“Ada apa ini Paman?”Kevin beru menginjakan kaki di ruang meeting kantor sang paman.Ternyata warisan kakeknya Kevin dari pihak sang mama diambang kehancuran.“Paman tidak sanggup menyelesaikan masalah hutang ini,” tutur Daniel di depan orang banyak.Para petinggi di kantornya sedang meeting karena hutang Daniel terlampau tinggi.“Silahkan duduk Tuan muda,” ucap asisten Daniel.Kevin dan Dimas mengangguk.Daniel menyodorkan berkas pada sang keponakan, dan berharap Kevin bisa membantunya kali ini.“Vin, tolonglah Paman. Kau tahu sendiri Paman sudah tak punya siapapun selain kau, Vin,” tuturnya.Kevin membuka berkas yang disodorkan sang paman, “kenapa bisa separah ini Paman?” Kedua alis Kevin saling bertautan saat membaca data tak masuk akal itu.“Logikanya kalau cara kerja paman seperti ini perusahaan Kakek pasti akan bangkrut dalam waktu beberapa bulan lagi.”Daniel tak berani menjawab, kali ini dia harus mengalah agar Kevin mau membantunya.“Makanya Paman minta tolong padamu Vin, se
“Apa kau sudah gila?” Justru Daniel memanfaatkan rasa suka sang anak demi bisa menguasai harta Adamson.Permintaan konyol macam apa ini! pikir Daniel.“Paman tidak bisa mencegah Raras untuk tidak menyukaimu,” ucap Daniel.Kevin tersenyum kecut.“Apa gunanya jadi orang tua kalau tak bisa menasehati anak? Masa kalah dari orang yang sejak kecil ditinggal orang tua.”Kevin mematikan laptopnya setelah menyalin semua data.“Kevin punya hak atas hidup Kevin. Dan Kevin muak dengan tingkah kalian. Sekarang terserah Paman, Kevin akan mengimbangi.”Kevin berjalan keluar dari ruang meeting di susul oleh sang asisten. Tak berselang lama Kevin mendengar suara barang-barang yang dibanding.Dia yakin tak lama lagi sang paman pasti akan mencarinya.Dimas dan Kevin masuk ke dalam mobil, dan keduanya kembali berdiskusi.“Dimas, tolong minta pihak bank untuk memblokir semua rekening perusahaan kakek. Kita harus segera mengatasi krisis ini.”“Baik Tuan.”Diman mengambil ponsel pintarnya menghubungi pihak
“Katakan tawaran kerjasama macam apa?”“Saya akan terima tawaran kerjasama yang pernah anda ajukan dulu, namun dengan satu syarat-”Kevin memperbaiki duduknya menunggu reaksi pria tua yang rahangnya sudah mengetat.“Anda harus membiarkan saya mengambil surat-surat berharga milik mendiang kakek saya, lalu melimpahkan semua utang-utang Daniel padanya. Saya jamin dia tidak akan pernah lari dari masalah ini. Tapi saya tetap meminta Anda memberinya waktu untuk menyelesaikan tunggakannya di sini.”Jujur tawaran dari Kevin sangat menarik, sejak dulu perusahaan miliknya ingin bekerja sama dengan Adamson Corporation.Tetapi seperti biasa Kevin selalu menolak dengan alasan belum ingin menambah bisnisnya lagi.Kevin dan Dimas saling tatap karena mereka yakin apa yang Kevin tawarkan pastinya akan diterima oleh pria tua ini.“Baiklah, besok saya akan datang ke kantor anda jam sepuluh pagi. Apa saya perlu membuat janji?”Kevin tersenyum, apa yang dia harapkan sebentar lagi akan terwujud. “Tentu sa
“Apa yang sudah kau lakukan huh?” teriak Daniel penuh amarah.Daniel menatap penuh kebencian pada Kevin. Harga dirinya telah hancur dalam sekejap hanya karena ulah sang keponakan.Kevin berdiri karena tak terima dengan sikap sang paman.“Kau sengaja berniat mempermalukan aku sampai meminta sertifikat itu?”Kevin tersenyum menyeringai. Dia berdiri dan melangkah mendekati sang paman.“Bagian mana Kevin mempermalukan Paman? Apa orang mau nebus sertifikat bisa dikatakan merendahkan harga diri seseorang yang telah menjadikan jaminan utang?”Kevin kembali duduk, dan kali ini dia duduk di sofa tanpa mempersilahkan sang paman untuk duduk.“Kau belum tahu jahatnya orang itu,” ujar Daniel mencibir.Kevin kembali tertawa, “justru karena Kevin tahu makanya berani memberi syarat sama paman. Orang itu membenci paman karena merasa dikhianati.”Daniel menggeleng, dia tak terima dengan ucapan sang keponakan yang dianggap telah merendahkannya.“Kau akan menyesal kalau sudah menjadi bonekanya,” ujar Dan
Satu minggu berikutnya dia kembali ke Kota Victoire.Saat menginjakan kaki di Kota ini Kevin meminta Dimas mengantarnya ke makam. rasanya sudah beberapa kali dia kembali namun belum sempat mengunjungi mendiang kakeknya Zara.Diman memarkirkan mobilnya di depan makam. Kevin turun sambil membawa bunga.Dia menatap pedih makam sang kakek yang sudah mengorbankan nyawa hanya untuk menolongnya.Kevin berjongkok di samping makam. Tangannya terulur untuk membersihkan dedaunan kering yang berjatuhan mengenai makan sang kakek.Setelah itu Kevin meletakkan satu buket bunga yang khusus dibeli untuk mendiang kakeknya sang istri.“Kek, maaf Kevin baru sempat datang. Kevin mau cerita kalau beberapa kali mereka ingin melenyapkan Kevin hanya karena menganggap Kevin sebagai ancaman.”Kevin yakin pria yang menyelamatkannya ini mendengar ucapan Kevin.“Kevin mohon dari atas sana kakek juga ikut mendoakan, agar Kevin bisa segera mengungkap semua kejahatan Galen dan istrinya. Kevin janji akan menguak semu
“Maaf Pa, sampai kapanpun Kevin tidak akan pernah mengecewakan Zara. Papa jangan khawatirkan soal perasaan Zara, karena dia sudah berdamai dengan keadaan dan ikhlas menerima pilihan mendiang kakek.”Galeng tak menyukai ucapan Kevin menekan kaleng minuman itu sampai tak berbentuk.“Apa sebenarnya yang kau cari dari Zara? Berapa yang kau mau huh untuk pergi dari kehidupan Zara?”Galen mulai naik darah, dia tak pernah bisa mengontrol emosinya bila berhadapan dengan menantu miskinnya ini.“Harusnya kau sadar, perbedaan kalian terlalu jauh, bagai langit dan bumi,” cibir Galen lagi.Dia memperlihatkan perasaan tak sukanya secara terang-terangan pada Kevin.“Maaf Pa, Kevin tulus mencintai Zara,” sahutnya.“Tulus katamu?”“Cih.” Galen berdecih. Sang menantu sampah selalu saja berhasil membuatnya naik pitam.“Coba Papa bujuk Zara agar dia mengajak pria lain untuk datang. Kalau Zara yang minta Kevin tetap tinggal di rumah, maka Kevin akan mengikuti kemauannya.”Ingin rasanya Galen menjambak ram
“Hay Bro,” sapa seorang pria lain pada Irfan.“Hay, apa kabar?” tanya Irfan.Mereka berpelukan sebentar lalu berjabat tangan. Kevin hanya diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.Lelaki yang bersalaman sama Irfa menunjuk kevin dengan dagunya.“Oh ini, suaminya Zara. Bintang kampus dulu,” ucap Irfan penuh penekanan.Merasa pria di sampingnya ini menanyakan soal dirinya, Kevin pun menoleh, taka ada senyum ramah ditunjukan Kevin.“Oh ini lelaki gembel yang sangat beruntung itu?” cibirnya lagi.Kevin enggan berurusan dengan lelaki yang banyak bicara, maka dia kembali fokus melihat ke depan sambil menghabiskan minumannya.“Iya benar, ini dia orangnya,” sahut Irfan mantap.Kevin masih memilih untuk diam, dia tidak mau membuat kegaduhan di acara akbar ini, dan tentunya Kevin tidak ingin membuat malu sang istri.Akan tetapi lama-kelamaan Irfan semakin menjadi-jadi bahasanya.Padahal pria itu tahu kalau Kevin adalah Tuan Adamson, pemilik perusahaan terbesar di kota West Country.Namun d
“Kau lihatlah bagaimana aku membuatmu hancur dalam sekejap Vin.”Seringai licik terbit di sudut bibirnya.“Dan kau Zara, sebentar lagi kau akan berlutut di hadapanku dan memohon aku menerimamu sebagai istriku,” gumam Irfan.Obsesinya pada Zara melumpuhkan akal sehatnya. Dia akan melakukan apapun termasuk hal yang melanggar hukum demi bisa memiliki Zara.“Aku harus segera mencari wanita itu. Di mana?” tanyanya pada diri sendiri.Bagi Irfan memiliki uang banyak adalah modal untuknya bisa hidup menjadi yang utama.Apapun yang dia mau bisa dia dapatkan dan membayar seseorang untuk memuluskan rencananya. Irfan sudah tak sabar menunggu hari yang paling memalukan untuk Kevin tiba.Mungkin ini juga sebagai satu bentuk balasan karena Kevin sudah membuat Jenni malu sampai tidak berani ke kampus selama beberapa minggu.Dan dia akan membuat pria itu juga menerima hujatan dari semua undangan yang hadir di malam.“Ah itu dia,” ucapnya lagi saat matanya menangkap sosok yang dicarinya.Irfan berjalan