“Kalau memang begitu, maaf kami tak bisa berbuat apa-apa. Karena Tuan Kevin dan Nona Zara dibantu oleh Tuan Adamson dari West Country.”“Apaaaaa?” pria arogan itu terkejut dengan jawaban pengawal Papanya.“Maaf Tuan, kasihan Papa anda. Penuhi saja permintaan Tuan Kevin dan Nona Zara. Kasihan karir Papa anda Tuan.”“Cih.”Pria arogan itu berdecih kesal, “sampai mati pun aku tak sudi minta maaf padanya. Mereka tak ada apa-apanya dibanding dengan keluargaku,” teriaknya.“Tapi karir Papa anda bisa hilang dalam sekejap karena campur tangan Tuan Adamson.”Pengacara pribadi orang nomor satu di Kota ini mendekat dan berbisik pada lelaki arogan itu.“Tuan muda bisa bayangkan, kalau Tuan besar lengser karena uang suap yang dibongkar ke publik maka semuanya akan hancur. Harta keluarga anda akan disita.”BraaaaakPria itu penuh emosi sampai memukul meja. Petugas kepolisian datang ke ruangan itu.“Tolong jangan membuat kegaduhan di sini,” ucapnya.Sang pria arogan menatap nyalang pada polisi itu,
“Cepat berlutut!” titah Tuan Mark sekali lagi. Sang anak dan keenam teman lainnya merasa sangat direndahkan oleh Kevin dan Zara, demi apapun ketujuhnya akan membalas lebih dari ini. “Tuan jangan lakukan itu. Maafkan manusia tak berguna ini!” Galen sampai berlutut di depan Tuan Mark dan menyalahkan sang menantu atas permintaan tak adil itu. Mana mungkin Galen membiarkan orang terhormat ini berlutut di depan gembel seperti Kevin. “Kau ini orang tua macam apa huh? Bukannya bersyukur kehormatan anakmu diselamatkan oleh suaminya, tapi kau malah menganggap menantumu bersalah.” Tuan Mark sangat takut dengan ancaman Dimas, kalau tuan Adamson akan membongkar semua kejahatannya bisa ketidakadilan kembali terjadi. “Bukan begitu Tuan. Saya tahu persis manusia ini sangat rendah,” tuduh Galen. Tuan Mark tampak marah, “apa seperti ini perlakuanmu pada menantumu sendiri huh?” hardiknya. Galen tak bisa berkutik, tapi dia juga marah pada Kevin yang dianggapnya saat ini sedang beruntung. “Tapi
Di tempat berbeda Kevin sedang melakukan pertemuan dengan Dimas.Pagi ini mereka akan mengadakan meeting dengan klien barunya di kota Victoire, dan Dimas sudah mendengar mengenai investor Johanes Group memilih mengakhiri kerjasama.“Jadi mereka meminta uangnya kembali?” tanya Kevin.“Benar Tuan, dan Galen baru bisa mengembalikannya 35%.”“35%?” Kevin membeo.“Benar Tuan, uang dari investor dia pakai menutupi utang-utangnya. Jadi proyek yang dijanjikan itu tak pernah ada.”Kevin berdecak kesal. Perusahaan Kakeknya Zara dipakai main-main oleh Galen untuk memenuhi hasratnya.“Kau harus pasang telinga, bila pihak ketiga menyita perusahaan itu tolong langsung akuisisi,” perintah Kevin sungguh-sungguh.“Sepertinya dia akan mencari pinjaman Tuan ke tempat lain.”Dimas yakin sekali Galen tak akan membiarkan hartanya jatuh ke tangan orang lain.“Masuk akal juga sih, pasalnya dia benar-benar sudah tidak punya apa-apa,” Kevin menimpali.Mereka pun tiba di pembangunan gedung untuk kantor cabang
“Maaf Tuan muda, saya harus panggil anda siapa?” tanya Galen.Mereka sudah tiba di sebuah restoran mewah yang ada di dekat kantor Irfan.“Panggil saja Jonathan,” ucapnya.“Baik Tuan muda,” sahut Galen, “kalau boleh saya tahu apa maksud tuan tadi?” tanya Galen gugup.Dia takut sekali permasalahannya tak terselesaikan.Jonathan tersenyum miring, di dalam benaknya sudah penuh dengan rencana balas dendam pada Kevin dan Zara.“Tadi Om kelihatan bingung, dan saya sudah tahu kekacauan yang terjadi. Sebab keluarga besar saya ada yang menjadi investor di kantor Om.”Tentu saja Galen memilih menunduk, dia percaya ucapan pria arogan ini, sekaligus malu bukan main.“Mau Om menangis darah pun Irfan tidak akan pernah mengeluarkan uangnya untuk Om. Saya hafal betul wataknya.”Galen mengangguk seolah membenarkan ucapan pria arogan itu. Jonathan tersenyum penuh kemenangan.“Namanya pinjam uang dalam jumlah besar mana mungkin ada yang berani memberikannya OM, terlebih perusahaan Om sedang bangkrut,” ta
“Terima kasih Tuan muda. Sampai bertemu satu minggu lagi,” ucap Galen.Mereka sudah tiba di depan restoran tepatnya di samping mobil Galen.Atas bujukan Jonathan, assistant sang mafia itu berhasil memberi deposito sebesar lima miliar.“Sama-sama Om, dan ingat suruh anak Om perawatan biar minggu depan tidak mengecewakan. Siapa tahu dia akan dipakai lama dan Om akan menjadi miliarder di Kota ini.”Jonathan sengaja melayangkan pujian membuat Galen melayang. Dia tak sabar menerima uang 45 miliar lagi minggu depan.Hutangnya akan segera lunas, pikir Galen.“Baik Tuan muda. Saya juga akan mencari cara untuk menghabisi menantu saya itu.”Mereka pun akhirnya berpisah. Galen pulang ke rumah dengan waja berseri-seri.Saat dia tiba di rumahnya, pria paruh baya itu bersiul masuk ke dalam rumah membuat Kevin dan Zara yang sedang masak menjadi terkejut.“Pa,” panggil Zara.Galen berjalan mendekati meja makan, “kalian makan apa?” tanya Galen.“Mie instan pa. Apa Papa mau dibuatin?” Kevin memberi taw
Besok harinya Kevin dan Zara masih kebingungan melihat perubahan sikap Galen Johanes.Mereka tak biasa diperlakukan baik oleh pria tua itu, terlebih Kevin tapi entah kenapa sejak kemarin sore pria ini sangat baik.Bahkan dia meminta Kevin untuk nanti pergi ke mall membeli bahan-bahan makanan.Tak hanya Galen, istri dan anaknya yang masih muda pun ikut bersikap baik pada Kevin.Otak cerdasnya tak mampu menerima kebaikan yang begitu tiba-tiba, dia yakin kalau sang Papa mertua merencanakan niat buruk.‘Aku harus segera mencari tahu tentang niat yang terselubung di balik sikap baiknya ini,’ gumam Kevin di dalam hati.“Kalian mau kemana? Ayo sarapan dulu,” ujar Galen ramah.Kevin dan Zara baru saja tiba di lantai satu dan mendapati keluarga itu sibuk menyiapkan sarapan.“Terima kasih Pa, tapi Zara tidak sarapan. Soalnya ada syuting dadakan,” ucapnya bohong.Padahal hari ini dia libur dan akan menghabiskan waktu dengan sang suami ke puncak.“Tapi tolong urus cuti mu ya, satu minggu lagi Pap
Dimas terus membuntuti Galen Johanes sampai akhirnya setelah masuk ke beberapa bank pria tua itu kembali ke rumahnya.Dimas menghubungi Kevin yang sedang bersama Zara. Dan sang presdir memerintahkan untuk segera menyelidiki keanehan itu.Sementara itu tepat pukul 10.00 waktu setempat, Irfan ingin menemui sang papa karena kartu kredit dan debitnya diblokir.Dia memarkirkan mobilnya di ujung depan kantor karena petugas keamanan di kantor itu tidak ingin membukanya pintu."Maaf Tuan. Anda tidak boleh masuk ke kantor ini, kami sudah mendapatkan mandat dari Tuan besar untuk tidak mengizinkan Anda menginjakkan kaki lagi di kantor ini," ucap petugas keamanan tersebut.Sang petugas keamanan mendorong dada Irfan untuk keluar dari area kantor setelah pria itu berhasil membuka pagar."Bicara apa kalian!" sentak Irfan. Sang CEO balas mendorong anak buahnya di kantor."Kalian tahu siapa saya? Saya bisa minta Papa buat pecat kalian sekarang juga, sembarangan saja kalau bicara! Ingat ini kantor mi
Kevin hari ini mendapatkan tugas dari Galen Johanes untuk mengantarkan tamunya ke sebuah proyek.Dan itu disengaja oleh pria tersebut agar rencananya membawa Zara ke sebuah Villa milik sang mafia berhasil.Kevin pun tidak menaruh curiga, dia mau memenuhi permintaan sang Papa mertua.Namun di saat pertengahan jalan Kevin mendapatkan kabar dari Pedro kalau Zara dibawa paksa oleh Galen masuk ke dalam sebuah Villa.Sang presdir memang sengaja meminta Pedro untuk mengikuti Zara tanpa sepengetahuan Galen.“Hentikan semua ini kalian tidak bisa seenaknya menjual istriku dan menjadikannya jaminan pelunas utang!”Kevin menerobos masuk ke sebuah ruangan yang dijadikan transaksi jual-beli oleh sang mertua.Dia mendapat kabar dari orang kepercayaannya, kalau Zara sang istri tercinta sedang meronta untuk melepaskan diri dari cengkeraman salah satu anak buah mafia yang berkua di Kota Victoire.Dua Tahun lamanya Kevin menyembunyikan identitas aslinya hanya ingin mengetahui sifat asli keluarga sang is
Sore yang mendung, tak menyurutkan semangat Kevin dalam meresmikan pembukaan anak cabang Adamson Corporation sesuai rencana. Tak ada yang tahu, termasuk tamu undangan yang nanti akan hadir di sana, bahwa perusahaan ini sudah disiapkan oleh Kevin sebagai kejutan untuk sang asisten terbaiknya, Dimas. Dalam kesempatan istimewa ini, Dimas datang bersama istri tercinta, ibu mertuanya yang begitu penyayang, serta bibinya yang selalu dianggap seperti ibu kandung sendiri. Sementara itu, Kevin datang bersama sang istri, dua buah hatinya yang merupakan anak kembar berusia tiga tahun, serta ayah mertuanya yang nampak semakin sehat dan bugar. Anak-anak kembar tersebut menjadi pusat perhatian. Betapa adil Tuhan, wajah gadis kecil itu persis seperti Kevin, sedangkan bocah lelakinya menyerupai wajah sang istri. Sebuah keluarga yang harmonis, mencerminkan cinta yang tulus di antara mereka. Seperti biasa, Kevin diminta untuk memberikan sambutan sebagai pimpinan perusahaan. Dalam sorotan cahaya s
Tiga bulan berikutnya, Kevin sedang berbincang serius dengan istri tercintanya mengenai rencana masa depan Dimas dan Dinda. "Sayang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan," ucap Kevin pada sang istri, membuatnya penasaran. "Apa itu, Sayang? Kok sepertinya sangat penting?" tanya sang istri dengan wajah penasaran, menambah kegugupan dalam ruangan. Kevin tersenyum, merasa bersyukur memiliki istri yang begitu mendukungnya. "Sebenarnya, ini bukan hanya penting, tapi juga menyangkut masa depan Dimas dan Dinda. Aku ingin meminta pendapat dari istriku tercinta karena apa yang aku miliki, juga menjadi milik istriku." Mendengar hal tersebut, istri Kevin tersenyum lembut dan mengecup pipi suaminya sebagai tanda cinta dan dukungan. "Apa yang ingin kamu bahas, Sayang?" Dengan nafas yang berat, Kevin mulai bercerita, "Aku berencana memberikan satu perusahaan kepada Dimas. Dia sudah bekerja sangat keras untuk kantor kita, dan aku ingin dia bersama Dinda maju serta memulai segalanya dari awal
Hari ini adalah hari terakhir Dinda dan Dimas untuk mengecap bulan madu, mereka sudah berkeliling ke berbagai tempat namun rasanya waktu itu masih kurang.Seperti pagi ini tidur mereka harus terenggut saat keduanya sudah merencanakan di hari sebelumnya untuk membeli oleh-oleh."Sayang, ayo bangun kita harus segera menuju ke tempat oleh-oleh jangan sampai nanti pulang malah tidak membawa apa-apa,“ ucap Dinda pada sang suami Dimas saat ini masih bersantai di atas ranjang setelah kelelahan selama beberapa hari ini menikmati indahnya sebagai pasangan suami istri.“Sebentar lagi Sayang aku ngantuk banget.” rasanya sangat sulit bagi Dimas untuk membuka mata dia lebih memilih untuk tetap terpejam dan berada di atas ranjang."Tapi kita harus segera pergi, Sayang. Jangan sampai kehabisan oleh-oleh," ucap Dinda dengan nada menggoda. Dinda mengeluarkan jurusnya agar sang suami mau segera bangun dari tidurnya, dirinya sudah menunggu cukup lama Namun pria ini tak juga membuka matanya hingga membua
Pesta pernikahan Dimas terus berlangsung hingga larut malam pemilihan tempat yang outdoor membuat suasana semakin Syahdu dan terkesan akrab. Semua karyawan Adamson corporation sengaja diundang oleh Dimas dan mereka tidak ada yang tidak datang Jujur semenjak ada Dinda, Dimas sudah tidak sekaku dulu lagi minimal orang kedua di kantor tempat mereka bekerja sudah lebih sering tersenyum ketimbang sebelumnya. Semakin malam pesta semakin larut hentakan musik di pinggir pantai memecah suasana malam itu mereka berpesta pora hingga akhirnya pesta pun berakhir. Setelah berbulan-bulan persiapan yang melelahkan, Dimas dan Dinda akhirnya menyelesaikan pesta pernikahan mereka dengan sukses. Dikelilingi oleh cahaya gemerlap lampu dan tumpukan karangan bunga, mereka berdua tampak kelelahan namun bahagia. Dalam pelukan satu sama lain, mereka menghela nafas lega, menikmati momen indah setelah perjalanan panjang menuju hari yang mereka nantikan. “Akhirnya semua ritual melelahkan kita berakhir,” uc
Pernikahan Dimas dan Dinda"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Kevin pada sang istri. Hari ini mereka akan menghadiri acara pernikahan Dimas dan Dinda, acara sakral yang dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak. "Sebentar, Sayang. Dua menit lagi, tinggal memakai berlian saja kok," ucap sang istri, yang membuat Kevin tersenyum bahagia. Padahal, istrinya sudah diberikan waktu cukup lama untuk berdandan; bahkan Kevin sempat bermain bersama kedua anak kembarnya. Namun, begitu kembali, sang istri masih sibuk berkutik di depan meja rias. Sementara itu, istrinya ingin tampil sempurna agar tidak membuat sang suami malu. "Iya, sayang, berapapun waktu yang kau inginkan pasti akan kuberikan," ucap Kevin dengan lembut. Zara tertawa kecil, tak mengetahui apakah kalimat itu sarkasme atau benar-benar dari hati Kevin, sebab ia tahu suaminya telah menunggu cukup lama. "Sabar dong, Sayang. Sebentar lagi," ucap Zara dengan menggoda. Tak berselang lama, ia pun mendekati Kevin, ternyata sang
Kevin dan Dimas berdiri kokoh di tengah jalanan yang sepi dan mulai gelap, terasa begitu mencekam dan hening, matapun tertuju pada para preman bersenjata api. Jantung mereka berdegup semakin cepat; namun mereka tahu bahwa mereka harus bertindak gesit untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang di sekitar. Keduanya lantas merancang strategi dengan mata fokus, tanpa sepatah kata pun terlontar, sekedar tatapan yang saling bercerita dan penuh tekad bersama. Siap menghadapi bahaya yang melayang di atas kepala mereka, mereka mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Tak lama, preman-preman itu mulai mendekati dengan niat yang jelas. Kevin dan Dimas pun segera melancarkan aksi mereka. Keduanya mengandalkan keterampilan bertarung serta refleks yang telah mereka asah, bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan para penjahat tersebut. Angin meniup lantang, suara bentrokan demi bentrokan memecah kesunyian, menjadikan malam itu satu episode yang tak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang m
Malam itu, Kevin duduk di balkon kamarnya bersama istri tercinta, setelah berhasil menidurkan kedua anak kembarnya yang lucu. Rencana yang akan dibahas adalah mengenai persiapan pernikahan Dimas dan Dinda, keduanya yang telah lama diincar oleh hati Kevin untuk dipertemukan. Kebahagiaan Dimas adalah kebahagiaan bagi Kevin. Tidak hanya sebagai asisten pribadi yang sudah seperti keluarga, tetapi juga sahabat yang selalu setia menemani Kevin dalam suka duka. Diiringi malam yang tenang, ia menggenggam tangan istri dan berbicara dengan tulus dari lubuk hatinya. Kevin ingin meminta izin untuk memberikan biaya pernikahan untuk Dimas dan Dinda. Bagaimanapun, Dimas telah memberikan begitu banyak hal dalam hidup mereka dan tentunya Kevin sangat berharap sang istri tidak keberatan dengan keputusannya.Tentu saja tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi Kevin selain melihat orang-orang di sekitarnya bahagia. Karena ia tahu betul bahwa Dinda telah mencuri hati Dimas sejak pertama kali bertemu
Satu Tahun kemudianHubungan Dimas dan Dinda semakin menemukan titik kebahagiaan mereka benar-benar tak menyangka akhirnya bisa sampai di titik ini. Malam ini Dimas mengajak Dinda untuk makan malam bersama. Jujur ada desir hangat mengalir dalam darah dinda."Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ucap Dimas gugup. Demi apapun Dimas tak pernah sebelumnya merasa segugup ini."Apa itu, Dimas? Jangan membuatku gugugp deh,” jawab Dinada penuh rasa penasaran Dinda berharap Dimas menyatakan cinta padanya, sudah sejak lama Dinda menunggu ungkapan cinta dari lelaki yang terkenal dingin ini namun tak kunjung terjadi juga.“Hmmmm,” Dimas berdehem gugup. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Kamu membuat setiap hari menjadi lebih cerah dan berarti bagiku. Aku mencintaimu, Dinda, dengan segenap hatiku."Dinta membelalak mendengar ungkapan cinta dari pria kutub utara ini. Benarkah ini? Atau aku hanya bermimpi? ... Aku juga mencintaimu. Kamu adalah sumber kebahagiaanku,” sayangny
Sementara itu di sebuah restoran mewah Kevin sengaja meminta istrinya untuk datang ke restoran hari ini.Dia mengajak sang istri untuk makan siang bersama, senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita yang ia cintai sudah tiba di hadapannya.“Wah, kau cantik sekali, Sayang," ucap Kevin dengan nada rayuan, memandangi sang istri yang berdandan cantik. Wanita itu mencebik, merasa gusar dengan cara suaminya memujinya. "Memangnya selama ini aku tidak cantik, Sayang?" tanya sang istri, menegaskan kalimatnya. Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum geli. "Tentu saja cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan istriku," jawabnya dengan hati-hati. "Ayo sayang, kita makan siang dulu. Aku sudah pesan makanan kesukaanmu," ajaknya seraya menunjuk hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Kevin menggenggam tangan sang istri, tatapannya lembut dan sayang. "Sesekali kita perlu menghabiskan waktu berdua saja, Sayang. Semoga di waktu yang akan datang, kita bisa leb