sekarang terserah Paman, Kevin akan mengimbangi.”Kevin berjalan keluar dari ruang meeting di susul oleh sang asisten. Tak berselang lama Kevin mendengar suara barang-barang yang dibanding.Dia yakin tak lama lagi sang paman pasti akan mencarinya.Dimas dan Kevin masuk ke dalam mobil, dan keduanya kembali berdiskusi.“Dimas, tolong minta pihak bank untuk memblokir semua rekening perusahaan kakek. Kita harus segera mengatasi krisis ini.”“Baik Tuan.”Diman mengambil ponsel pintarnya menghubungi pihak
“Katakan tawaran kerjasama macam apa?”“Saya akan terima tawaran kerjasama yang pernah anda ajukan dulu, namun dengan satu syarat-”Kevin memperbaiki duduknya menunggu reaksi pria tua yang rahangnya sudah mengetat.“Anda harus membiarkan saya mengambil surat-surat berharga milik mendiang kakek saya, lalu melimpahkan semua utang-utang Daniel padanya. Saya jamin dia tidak akan pernah lari dari masalah ini. Tapi saya tetap meminta Anda memberinya waktu untuk menyelesaikan tunggakannya di sini.”Jujur tawaran dari Kevin sangat menarik, sejak dulu perusahaan miliknya ingin bekerja sama dengan Adamson Corporation.Tetapi seperti biasa Kevin selalu menolak dengan alasan belum ingin menambah bisnisnya lagi.Kevin dan Dimas saling tatap karena mereka yakin apa yang Kevin tawarkan pastinya akan diterima oleh pria tua ini.“Baiklah, besok saya akan datang ke kantor anda jam sepuluh pagi. Apa saya perlu membuat janji?”Kevin tersenyum, apa yang dia harapkan sebentar lagi akan terwujud. “Tentu sa