"Pengumuman apa?"Dendi tertegun sejenak.Tingkatan kantor catatan sipil pusat jauh di atas kantor catatan sipil mereka.Biarpun ada pengumuman baru, bukankah seharusnya disampaikan terlebih dahulu pada kantor catatan sipil di atas tingkatan mereka, baru disampaikan kepada mereka? Kenapa malah mereka yang langsung menerima pengumuman baru?Kecuali menyangkut hal yang sangat penting dan darurat!"Sebelumnya ada peraturan baru mengenai 'masa tenang setelah mengajukan perceraian' yang akan dikeluarkan oleh negara. Awalnya, peraturan baru tersebut akan diterapkan pada bulan satu tahun depan."Dengan memasang ekspresi sangat terkejut, staf itu berkata, "Baru saja, kantor catatan sipil pusat mengeluarkan pengumuman baru yang menyatakan bahwa peraturan itu segera diterapkan!""Apa maksudnya 'masa tenang setelah mengajukan perceraian'?"Desi dan yang lainnya tertegun."Nyonya Desi, itu artinya mulai sekarang, pendaftaran perceraian nggak bisa dilakukan secara langsung, melainkan harus terlebih
Orang yang berteriak dengan marah itu bukan Ardika, melainkan Luna.Dia langsung bangkit dari kursinya dan memelototi Xavier dengan marah. "Ardika benar. Aku bercerai dengannya atau nggak, nggak ada hubungannya denganmu!"Saking terkejutnya, mulut Xavier terbuka lebar seakan-akan sebuah telur ayam juga bisa masuk di dalamnya.Dia sama sekali tidak menyangka, Luna tidak hanya memarahinya demi Ardika, melainkan melontarkan kata-kata itu dengan nada kasar!Luna tidak memedulikan pria itu, dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berkata sambil tertawa dan menangis pada saat bersamaan, "Sebenarnya, aku sama sekali nggak membutuhkan masa tenang itu.""Aku nggak butuh waktu satu bulan untuk mempertimbangkannya lagi. Sekarang, aku bisa mengatakan dengan sangat jelas bahwa aku nggak akan bercerai dengan Ardika!"Desi panik bukan main. "Luna, apa kamu berencana mencelakai keluarga kita?! Apa kamu nggak tahu siapa yang dia provokasi?! Kenapa kamu begitu gegabah?!""Ibu, anggap saja aku ge
"Ayo, keberhasilan kita dalam menyingkirkan seorang pesaing dengan mudah patut dirayakan!"Edrik secara pribadi menuangkan segelas anggur kepada anak buahnya yang berada di hadapannya."Terima kasih, Kak Edrik."Sopir itu menerima gelas berisi anggur yang disodorkan oleh Edrik itu dan menyesapnya, lalu berkata sambil terkekeh, "Sebenarnya, Kak Edrik nggak perlu kecewa. Walau Tina sudah mati, Luna, sahabatnya juga merupakan wanita cantik yang unggul.""Aku dengar sejak menikah dengan idiot itu, wanita cantik ini nggak pernah tidur dengan suaminya."Begitu mendengar ucapan bawahannya, kilatan mesum melintas di mata Edrik.Walaupun dia belum pernah bertemu dengan Luna, tetapi dia pernah melihat foto wanita itu.Memang benar, wanita itu adalah wanita yang sangat cantik. Dia dan Tina memiliki kecantikan masing-masing dan tidak ada salah satu di antara mereka yang lebih unggul dari yang lainnya.Melihat hati Edrik sudah tergerak, sopir yang sudah tidak sabar ingin menjilat atasannya itu pun
Beberapa saat kemudian."Rohan, kamu benar-benar bernyali besar. Apa kamu nggak takut aku membunuhmu sekarang juga?"Edrik menatap Rohan yang duduk di seberang sofanya dengan tatapan dingin.Dia benar-benar tidak menyangka pria itu bisa menyelinap masuk ke dalam Gedung Permata tanpa sepengetahuan siapa pun dan meneleponnya!Pria itu seolah-olah sudah yakin bahwa dia akan menyetujui pertemuan ini.Rohan tersenyum dan berkata, "Kalau Kak Edrik ingin membalas dendam Alden dan memenangkan hati anggota Aliansi Lautan Berlian, seharusnya orang yang kamu bunuh adalah Tuan Billy.""Adapun mengenai aku, aku hanya seekor anjing yang dipelihara oleh Tuan Billy. Apa gunanya membunuhku?" tanya Rohan.Edrik tidak berbicara.Ucapan Rohan ini memang masuk akal juga.Kalau Billy yang sedang berada di hadapannya, dia pasti akan membunuh pria itu tanpa ragu.Dengan membunuh Billy, maka tidak sulit lagi baginya untuk mengendalikan Aliansi Lautan Berlian.Bahkan, mungkin saja Titus juga tidak akan bersikap
Tuan Besar Basagita langsung membawa seluruh anggota Keluarga Basagita menuju ke Kompleks Vila Bumantara secepatnya.Saat ini, Luna sekeluarga sedang makan siang bersama Amanda sekeluarga.Melihat kedatangan Tuan Besar Basagita dan yang lainnya, Desi tahu mereka pasti datang mencari masalah lagi."Ayah, ada apa?" tanya Jacky."Kamu bertanya padaku ada apa?! Tanyakan saja pada menantu pembawa sial kalian itu!"Tuan Besar Basagita memelototi putranya, lalu berkata dengan tegas, "Grup Lautan Berlian meminta kita untuk menyerahkan Ardika. Besok dia harus menyerahkan nyawanya ke Gedung Glori!"Mendengar ucapan Tuan Besar Basagita, mereka yang tadinya sedang makan sudah tidak berselera makan.Luna buru-buru berkata, "Kakek, Kakek nggak perlu memedulikan mereka. Selama Ardika bersembunyi di Kompleks Vila Bumantara, Grup Lautan Berlian nggak akan berani mengirim orang untuk menangkapnya."Tentu saja Tuan Besar Basagita mengetahui kejadian dua puluh orang pembunuh yang ditembak mati di dalam ko
Menghadapi tindakan semena-mena Tuan Besar Basagita dan yang lainnya, Desi benar-benar tidak berdaya.Saat ini, dia juga malas untuk berdebat dengan sekelompok orang itu. Dia langsung berbalik dan naik ke lantai atas.Di balkon lantai dua, Luna sedang menggandeng lengan Ardika dengan erat dan berkata pada pria itu dengan sungguh-sungguh, "Ardika, tadi aku nggak bercanda. Besok aku akan menemanimu ke Gedung Glori, aku akan menemanimu menghadapi masalah apa pun!"Melihat air mata terus menetes membasahi pipi Luna, melihat matanya memerah dan membengkak, Ardika mengulurkan tangannya dan menyeka air mata istrinya dengan ibu jarinya.Memiliki seorang istri sebaik Luna, dia sudah sangat puas."Oke, besok kita pergi ke sana bersama. Aku ingin kamu melihat sendiri bagaimana akhir dari Edrik si bajingan itu."Semua orang beranggapan bahwa besok Ardika pergi ke Gedung Glori, pasti akan mati.Namun, Ardika sendiri tahu dia akan baik-baik saja.Karena Luna ingin ikut bersamanya, maka dia akan memb
"Ardika?"Tina sedikit kebingungan.Saat itu, Titus pergi ke pusat penahanan Kota Banyuli untuk membunuh Ardika, tetapi kembali tanpa hasil.Seluruh anggota Aliansi Lautan Berlian benar-benar kebingungan.Siapa sangka, ternyata saat itu Ardika sudah membuktikan dirinya tidak bersalah.Hal yang lebih membuat Tina penasaran adalah bagaimana cara Ardika memperoleh kepercayaan Titus.Namun, pria itu tidak menjawab pertanyaannya."Kalau begitu, mengapa Paman Titus membawaku ke sini?"Tina terpaksa mengubah pertanyaannya."Ardika yang memintaku untuk melakukannya."Titus tetap menjawab pertanyaan Tina dengan singkat.Tina makin terkejut.Di seluruh Grup Lautan Berlian, Titus hanya tunduk pada Alden dan memandang rendah semua orang. Mengapa orang sepertinya malah mendengar ucapan Ardika?!Tina juga sudah memahami kepribadian Titus.Pria itu tidak akan menjawab pertanyaan yang tidak ada artinya.Jadi, dia memutuskan untuk tidak bertanya.Dia berkata, "Paman Titus, kali ini aku pergi ke Kota Se
Sebelumnya Ardika menghancurkan Keluarga Buana, Wulan bukan hanya tidak berterima kasih pada Ardika, melainkan membencinya setengah hati.Ditambah lagi dengan dendam-dendam sebelumnya, tentu saja sekarang dia sangat senang melihat Ardika sudah hampir mati.Dia berkata seolah bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, "Ardika, setelah kamu mati, nggak butuh waktu lama, Luna pasti akan melupakanmu dan menikah dengan pria lain!""Apa kamu tahu Xavier, Tuan Muda Xavier yang kemarin datang itu?""Dia lebih tampan dan lebih kaya darimu. Latar belakang keluarganya juga lebih baik dibandingkan latar belakang keluargamu. Saat itu tiba, Luna akan menjalin hubungan dengannya. Sedangkan kamu, kamu sudah menjadi hantu yang bahkan nggak punya tempat untuk menangis!""Hahaha ...."Semua anggota Keluarga Basagita tertawa terbahak-bahak.Awalnya Ardika memang tidak berencana untuk mencari perhitungan dengan orang-orang ini.Namun, begitu mendengar kata-kata keterlaluan Wulan, dia menyipitkan mata
Sebelumnya, Tridon masih enggan tunduk pada Dewa Perang. Dia ingin melatih beberapa orang bawahan yang bisa diandalkan, lalu mencari kesempatan untuk melawan Dewa Perang lagi.Contohnya Musa, itu adalah orang berbakat yang telah dilatihnya dengan mengerahkan seluruh kemampuannya.Namun sekarang, Tridon baru mendapati saat dirinya benar-benar berhadapan dengan sosok Dewa Perang itu, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk merangkak bangkit.Kejadian hari ini membuatnya tidak berani memikirkan niat-niat lain lagi.Tanpa perlu Ardika turun tangan sendiri, Draco, bawahan Ardika sudah menghancurkan tubuh Musa hanya dengan satu tinju saja."Tridon, apa kamu mengira kamu masih bisa bertahan hidup?"Ardika menatap Tridon dengan sorot mata acuh tak acuh, lalu berkata dengan dingin, "Sebagai keturunan Negara Nusantara, kamu nggak mencintai negara ini dan memilih untuk pergi ke negara lain. Aku nggak menyalahkanmu.""Kamu nggak mencintai tanah airmu, tapi juga tolong jangan merusaknya.""Tapi,
Dengan ekspresi sedikit kebingungan dan sedikit tidak rela, orang tersebut terjatuh ke tanah tanpa adanya tanda-tanda kehidupan lagi.Tidak ada yang menyangka Draco tiba-tiba memainkan senjata api.Menghadapi tindakan tegas dan sadis sang Komandan, semua orang ketakutan setengah mati."Kamu!"Ekspresi Chiko langsung berubah menjadi pucat pasi. Dia mendongak, menatap orang di hadapannya itu dengan tatapan terkejut sekaligus marah.Draco menyimpan kembali senjata apinya, lalu berkata dengan dingin, "Bukankah kamu bilang tim tempur Galea ingin mendeklarasikan perang? Sekarang sudah ada sebuah alasan yang sesuai terpampang nyata di hadapanmu.""Aku beri kamu kesempatan untuk menghubungi tim tempur Galea, kamu tanyakan saja pada mereka.""Tanyakan pada Galea, apakah Galea berani mendeklarasikan perang pada Dewa Perang?!"Selesai berbicara, dia langsung melemparkan sebuah ponsel ke dalam pelukan Chiko.Chiko menerima ponsel itu dengan panik. Bagaikan menggenggam sebuah ubi rebus yang panas,
Mencari cara untuk memperoleh keuntungan maksimal, ini adalah tujuan awal orang-orang seperti mereka dalam melakukan segala sesuatu.Selain itu, setelah Tridon menyatakan dengan jelas, kelak mereka bisa bekerja sama dan memperoleh keuntungan bersama, Ardika masih ada alasan apa lagi untuk menyerang mereka.Menyerang mereka tidak akan membawa keuntungan apa pun untuk Ardika."Kalau begitu, Tuan Ardika, apakah sekarang kami sudah boleh pergi?"Chiko kembali mengajukan pertanyaan sambil tersenyum.Ardika melontarkan dua kata tanpa ekspresi. "Nggak boleh.""Tuan Ardika, apa maksudmu?!"Senyuman di wajah Chiko langsung membeku, dia menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Ada apa ini?Dia sudah "menjelaskan" dengan sedemikian jelasnya, Ardika masih tidak bersedia membiarkan mereka pergi?Ardika tidak menanggapi Chiko. Dengan kedua tangan di punggungnya, dia berkata tanpa menoleh ke belakang, "Draco, kamu beri tahu dia.""Beri tahu dia, apakah aku, Ardika, berhak mewakili tim tempur Negara Nu
Karena Ardika berani melontarkan kata-kata seperti itu, itu artinya dia benar-benar sudah melakukan persiapan untuk menghabisi Tentara Bayaran Lane.Kalau tidak, Ardika tidak mungkin tampak begitu tenang, seolah-olah kemenangan sudah ada di tangannya."Ardika, kamu nggak bisa melakukan ini!"Saat ini, Olin selaku Kodam, juga berteriak dengan keras, "Mereka memasuki Negara Nusantara melalui jalur resmi.""Di antara mereka, ada yang bekerja untuk perusahaan keamanan, ada pula yang merupakan karyawan perusahaan asing, serta ada pula yang merupakan perwakilan dari berbagai organisasi yang ditempatkan di Negara Nusantara.""Kalau kamu berani menyentuh mereka, apa kamu nggak takut akan terjadi konflik luar negeri, memicu protes?!"Olin benar.Ada ratusan orang asing yang tinggal di Negara Nusantara dalam jangka panjang, mereka tidak mungkin tidak memiliki identitas legal untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Kalau tidak, terlepas dari seberapa keras upaya mereka untuk menyembunyikan id
Aturan yang berlaku dalam internal Tentara Bayaran Lane adalah aturan tentara militer asing.Mereka hanya akan mendengar perintah dari atasan mereka.Biarpun dia adalah kepala instruktur Tentara Bayaran Lane, orang-orang ini hanya akan melaksanakan perintah dari Chiko, tidak akan mendengarkan sepatah kata pun darinya.Karena itulah, begitu Tridon melihat Chiko, dia segera mengajukan penawaran yang paling besar, mencoba untuk memikat keponakannya itu dengan keuntungan.Hanya dengan cara seperti inilah, kemungkinan besar keponakannya itu akan menyelamatkan nyawanya.Melihat Tridon yang saat ini melihatnya seperti sosok penyelamat, Chiko merasa sedikit kecewa.Pamannya yang satu ini sudah ketakutan setengah mati.Bukan lagi sosok kepala instruktur tentara militer asing yang luar biasa seperti dulu.Namun, tidak peduli Tridon berubah menjadi seperti apa, Chiko juga akan menyelamatkannya.Alasannya sederhana, Tridon bisa membantunya menguasai Keluarga Dougli dan menyerahkan relasi kemiliter
"Kak Ardika, sepertinya si tua bangka itu sedang menelepon memanggil bala bantuan?"Levin menangkap pergerakan Tridon yang diam-diam melakukan panggilan telepon, dia segera melaporkan hal itu pada Ardika.Ardika melambaikan tangannya, menyunggingkan seulas senyum mempermainkan dan berkata, "Nggak apa-apa, biarkan saja.""Sebelumnya hanyalah 'hidangan pembuka', pertunjukan menarik baru dimulai."Tujuan awal Ardika adalah memusnahkan anggota Tentara Bayaran Lane yang telah menyelinap masuk dan bersembunyi di Negara Nusantara.Kalau hanya untuk menghadapi sekelompok preman yang terbiasa menindas yang lemah dan takut pada yang kuat, dia juga tidak perlu mengerahkan Pasukan Drakon dan Pasukan Pengawal Draco.Seolah-olah tidak mendapati Tridon sedang menelepon memanggil bala bantuan, Ardika meminta anggota Pasukan Pengawal Draco untuk melanjutkan "pembersihan" lokasi."Berlutut!""Lempar senjata kalian ke tanah dan angkat kedua lengan kalian ke atas!"Di bawah teguran tajam dan tegas para pr
"Gawat, gawat!"Menyaksikan para pembunuh dunia preman Keluarga Dougli itu sudah mulai ketakutan dan mundur, sekitar seratus orang perwakilan cabang Keluarga Dougli, mulai merasakan tangan dan kaki mereka sedingin es.Orang sebodoh apa pun, saat ini pasti sudah mengerti.Ini adalah sebuah perangkap yang dipasang untuk mereka semua, dengan tujuan untuk melenyapkan kekuatan Keluarga Dougli secara menyeluruh.Namun, mereka malah berinisiatif masuk ke dalam perangkap ini."Aku benci!"Saat ini, ekspresi Tridon tampak ganas, seperti sudah di ambang kegilaan.Tiga raja tentara besar sudah mati.Anak buah lainnya yang dibawanya dari Galea, juga dijadikan sebagai target khusus dan sudah tewas.Pembunuh dunia preman yang mendekati sepuluh ribu orang, juga sudah ketakutan setengah mati dan kehilangan daya tempur.Kalah telak, tidak berlebihan untuk menggambarkan situasinya saat ini.Musnah.Semuanya sudah musnah.Sekarang, dia sudah berubah menjadi sosok pemimpin yang tidak memiliki anak buah.P
"Bam!"Dengan darah terciprat dari tubuhnya, tubuh Musa menghantam tanah dengan keras.Di lokasi benturan tubuhnya, permukaan tanah langsung membentuk sebuah lubang, pecahan-pecahan batu beterbangan dengan ganas ke seluruh arah."Ahhh!"Di bawah tatapan terkejut bukan main orang-orang di sekelilingnya, termasuk Tridon, Musa mengeluarkan suara teriakan kesakitan.Lengannya sudah hancur dan berserakan di tanah.Sementara itu, seperti sebuah batu yang dipecahkan, muncul banyak bekas retakan di tubuhnya.Retakan-retakan itu bahkan sudah menjalar ke area wajahnya, setetes demi setetes darah sudah mengalir. Tak lama kemudian, dia sudah seperti "manusia darah"."Musa!"Tridon berteriak dengan marah.Musa adalah anak buah yang paling diandalkan dan paling penting baginya, tetapi malah dipukul oleh seseorang menjadi seperti ini hanya dengan satu tinju saja.Sekujur tubuhnya terbelah.Membayangkan hukuman kejam membelah tubuh dengan lima ekor kuda zaman dahulu, penderitaan seperti itu bukanlah s
Musa berkata dengan datar, "Kamu sedang mengisyaratkanku untuk nggak membunuhmu?""Baiklah, aku percaya untuk sementara waktu."Selesai berbicara, dia melangkah maju satu langkah.Tidak terlihat dia mengerahkan kekuatannya, tetapi di saat telapak kakinya menyentuh permukaan tanah, tubuhnya langsung condong ke depan, melesat ke arah Draco berdiri.Seperti anak panah yang lepas, kecepatan Musa luar biasa cepat!Dalam sekejap mata saja, dia sudah muncul di hadapan Draco dan mengayunkan lengannya.Pergerakan lengannya ini bahkan lebih cepat dibandingkan tubuhnya, bahkan terdengar seperti melesat menebus udara.Dengan menggunakan tinju tersebut sebagai mata angin, topan tak kasat mata seperti terbentuk di sekitarnya, seakan-akan sedang mengoyak udara dengan ganas!Kalau tinju ini mengenai sasaran, pasti tubuh orang tersebut akan meledak di tempat!"Eh?"Dengan sorot mata sedikit terkejut, sudut bibir Draco terangkat ke atas.Walaupun dia merasa bocah yang satu ini pandai berpura-pura, tetap