"Kau ini nakal, ya," celetuk pengusaha tua itu, nafasnya tersengal-sengal. "Selalu saja mencoba menggodaku. Aku tak bisa menahan hasrat ini lama-lama, kau harus segera melayani aku!" ucapnya dengan suara serak dan penuh nafsu yang kian membuncah.Dengan gerakan nakal, hasrat mereka memuncak di tempat itu. Tak peduli pengawal di sekitarnya, yang pura-pura tak melihat kejadian di depan mata mereka. Pakaian keduanya kini terlepas, berhubungan di depan orang lain bukanlah hal baru bagi pengusaha tua ini. Para pengawalnya telah kerap menyaksikan adegan mesra sang atasannya di berbagai tempat, bahkan di dalam pesawat. Kini, pengusaha itu kembali mengeksplorasi hasratnya bersama wanita muda yang imbalannya cukup untuk mencarikan pengacara guna meringankan hukuman Daniel dan Galen. Baginya, tak ada yang tak mungkin demi kebahagiaan dua gadis remaja ini, meski harus menghabiskan waktu bersama pria tua itu. Bosan atau tidak, tak ada jaminan bagi Raras dan Jenni yang masih berstatus "tawan
Satu Bulan berikutnya.Hari ini, Kevin bersama beberapa pengusaha lainnya menghadiri sebuah acara besar yang diadakan oleh pemerintah yang selama ini melindunginya. Mereka bersaing memperebutkan sebuah proyek raksasa, dan sejatinya pihak pemerintah sendiri cenderung condong untuk menyerahkan proyek ini kepada Adamson Corporation. Namun, demi menjalankan alur dan prosedur yang ada, mereka harus mempertimbangkan beberapa poin penting, seperti mengkaji kembali isi proposal dan melihat presentasi yang disajikan demi menilai pilihan terbaik yang akan diambil. Meski begitu, intuisi pemerintah tetap meyakini bahwa Adamson Corporation-lah yang akan keluar sebagai pemenang. Dalam sesi tersebut, beberapa pengusaha berkompetisi dengan memperlihatkan kemampuan terbaik mereka lewat presentasi masing-masing. Semakin lama, suasana acara menjadi semakin tegang, menguras tenaga dan emosi para peserta yang saling beradu keunggulan. Akhirnya, saatnya Kevin mendapat giliran untuk tampil sebagai pen
Sementara itu, di sisi lain, Dimas mengalami kesialan yang luar biasa. Ia tak sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut kecelakaan dan menderita patah tulang pada tangannya. Dimas berjanji akan membiayai semua pengobatan untuk wanita tersebut, yang ternyata sosok wanita cantik yang membuat hatinya berdebar. "Kau telah membuat anakku cacat! Aku akan menuntutmu ke kantor polisi!" teriak seorang wanita paruh baya di hadapan Dimas, wajahnya memerah penuh amarah. "Maaf, Nyonya... tadi saya benar-benar tidak sengaja. Saya tidak melihat kalau anak Anda datang dari arah yang berlawanan. Kalau saya tahu, saya tidak mungkin menabraknya," ucap Dimas dengan suara bergetar, masih menahan emosinya. Sejak tadi, dirinya sudah dimaki-maki, padahal ia bertanggung jawab dan kini sudah berada di rumah sakit bersama wanita yang ditabraknya. Dengan nada mendesak, wanita paruh baya itu berkata, "Kau harus menikahi anakku! Karena tidak mungkin ada orang yang mau menikahi anakku setelah melihat ko
"Saya yakin Anda yang akan memenangkan tender ini, Tuan," ucap sang asisten penuh keyakinan setelah satu minggu mereka melakukan presentasi tentang proyek besar itu. Hari ini, mereka seharusnya mendapatkan email penting dari pihak pemerintah. "Semoga saja," gumam Kevin sambil mengusap dagunya. "Aku juga berharap perusahaan kita yang mendapatkan kontrak kerjasama tersebut. Ini kan jangka panjang dan lumayan bisa membantu banyak karyawan di kantor ini untuk memiliki penghasilan lebih." Asisten mengangguk penuh semangat, "Doakan saja, mudah-mudahan kita yang memenangkan tender itu,” ucap Kevin.“Saya sih sangat yakin Anda memang pemenangnya, Tuan. Tak mungkin yang lain!" Saat ini mereka berada di ruang kerja Kevin, yang baru saja menyelesaikan rapat pagi bersama seluruh karyawannya. Suasana di ruangan itu terasa penuh harap dan tegang. Kevin mengalihkan perhatiannya sejenak, "Apa jadwalku hari ini?" tanyanya pada sang asisten. "Hari ini Anda memiliki pertemuan dengan Duta Besar da
Asisten yang mendengarkan sepakat, "Saya juga berpikir begitu, Tuan. Rasanya mustahil Kevin selalu menang dalam semua bidang dan seolah tak pernah gagal. Kali ini bahkan kedutaan besar dari negara tetangga sudi datang ke kota ini untuk bertemu dengannya, lalu difasilitasi oleh pemerintahan. Sungguh ironis jika ternyata ia menggunakan cara kotor untuk mencapai semua ini." Asisten tersebut menambahkan, menggigit bibirnya, berusaha menyembunyikan rasa takut dan kekhawatirannya akan masa depan perusahaan mereka yang terancam oleh dominasi Kevin di pasar.“Kita harus membalas semua perbuatannya! Jangan biarkan dia terus menguasai kota ini. Dia harus ditumbangkan dan digantikan oleh pemimpin perusahaan yang lebih kompeten dan visioner. Banyak orang kaya di kota ini, tapi dia terus menyogok pemerintah. Kota ini akan stagnan jika dia terus berkuasa," ujar seorang pria dengan penuh kebencian. "Dia harus menerima akibat perbuatannya." "Anda tenang saja, Tuan," sahut sang asisten, matanya berk
Keesokan harinya, Kevin melihat Dimas tampaknya sedang terlarut dalam pemikiran. Beberapa hari terakhir ini, ada perubahan gerak-gerik yang terlihat dari sang asisten. Ia pun mengambil inisiatif untuk memanggil Dimas ke ruang kerjanya. "Permisi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dimas saat berada di depan meja kerja sang atasan."Beberapa hari ini, aku perhatikan kau seolah menghadapi masalah berat. Apa ada yang bisa aku bantu?" Kevin menanyakan dengan tulus kekhawatiran pada sang asisten. Terdengar helaan nafas berat dari Dimas, lalu pria itu memilih untuk duduk di depan meja kerja sang atasan dan mengisahkan semua keresahan yang menimpanya."Beberapa hari yang lalu, saya tidak sengaja menabrak seseorang dan sekarang dia mengalami patah tulang. Saya sudah menanggung semua biayanya, tapi alih-alih mereka berterima kasih, justru ibunya meminta saya untuk segera menikahi wanita yang saya tabrak itu." ujar Dimas dengan wajah nanar, merasa tak bisa menahan kepedihan hatinya pada s
"Di mana istri saya?" tanya Kevin begitu baru saja menginjakkan kaki di rumah setelah pulang kerja. "Ada di kamar, Tuan. Nyonya sejak pagi tidak enak badan. Barusan saya sudah bawakan bubur untuk beliau," ucap sang kepala pelayan dengan khawatir. Tanpa menunggu lama, Kevin berlarian menuju ke lantai atas. Hatinya terasa berat, ia harus segera mengetahui kondisi sang istri."Sayang..." panggil Kevin lembut saat sudah berada di dalam kamar. Tampak istri tercinta sedang tertidur di atas ranjang. Wajahnya pucat dan tidak seperti biasanya. "Sudah pulang, Sayang?" tanya wanita cantik itu lemah pada sang suami. Kevin berjalan mendekat, lalu duduk di sisi ranjang. Dengan perasaan cemas, ia menyentuh dahi istri untuk memastikan apakah demam atau tidak. "Badanmu panas, sayang," ucapnya dengan wajah khawatir, tanpa menjawab pertanyaan sang istri. "Kita ke rumah sakit, ya?" ajak Kevin, berharap agar istri mau menerima usulannya. Namun, sang istri menggeleng lemah. "Tidak apa-apa kok, Sayang
Setelah tiba di kantor dan memimpin rapat pagi, Kevin langsung mengadakan pertemuan penting bersama para dewan direksi yang akan terlibat dalam proyek terbaru mereka, yaitu pembangunan jalan tol megah. Pertemuan singkat ini dilakukan di ruang kerja Kevin. "Baiklah, untuk mempersingkat waktu, sebaiknya kita segera melakukan survei ke lapangan terkait dengan jalan tol megah yang akan kita bangun. Saya tidak ingin ada kendala yang berakibat fatal dalam proses pembangunannya," ujar Kevin dengan tegas pada dewan direksi yang sudah berkumpul di ruangannya. "Benar, Tuan. Kita juga bisa memanfaatkan teknologi pemetaan terkini, agar pihak perusahaan dapat langsung mengamati topografi dan rute potensial secara menyeluruh. Sepertinya metode ini akan sangat efektif, Tuan," timpal salah satu anggota dewan direksi yang ikut dalam pertemuan bersama Kevin, mengenai proyek besar yang akan mereka jalani."Oke, saya setuju. Kita juga harus segera mengevaluasi wilayah yang akan kita gunakan sebagai jal