"Luna, kali ini suami pecundangmu itu pasti akan mati!"Nada bicara bangga sekaligus tajam terdengar dalam ucapan Julia.Dixon menatap Ardika sambil tersenyum dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah berpengalaman dua kali menerima tamparan dari Ardika, dia sudah belajar dari pengalamannya. Dia secara khusus mempekerjakan sepuluh orang ini sebagai pengawalnya.Setelah mendengar ucapan Julia, semua orang di tempat itu langsung tersentak.Orang biasa tidak akan sanggup menghadapi seorang pun dari para pengawal itu. Terlebih lagi, sekarang begitu datang langsung sepuluh orang!Dalam sekejap, semua orang di tempat itu mulai membayangkan Ardika yang dalam kondisi patah tulang dan berlumuran darah, berlutut di bawah kaki Dixon.Kebanyakan orang merasa senang, mereka senang bukan mereka yang telah memprovokasi sosok hebat seperti Dixon.Saat ini, Luna juga mulai merasa ketakutan.Dia menarik-narik lengan Ardika dan membujuk suaminya dengan volume suara kecil, "Ardika, jangan terliba
"Nona Luna, setiap orang harus bertanggung jawab atas pilihan sendiri.""Karena suamimu telah memprovokasiku dan Konsorsium Tulipa, maka kamu harus mempersiapkan mental untuk menerima permintaanku ini."Benar saja, setelah memiliki sepuluh orang pengawal itu, Dixon sangat jelas tidak takut pada apa pun lagi.Dengan seulas senyum tersungging di wajahnya, dia berkata dengan santai, "Oh, tentu saja kamu juga boleh memilih untuk nggak menerima permintaanku ini.""Aku hanya berharap kamu dan suamimu bisa menanggung konsekuensi dari menolak permintaanku."Selesai berbicara, dia langsung melambaikan tangannya."Drap ...."Kesepuluh orang pengawal yang berdiri di belakangnya itu langsung melangkah satu langkah secara bersamaan. Walaupun mereka mengenakan kacamata hitam, tetapi Luna tetap bisa merasakan sorot mata kesepuluh orang itu tertuju pada dirinya dan Ardika.Samar-samar, aura membunuh sudah mulai menyelimuti mereka.Mereka adalah prajurit-prajurit yang sudah berpengalaman di medan peran
Dixon melontarkan kata-kata itu dengan gigi terkatup, suaranya terdengar sedingin es, sampai-sampai membuat orang-orang merinding.Kebanyakan orang sudah merasa gugup setengah mati.Mereka menyadari kali ini Dixon benar-benar sudah marah!"Byur ...."Tiba-tiba, Julia mengambil segelas anggur, lalu mengguyurkannya ke tubuh Ardika. Dalam sekejap, cairan berwarna kemerahan itu membasahi Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki."Dasar menantu benalu rendahan! Tuan Dixon sudah bersedia untuk mengampuni nyawamu, tapi kamu masih saja berani berbicara lancang seperti itu!""Cepat berlutut dan meminta maaf! Kalau nggak, kamu tunggu saja pembalasan dari Tuan Dixon!"Julia berbicara dengan ekspresi arogan."Nona Julia, kamu sudah keterlaluan! Suamiku nggak pernah menyinggungmu, 'kan?!"Luna melontarkan beberapa patah kata itu dengan penuh amarah. Dia segera mengambil kain yang tertata rapi di atas meja dan menyerahkannya kepada Ardika.Julia menyilangkan tangannya di depan dada, dia menatap
Lembaga eksternal Negara Enggrim di Negara Nusantara, konsulat menempati tingkatan tertinggi, tepat di bawah kedutaan.Ada beberapa konsulat Negara Enggrim di Negara Nusantara, salah satu di antaranya berlokasi di ibu kota Provinsi Denpapan.Biarpun hanya merupakan sebuah konsulat juga mewakili seluruh Negara Enggrim.Meminta konsul Negara Enggrim untuk berlutut meminta maaf padanya, tindakan Ardika ini benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata semena-mena lagi."Dasar pecundang! Apa kamu tahu siapa Tuan Konsul saat ini? Dia adalah diplomat paling kuat yang dikirim oleh Negara Enggrim, sudah berpengalaman di medan perang!""Berani-beraninya kamu memintanya untuk datang berlutut meminta padamu! Kamu benar-benar cari mati! Apa mungkin kamu bahkan nggak tahu apa arti kata mati?!"Leon melontarkan kata-kata itu dengan penuh amarah.Dia benar-benar sudah hampir menggila karena Ardika.Perlu diketahui bahwa nyali Ardika benar-benar sudah terlalu besar. Saking besarnya, kalau tahu aka
"Luna, kulihat kamu perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk mengurus pemakaman suamimu!"Saat itu, Julia seakan-akan sudah bisa melihat ajal akan segera menjemput Ardika.Begitu mendengar ucapan wanita itu, raut wajah Luna langsung berubah menjadi pucat pasi, bahkan tangan dan kakinya pun terasa dingin."Sudah! Diam kamu!"Sambil mendengus dingin, Dixon menyela ucapan Julia. Dia menatap Ardika dengan lekat dan berkata, "Eh, bocah sialan Negara Nusantara, hanya karena kamu sudah menghina Pak Harrison, kamu sudah nggak bisa diampuni.""Sebelum hal ini sampai ke telinga Pak Harrison, seharusnya aku membantunya untuk melakukan sesuatu."Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya pada para pengawal yang berdiri di belakangnya dan berkata dengan tajam, "Bocah sialan Negara Nusantara itu sudah menghina Pak Harrison, menghina Negara Enggrim, patahkan dulu lengan dan kakinya!"Tatapan sepuluh pengawal itu tertuju pada Ardika.Seiring dengan kata-kata lancang yang keluar dari mulut Ardika,
"Bam ...."Akibat satu tamparan itu, Dixon langsung terjatuh membentur lantai dengan keras.Sekujur tubuhnya terasa kesemutan, bahkan wajahnya sudah mati rasa.Namun, Ardika masih tidak berniat untuk melepaskannya. Dia langsung maju, menarik pria asing itu bangkit, lalu mengayunkan tendangan yang keras hingga tulang betis Dixon patah."Ahhhh ...."Dixon langsung berteriak dengan histeris, lalu langsung berlutut di bawah kaki Ardika.Melihat tatapan Ardika tertuju padanya, raut wajah Julia yang berdiri di dekat Dixon langsung berubah menjadi pucat pasi saking ketakutannya."Kamu .... Apa yang mau kamu lakukan .... Ahhh!"Ardika langsung menarik wanita itu dan melayangkan satu tamparan ke wajah wanita itu sampai wanita itu berlutut di lantai. Kemudian, dia menjulurkan kakinya ke hadapan wanita itu dan berkata, "Sebelumnya sudah kubilang, aku akan membuatmu, anjing orang asing sialan itu untuk berlutut dan menjilat sepatuku hingga bersih.""Kamu .... Dasar pecundang! Atas dasar apa kamu b
"Pak Ridwan, Stalham telah memberikan kontribusi besar pada Negara Enggrim dengan pengorbanan darahnya.""Kalian harus menyerahkan pelaku pemukulan pada kami dan membiarkan kami untuk menjatuh hukuman padanya. Kalau nggak, kalian tunggu saja protes dari pihak pemerintahan Negara Enggrim!"Di pusat penahanan Kota Banyuli.Seorang pria asing berkulit putih berambut pirang sebahu dengan wajah berjanggut sedang meluapkan amarahnya pada Ridwan, ekspresinya tampak sangat arogan.Ya, benar. Pria itu tidak lain adalah Harrison, konsul utama konsulat Negara Enggrim yang berlokasi di ibu kota provinsi.Tepat pada saat ini, dia menerima panggilan telepon dari Dixon.Begitu mendengar ucapan Dixon di ujung telepon, Harrison tertegun sejenak, lalu amarahnya mulai meledak-ledak."Dasar sialan! Dixon, kamu benar-benar bajingan! Kamu pasti sudah menghadapi masalah dan sengaja ingin menyulut amarahku, 'kan?!""Bagaimana mungkin seorang bocah sialan Negara Nusantara berani memintaku untuk berlutut dan me
"Luna, ini adalah konsekuensi yang harus kamu terima karena telah membiarkan idiot itu bertindak semena-mena! Kali ini, kamu dan keluargamu akan terseret dalam masalah karena dia!""Kalau aku adalah kamu, aku akan segera memutuskan hubungan dengannya!"Leon melontarkan beberapa patah kata itu pada Luna dengan suara dingin.Ekspresi Luna tampak pucat pasi, dia berkata dengan cemas, "Ardika, ayo kita segera kembali ke Vila Cakrawala!"Menghadapi situasi seperti sekarang ini, hanya itu satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya.Di sana, ada penjagaan ketat dari anak buah Draco. Biarpun Harrison adalah konsul Negara Enggrim, pria itu juga tidak akan berani menerobos masuk ke Vila Cakrawala secara paksa.Namun, cara ini juga bukan sebuah cara untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya, mereka masih harus memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi situasi genting ini."Sayang, jangan takut, kita nggak perlu pergi ke mana pun. Kita tetap berada di sini, menunggu Harrison untuk datang memint
"Tuan mengatakan setelah kamu menyelesaikan urusanmu sekarang, dia akan menemuimu secara pribadi."Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia langsung menerima Pedang Ular Gelap, lalu berbalik dan pergi."Berhenti!"Sebelum wanita itu sempat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama, tiba-tiba saja dua orang di antara orang-orang Keluarga Sudibya yang Hanko bawa kemari, menghalangi jalan wanita itu.Salah seorang di antara dua orang itu langsung mengulurkan lengannya dan berkata dengan dingin, "Dasar penipu! Cepat serahkan Pedang Ular Gelap!"Menyaksikan pemandangan itu, banyak orang melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Hanko.Gagal bersaing dengan mengandalkan kekayaan, tuan muda yang satu itu sudah berencana untuk merampas.Benar-benar tidak tahu malu.Namun, Hanko melihat ke arah pintu dengan ekspresi datar, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya.Kemunculan Kartu Hitam Sentral hanya membuatnya terkejut sejenak.Namun, siapa yang tahu apakah ini han
Dua puluh triliun. Walaupun ke depannya dia bisa merampas uang sebanyak ini bahkan lebih dari Ardika.Namun, kalau Hanko harus mengeluarkan uang tunai sebesar 20 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Hanko duduk kembali dengan tidak berdaya. Dia menatap wanita itu dengan menyipitkan matanya dan berkata dengan dingin, "Dua puluh triliun, 'kan? Kalau begitu, Pedang Ular Gelap untukmu saja. Tapi, apakah kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"Awalnya wanita itu sama sekali tidak memedulikan Hanko. Saat ini, dia menoleh dan melirik pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Dasar pecundang! Nggak punya uang, diam saja!""Pedang Ular Gelap adalah senjata suci Organisasi Snakei, memangnya 20 triliun sangat banyak?""Pfffttt ...."Begitu mendengar ucapan wanita itu, Rhino, Lila dan yang lainnya langsung tidak bisa menahan diri dan tertawa.Sementara itu, wajah Hanko juga tampak memerah.Dia adalah Tuan Muda Keluarga Sudibya, tetapi sekarang dia malah
Penjual yang disebut oleh Felda tidak lain adalah Ardika.Hanko melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Felda nggak perlu khawatir, hanya 10 triliun saja, Keluarga Sudibya nggak mungkin nggak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.""Lagi pula, hanya pengalihan uang sesaat saja. Uang yang kukeluarkan, pada akhirnya akan kuambil kembali sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat!"Hanko melontarkan kata-kata itu dengan niat membunuh yang kuat.Menurut Hanko, Pedang Ular Gelap sudah pasti akan menjadi miliknya.Biarpun Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka juga tidak mungkin akan mengeluarkan uang di atas 10 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap.Hari ini, tujuan kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pertunjukan, mentertawakan Organisasi Snakei. Mereka tidak benar-benar bermaksud untuk membeli Pedang Ular Gelap.Kalau tidak, mereka akan benar-benar menyinggung Organisasi Snakei.Jadi, biarpun sekarang Keluarga
Begitu Hanko selesai berbicara, pandangan semua orang yang berada di tempat itu langsung tertuju pada Ardika.Mereka mendengar lengan Hanko itu dipatahkan oleh Ardika dengan menggunakan Pedang Ular Gelap.Sangat jelas hal itu benar adanya.Karena itulah, Hanko memendam kebencian yang sangat mendalam terhadap Ardika, rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli Pedang Ular Gelap, lalu menggunakan Pedang Ular Gelap untuk membunuh Ardika.Saat ini, bahkan Levin juga bisa merasakan aura membunuh yang kuat menjalar di punggungnya.Namun, Ardika sendiri seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Dia menatap Hanko sambil tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, harga yang kamu bayar sudah sedikit terlalu besar. Kamu sampai mengeluarkan beberapa triliun hanya untuk membunuhku."Hanko tersenyum tipis dan berkata, "Kalau perusahaan dan asetmu beserta dengan perusahaan dan aset istrimu digabungkan, paling nggak sudah setara dengan beberapa Pedang Ular Gelap, bukan?"Maksud ucapannya sangat jelas.Set
Felda menatap Hanko dan yang lainnya sambil tersenyum, nada bicaranya sangat lembut, sama sekali tidak mengintimidasi.Hanko mendongak, melirik wanita itu sekilas, lalu berkata, "Cih, hanya organisasi dunia preman yang ilegal, juga berani berlagak hebat seperti ini dengan melelang senjata suci Organisasi Snakei.""Apakah Bank Sentral nggak takut dihancurkan?!"Nada bicara Hanko dipenuhi niat membunuh yang kuat, dia sama sekali tidak menganggap serius Bank Sentral yang menjadi pendukung Felda.Felda tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat pada saat ini, di sudut ruangan di mana Hanko dan yang lainnya berdiri, tiba-tiba seorang staf Bank Sentral melesat keluar.Orang tersebut langsung melesat ke arah Hanko dan yang lainnya. Saking cepatnya, kecepatannya membuat orang-orang tidak sempat bereaksi."Bam!"Dengan iringan suara teredam, anggota Organisasi Snakei di belakang Hanko yang tadi menyerang, langsung muntah darah dan terpental keluar dari pintu."Benar-benar cari ma
Setelah Felda selesai berbicara, ada staf Organisasi Lelang Sentral yang membawa Pedang Ular Gelap ke atas panggung.Kemudian, Organisasi Lelang Sentral mengatur ahli bela diri untuk menunjukkan kehebatan pedang tersebut di hadapan semua orang."Wah!"Seruan kaget menyelimuti seluruh tempat itu. Pantas saja Pedang Ular Gelap disebut sebagai senjata suci Organisasi Snakei. Biarpun hanya merupakan replika Pedang Ular Gelap, kekuatannya sudah luar biasa menakutkan.Namun, orang-orang yang menunjukkan reaksi seperti ini hanyalah orang-orang di luar bidang ini yang benar-benar menghadiri acara ini untuk meramaikan acara saja.Orang-orang seperti Lila, Rhino dan yang lainnya tetap tampak tenang. Mereka hanya menunggu acara lelang dimulai.Tentu saja mereka tahu jelas kekuatan Pedang Ular Gelap.Sesungguhnya, empat organisasi besar memiliki senjata suci yang mewakili organisasi mereka.Kalau hanya karena kekuatan Pedang Ular Gelap, mereka juga tidak akan datang jauh-jauh.Felda tidak membiark
Kimo melirik Ardika sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia juga mencari tempat duduk dan duduk.Dengan begitu, selain Organisasi Snakei, perwakilan dari Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie sudah hadir.Kemudian, masih ada orang-orang lain yang berdatangan.Di pihak Kota Banyuli, Kepala Keluarga Unima, Kepala Keluarga Yendia dan Kepala Keluarga Remax yang baru keluar dari rumah sakit hadir untuk memberikan dukungan pada Ardika. Mereka menghampiri Ardika dan menyapanya dengan penuh hormat.Bahkan beberapa orang hebat dari Kota Banyuli juga menghampiri dan menyapa Ardika dengan hormat.Namun, tidak semua orang bersikap hormat pada Ardika."Ardika, coba kamu tebak, apakah hari ini kamu akan mati?"Saat Tisya, Charles dan yang lainnya datang, akhirnya suasana di tempat itu mulai sedikit menegang.Orang yang berbicara adalah Sumalin.Weigus dan para investor dari luar kota lainnya juga turut hadir untuk menyaksikan pertunjukan. Satu per satu dari mereka
Setelah mendengar ucapan Levin, Ardika baru menyimpan kembali Pedang Ular Gelap dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kali ini, dengan mempertimbangkan Levin yang terlebih dahulu mengucapkan kata-kata yang kurang pantas, aku akan mengampunimu, nggak ada lain kali lagi.""Huh!"Lila mendengus dingin dengan kesal, tetapi dia tidak mencari masalah lagi dengan Ardika.Dia tidak bodoh.Dinilai dari serangan Ardika terhadap dirinya tadi, dia bukanlah lawan menantu benalu itu.Sebelumnya, beredar rumor Ardika telah melumpuhkan Vita, lalu melumpuhkan dua kelompok orang yang dikirim oleh Organisasi Snakei.Saat itu, dia masih sedikit tidak percaya.Sekarang, setelah menghadapi Ardika secara langsung, akhirnya dia sudah menyadari kekuatan pria itu.Ardika juga tidak memedulikan wanita itu lagi.Bukannya dia ingin bertindak arogan dan tidak berbicara logika, bukan pula dia bersikeras ingin melindungi anak buahnya.Namun, akan ada orang dari berbagai pihak yang menghadiri acara lelang hari ini.Lila
Adapun mengenai Felda bersungguh-sungguh mengucapkan kata-kata itu atau tidak, tidak masalah bagi Ardika.Lagi pula, kalau orang-orang Bank Sentral berani mencarinya untuk membalas dendam, mereka semua akan berakhir dengan mati."Pak Ardika, silakan pergi beristirahat di ruang VIP terlebih dahulu. Aku masih harus pergi menyambut beberapa orang tamu. Tokoh-tokoh hebat yang datang secara khusus untuk menghadiri acara lelang ini cukup banyak."Felda meminta orang untuk mengantar Ardika ke ruang istirahat, sedangkan dia sendiri pergi menyambut tamu lainnya.Tak lama setelah Ardika dan Levin duduk di dalam ruang VIP, satu demi satu orang juga memasuki ruang VIP untuk beristirahat.Tepat pada saat ini, seorang wanita muda dengan bentuk tubuh tinggi dan indah, serta rambut diikat berjalan memasuki ruangan didampingi oleh beberapa orang.Setelah melihat kedatangan orang-orang itu, Levin tertegun sejenak, lalu mendekati Ardika dan berbisik, "Kak Ardika, wanita itu bernama Lila Stile. Dia adalah