“Kau lihatlah bagaimana aku membuatmu hancur dalam sekejap Vin.”Seringai licik terbit di sudut bibirnya.“Dan kau Zara, sebentar lagi kau akan berlutut di hadapanku dan memohon aku menerimamu sebagai istriku,” gumam Irfan.Obsesinya pada Zara melumpuhkan akal sehatnya. Dia akan melakukan apapun termasuk hal yang melanggar hukum demi bisa memiliki Zara.“Aku harus segera mencari wanita itu. Di mana?” tanyanya pada diri sendiri.Bagi Irfan memiliki uang banyak adalah modal untuknya bisa hidup menjadi yang utama.Apapun yang dia mau bisa dia dapatkan dan membayar seseorang untuk memuluskan rencananya. Irfan sudah tak sabar menunggu hari yang paling memalukan untuk Kevin tiba.Mungkin ini juga sebagai satu bentuk balasan karena Kevin sudah membuat Jenni malu sampai tidak berani ke kampus selama beberapa minggu.Dan dia akan membuat pria itu juga menerima hujatan dari semua undangan yang hadir di malam.“Ah itu dia,” ucapnya lagi saat matanya menangkap sosok yang dicarinya.Irfan berjalan
“Kenapa semua ini terjadi,” ucapnya marah.“Aaaarrrrrh.” Irfan memukul dinding di toilet berkali-kali. Tubuhnya seketika panas membuatnya seperti orang mabuk.Terlebih tanpa di sadari Irfan justru masuk ke dalam toilet wanita. Sementara itu kegaduhan tak bisa dielakkan. semua alumni yang datang tak menyangka Irfan berbuat sehina itu.Pihak operator disalahkan oleh banyak orang.“Kau sengaja ya membuat Irfan malu? Siapa yang menyuruhmu?”Belum sempat pria muda itu menjawab bogem mentah mendarat di wajahnya.Para pengusaha muda yang merupakan teman baik Irfan sewaktu kuliah tak bisa menahan diri.Bugh BughSudut bibir sang operator mengeluarkan darah segar.“Seret dia ke kantor polisi!” teriak yang lainnya.Lelaki itu bersimpuh agar tak dibawa ke kantor polisi.“Tolong jangan lakukan ini pada saya, Tuan Irfan sendiri yang meminta saya memutarkan video ini. Ini buktinya beliau memberi uang sebagai imbalan,” ucapnya.Pria itu tidak salah, dia hanya mencari uang tambahan dan tidak tahu a
BughSatu pukulan lagi mengenai pria itu, urusan tentang Zara seketika membuat logika sang suami lumpuh.Yang dia tahu semua orang harus habis ditangannya.Zara menarik tangan Kevin untuk berhenti tapi kembali gagal karena ada enam orang lain yang datang membantu teman kuliah Zara dulu.“Kau mau sok jagoan di sini?” seseorang tersenyum menghina pada Kevin.“Jangan banyak omong! Maju kalian semua,” teriak Kevin.Kevin dikeroyok oleh tujuh orang sekaligus, beberapa kali Kevin sempat terhempas sampai akhirnya tujuh pria itu berhasil dilumpuhkan oleh Kevin.
“Pa,” sapa Zara. Mereka berjalan mendekati Galen yang berdiri di ruang tengah dan menatap tajam ke arah keduanya. “Kekacauan apa yang kalian buat hingga membuat orang nomor satu di Kota ini murka!” Ternyata ketakutan Zara terjadi juga. “Kevin hanya menyelamatkan Zara dari tindak pelecehan.” “Omong kosong!” bentak Galen. Suaranya sangat menggelegar sampai membuat Zara dan Kevin sekilas memejamkan mata. “Di sana ada CCTV, Papa boleh lihat videonya. Kami tidak salah, dan Kevin hanya berusaha untuk menyelamatkan harga diri Zara dari pria itu.” Kevin berusaha menjelaskan karena dia tak ingin sang papa mertua salah paham lagi. “Harga diri macam apa? Justru kalau lelaki itu mau dengan Zara kau harus bersyukur karena istrimu disukai pria berkelas, bukan sepertimu gembel tak berguna.” Tangan Kevin mengepal di sisi tubuhnya, kalau ada kata menyesal itu yang dia rasakan saat ini pernah menolong manusia jahat seperti Galen. “Papa bicara apa sih? Jelas-jelas orang itu salah Pa, sudah ber
“Bukannya menyesal kau justru menjadi semakin sombong,” ujar sang papa masih marah pada Irfan.Bayangkan saja ketenangan terusik hanya karena ulah konyol sang anak. Dan kasus pemerkosaan bukan kasus bisa digampangkan begitu saja.“Berhenti menyalahkan Irfan, Pa.”Benaknya masih terus bertanya kenapa semua rencananya berbalik arah? Padahal rencana itu tiba-tiba muncul bukan rencana yang dia susun lama.Irfan tak peduli dengan pemberitaan media sosial, karena nanti dia akan buat berita yang lebih heboh lagi tentang Zara untuk membalas Kevin dan Zara.Semua ini karena wanita itu berani menolaknya secara terang-terangan.Pria paruh baya itu memijat kepalanya yang mulai berdenyut. Punya anak satu saja repotnya seperti mengurus seratus anak.‘Ternyata ini yang membuat banyak orang enggan memiliki anak cuma satu orang,’ pria itu membatin. Ada penyesalan terdalam karena dia merasa telah gagal mendidik Irfan padahal semua permintaan sang anak selalu dikabulkannya.“Tuan Adamson, hidup sebata
“Apa Papa yakin dia akan dipenjara?” Mika Johanes mulai meragukan ucapan dan keyakinan suaminya. Galen menoleh ke samping, “kalau dia bebas kita usahakan dia masuk lagi ke dalam penjara,” jawabnya. Wanita itu memilih untuk diam, dan berharap Kevin benar-benar menceraikan Zara. “Kita punya banyak utang di bank pemerintah, bahkan karena bantuan temannya Zara kita dapat pinjam lebih banyak dari harga jaminan yang kita taruh di sana.” Andai Kevin pergi, kemungkinan dia kembali memaksa Zara untuk melakukan kemauannya. Tubuh zara sangat diinginkan para lelaki hidung belang di luar sana, dan otomatis bayaran seorang artis juga beda untuk satu malamnya. Sebusuk itu lah isi kepala Galen terhadap anak angkatnya. Dia rela menghalalkan segala cara guna bisa membuat Zara jadi mesin pencetak uang. “Utang perusahaan sudah semakin besar dan mau gak mau kita harus meminta Zara untuk melayani para konglomerat itu,” ujar Galen. “Iya benar, Mama setuju itu. Menantu sampah kita harus segera perg
“Jangan kau menjadi orang jahat, nanti aku bisa menyeretmu ke kantor polisi,” ujarnya lagi.Seketika keringat dingin mulai membasahi tubuh Galen, dia terkejut kedatangan orang nomor satu di Kota ini di rumahnya tanpa pemberitahuan.Tak berbeda jauh dengan Jenni dan Mika Johanes yang hampir gagal bernafas.“Tuan, maaf saya salah. Silahkan duduk Tuan,” ucap Galen ramah.Saat Galen hendak mengambil tangan pria nomor satu itu, ternyata tamu kehormatan tersebut malah menepis tangannya dan fokus ke Zara dan Kevin.“Tuan Kevin, dengan rasa hormat saya pada anda dan istri anda, saya datang dengan tulus untuk meminta maaf pada kalian berdua.”Galen masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kenapa dunia bisa terbalik seperti ini? pikirnya.“Benar Tuan, Nona. Dari lubuk hati yang paling dalam kami mengaku gagal mendidik anak kami. Tolong maafkan kami.”Giliran wanita paruh baya yang berdandan nyentrik tulus mengucap maaf.Zara sama terkejutnya dengan kedua orang tua angkatnya. Kevin tadi han
“Kalau memang begitu, maaf kami tak bisa berbuat apa-apa. Karena Tuan Kevin dan Nona Zara dibantu oleh Tuan Adamson dari West Country.”“Apaaaaa?” pria arogan itu terkejut dengan jawaban pengawal Papanya.“Maaf Tuan, kasihan Papa anda. Penuhi saja permintaan Tuan Kevin dan Nona Zara. Kasihan karir Papa anda Tuan.”“Cih.”Pria arogan itu berdecih kesal, “sampai mati pun aku tak sudi minta maaf padanya. Mereka tak ada apa-apanya dibanding dengan keluargaku,” teriaknya.“Tapi karir Papa anda bisa hilang dalam sekejap karena campur tangan Tuan Adamson.”Pengacara pribadi orang nomor satu di Kota ini mendekat dan berbisik pada lelaki arogan itu.“Tuan muda bisa bayangkan, kalau Tuan besar lengser karena uang suap yang dibongkar ke publik maka semuanya akan hancur. Harta keluarga anda akan disita.”BraaaaakPria itu penuh emosi sampai memukul meja. Petugas kepolisian datang ke ruangan itu.“Tolong jangan membuat kegaduhan di sini,” ucapnya.Sang pria arogan menatap nyalang pada polisi itu,
Sore yang mendung, tak menyurutkan semangat Kevin dalam meresmikan pembukaan anak cabang Adamson Corporation sesuai rencana. Tak ada yang tahu, termasuk tamu undangan yang nanti akan hadir di sana, bahwa perusahaan ini sudah disiapkan oleh Kevin sebagai kejutan untuk sang asisten terbaiknya, Dimas. Dalam kesempatan istimewa ini, Dimas datang bersama istri tercinta, ibu mertuanya yang begitu penyayang, serta bibinya yang selalu dianggap seperti ibu kandung sendiri. Sementara itu, Kevin datang bersama sang istri, dua buah hatinya yang merupakan anak kembar berusia tiga tahun, serta ayah mertuanya yang nampak semakin sehat dan bugar. Anak-anak kembar tersebut menjadi pusat perhatian. Betapa adil Tuhan, wajah gadis kecil itu persis seperti Kevin, sedangkan bocah lelakinya menyerupai wajah sang istri. Sebuah keluarga yang harmonis, mencerminkan cinta yang tulus di antara mereka. Seperti biasa, Kevin diminta untuk memberikan sambutan sebagai pimpinan perusahaan. Dalam sorotan cahaya s
Tiga bulan berikutnya, Kevin sedang berbincang serius dengan istri tercintanya mengenai rencana masa depan Dimas dan Dinda. "Sayang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan," ucap Kevin pada sang istri, membuatnya penasaran. "Apa itu, Sayang? Kok sepertinya sangat penting?" tanya sang istri dengan wajah penasaran, menambah kegugupan dalam ruangan. Kevin tersenyum, merasa bersyukur memiliki istri yang begitu mendukungnya. "Sebenarnya, ini bukan hanya penting, tapi juga menyangkut masa depan Dimas dan Dinda. Aku ingin meminta pendapat dari istriku tercinta karena apa yang aku miliki, juga menjadi milik istriku." Mendengar hal tersebut, istri Kevin tersenyum lembut dan mengecup pipi suaminya sebagai tanda cinta dan dukungan. "Apa yang ingin kamu bahas, Sayang?" Dengan nafas yang berat, Kevin mulai bercerita, "Aku berencana memberikan satu perusahaan kepada Dimas. Dia sudah bekerja sangat keras untuk kantor kita, dan aku ingin dia bersama Dinda maju serta memulai segalanya dari awal
Hari ini adalah hari terakhir Dinda dan Dimas untuk mengecap bulan madu, mereka sudah berkeliling ke berbagai tempat namun rasanya waktu itu masih kurang.Seperti pagi ini tidur mereka harus terenggut saat keduanya sudah merencanakan di hari sebelumnya untuk membeli oleh-oleh."Sayang, ayo bangun kita harus segera menuju ke tempat oleh-oleh jangan sampai nanti pulang malah tidak membawa apa-apa,“ ucap Dinda pada sang suami Dimas saat ini masih bersantai di atas ranjang setelah kelelahan selama beberapa hari ini menikmati indahnya sebagai pasangan suami istri.“Sebentar lagi Sayang aku ngantuk banget.” rasanya sangat sulit bagi Dimas untuk membuka mata dia lebih memilih untuk tetap terpejam dan berada di atas ranjang."Tapi kita harus segera pergi, Sayang. Jangan sampai kehabisan oleh-oleh," ucap Dinda dengan nada menggoda. Dinda mengeluarkan jurusnya agar sang suami mau segera bangun dari tidurnya, dirinya sudah menunggu cukup lama Namun pria ini tak juga membuka matanya hingga membua
Pesta pernikahan Dimas terus berlangsung hingga larut malam pemilihan tempat yang outdoor membuat suasana semakin Syahdu dan terkesan akrab. Semua karyawan Adamson corporation sengaja diundang oleh Dimas dan mereka tidak ada yang tidak datang Jujur semenjak ada Dinda, Dimas sudah tidak sekaku dulu lagi minimal orang kedua di kantor tempat mereka bekerja sudah lebih sering tersenyum ketimbang sebelumnya. Semakin malam pesta semakin larut hentakan musik di pinggir pantai memecah suasana malam itu mereka berpesta pora hingga akhirnya pesta pun berakhir. Setelah berbulan-bulan persiapan yang melelahkan, Dimas dan Dinda akhirnya menyelesaikan pesta pernikahan mereka dengan sukses. Dikelilingi oleh cahaya gemerlap lampu dan tumpukan karangan bunga, mereka berdua tampak kelelahan namun bahagia. Dalam pelukan satu sama lain, mereka menghela nafas lega, menikmati momen indah setelah perjalanan panjang menuju hari yang mereka nantikan. “Akhirnya semua ritual melelahkan kita berakhir,” uc
Pernikahan Dimas dan Dinda"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Kevin pada sang istri. Hari ini mereka akan menghadiri acara pernikahan Dimas dan Dinda, acara sakral yang dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak. "Sebentar, Sayang. Dua menit lagi, tinggal memakai berlian saja kok," ucap sang istri, yang membuat Kevin tersenyum bahagia. Padahal, istrinya sudah diberikan waktu cukup lama untuk berdandan; bahkan Kevin sempat bermain bersama kedua anak kembarnya. Namun, begitu kembali, sang istri masih sibuk berkutik di depan meja rias. Sementara itu, istrinya ingin tampil sempurna agar tidak membuat sang suami malu. "Iya, sayang, berapapun waktu yang kau inginkan pasti akan kuberikan," ucap Kevin dengan lembut. Zara tertawa kecil, tak mengetahui apakah kalimat itu sarkasme atau benar-benar dari hati Kevin, sebab ia tahu suaminya telah menunggu cukup lama. "Sabar dong, Sayang. Sebentar lagi," ucap Zara dengan menggoda. Tak berselang lama, ia pun mendekati Kevin, ternyata sang
Kevin dan Dimas berdiri kokoh di tengah jalanan yang sepi dan mulai gelap, terasa begitu mencekam dan hening, matapun tertuju pada para preman bersenjata api. Jantung mereka berdegup semakin cepat; namun mereka tahu bahwa mereka harus bertindak gesit untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang di sekitar. Keduanya lantas merancang strategi dengan mata fokus, tanpa sepatah kata pun terlontar, sekedar tatapan yang saling bercerita dan penuh tekad bersama. Siap menghadapi bahaya yang melayang di atas kepala mereka, mereka mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Tak lama, preman-preman itu mulai mendekati dengan niat yang jelas. Kevin dan Dimas pun segera melancarkan aksi mereka. Keduanya mengandalkan keterampilan bertarung serta refleks yang telah mereka asah, bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan para penjahat tersebut. Angin meniup lantang, suara bentrokan demi bentrokan memecah kesunyian, menjadikan malam itu satu episode yang tak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang m
Malam itu, Kevin duduk di balkon kamarnya bersama istri tercinta, setelah berhasil menidurkan kedua anak kembarnya yang lucu. Rencana yang akan dibahas adalah mengenai persiapan pernikahan Dimas dan Dinda, keduanya yang telah lama diincar oleh hati Kevin untuk dipertemukan. Kebahagiaan Dimas adalah kebahagiaan bagi Kevin. Tidak hanya sebagai asisten pribadi yang sudah seperti keluarga, tetapi juga sahabat yang selalu setia menemani Kevin dalam suka duka. Diiringi malam yang tenang, ia menggenggam tangan istri dan berbicara dengan tulus dari lubuk hatinya. Kevin ingin meminta izin untuk memberikan biaya pernikahan untuk Dimas dan Dinda. Bagaimanapun, Dimas telah memberikan begitu banyak hal dalam hidup mereka dan tentunya Kevin sangat berharap sang istri tidak keberatan dengan keputusannya.Tentu saja tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi Kevin selain melihat orang-orang di sekitarnya bahagia. Karena ia tahu betul bahwa Dinda telah mencuri hati Dimas sejak pertama kali bertemu
Satu Tahun kemudianHubungan Dimas dan Dinda semakin menemukan titik kebahagiaan mereka benar-benar tak menyangka akhirnya bisa sampai di titik ini. Malam ini Dimas mengajak Dinda untuk makan malam bersama. Jujur ada desir hangat mengalir dalam darah dinda."Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ucap Dimas gugup. Demi apapun Dimas tak pernah sebelumnya merasa segugup ini."Apa itu, Dimas? Jangan membuatku gugugp deh,” jawab Dinada penuh rasa penasaran Dinda berharap Dimas menyatakan cinta padanya, sudah sejak lama Dinda menunggu ungkapan cinta dari lelaki yang terkenal dingin ini namun tak kunjung terjadi juga.“Hmmmm,” Dimas berdehem gugup. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Kamu membuat setiap hari menjadi lebih cerah dan berarti bagiku. Aku mencintaimu, Dinda, dengan segenap hatiku."Dinta membelalak mendengar ungkapan cinta dari pria kutub utara ini. Benarkah ini? Atau aku hanya bermimpi? ... Aku juga mencintaimu. Kamu adalah sumber kebahagiaanku,” sayangny
Sementara itu di sebuah restoran mewah Kevin sengaja meminta istrinya untuk datang ke restoran hari ini.Dia mengajak sang istri untuk makan siang bersama, senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita yang ia cintai sudah tiba di hadapannya.“Wah, kau cantik sekali, Sayang," ucap Kevin dengan nada rayuan, memandangi sang istri yang berdandan cantik. Wanita itu mencebik, merasa gusar dengan cara suaminya memujinya. "Memangnya selama ini aku tidak cantik, Sayang?" tanya sang istri, menegaskan kalimatnya. Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum geli. "Tentu saja cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan istriku," jawabnya dengan hati-hati. "Ayo sayang, kita makan siang dulu. Aku sudah pesan makanan kesukaanmu," ajaknya seraya menunjuk hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Kevin menggenggam tangan sang istri, tatapannya lembut dan sayang. "Sesekali kita perlu menghabiskan waktu berdua saja, Sayang. Semoga di waktu yang akan datang, kita bisa leb