Tina mengerutkan keningnya dan berkata, "Dua ratus miliar terlalu mahal."Bahkan Luna juga terkejut bukan main.Hanya membeli sebuah informasi saja, pria itu membuka harga sebesar 200 miliar?! Membuka harga setinggi langit itu bukankah sama saja dengan pemerasan?!Yoga menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Sama sekali nggak mahal. Pak Alden adalah sosok raja preman yang sudah sangat terkenal di dunia preman Provinsi Denpapan. Mungkin saja kematiannya menyimpan banyak misteri dan merupakan bagian dari sebuah rencana kejahatan yang sempurna. Aku meminta orang untuk menyelidiki hal ini dengan menghadapi risiko yang sangat besar."Mendengar ucapan sang penyalur informasi, Tina tidak mengucapkan sepatah kata pun.Sekarang kekuasaannya sudah dicabut oleh para anggota lama Grup Lautan Berlian, bagaimana mungkin dia bisa mengeluarkan uang sebesar 200 miliar lagi?"Nona Tina, kalau kamu merasa kemahalan, silakan pergi saja. Aku nggak akan meminta bayaran atas teh yang kami sugu
Tak lama kemudian, Edrik sudah tiba di Kota Serambi.Di taman logistik yang sama, dia melihat Yoga yang sudah menunggunya di sana."Ah, sepertinya dua hari ini bisnis taman logistikku sangat baik, sudah ada dua pewaris Aliansi Lautan Berlian yang datang ke sini."Yoga tersenyum dan berkata, "Tuan Edrik datang mencariku juga untuk menyelidiki pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian, 'kan?""Kalau begitu, apa Pak Yoga sudah menemukan siapa pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian?" tanya Edrik dengan santai."Ya, kami sudah menemukan orangnya. Tapi, seharusnya Tuan Edrik juga tahu peraturanku dalam berbisnis, bukan? Kalau kamu ingin tahu siapa orang itu, kamu harus mengeluarkan uang untuk membeli informasi itu dariku."Yoga menyeduh teh dan menyuguhkannya kepada Edrik.Edrik hanya mengangkat cangkir teh tanpa meminumnya. Di langsung bertanya, "Tina mengeluarkan berapa banyak uang untuk membeli informasi itu darimu?""Nona Luna yang datang bersamanya mengeluarkan uang sebesar 200 miliar. Dia s
"Tina, ayo kita kembali ke Kota Banyuli sekarang juga!" kata Luna dengan tidak sabar. Matanya sudah tampak memerah.Karena Edrik adalah pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian, maka sudah bisa dipastikan bahwa Ardika benar-benar dituduh dan dijebak oleh orang lain.Sekarang dia sangat menyesal.Sebelumnya, saat berada di Hotel Puritama, semua orang tidak memercayai Ardika, termasuk dirinya yang seharusnya percaya pada Ardika.Bahkan, karena dikuasai oleh gejolak amarah, dia melayangkan sebuah tamparan ke wajah Ardika.Luna ingin sekali memiliki sayap dan bisa kembali ke Kota Banyuli secepatnya, mengeluarkan Ardika dari pusat penahanan, lalu meminta maaf pada Ardika."Ayo kita pergi."Tina menganggukkan kepalanya, lalu berbalik dan pergi bersama Luna."Tunggu. Nona Luna, masih ada 100 miliar yang belum kamu transfer kepadaku."Tepat pada saat ini, terdengar suara ramah Yoga dari arah belakang.Kalau bukan karena 100 miliar yang belum dilunasi itu, dia tidak mungkin bersabar beromong koson
Melihat Luna tidak menyalahkannya, Tina merasa agak tenang.Dia mulai memikirkan solusi untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi saat ini."Edrik menyuap Yoga dan berencana untuk menjadikanku sebagai pengkhianat, mungkin karena merasakan tekanan yang sangat besar dari Titus. Dia ingin menjadikanku sebagai kambing hitam. Dengan begitu, Titus akan membunuhku."Tina menganalisis situasi saat ini dengan tenang."Saat Titus hendak membunuhmu, kamu bisa memberi penjelasan padanya, paling nggak memintanya untuk melakukan penyelidikan terlebih dahulu."Luna tidak tahu siapa Titus.Namun, melalui kata-kata yang keluar dari mulut Tina, dia menangkap orang itu berdiri di posisi netral.Luna menggelengkan kepalanya dan berkata, "Titus hanya setia pada ayahku. Aku belum pernah bertemu dengannya. Dalam lubuk hatinya, Edrik jauh lebih bisa dipercayai dibandingkan aku. Paling nggak, ayah kandung Edrik yang sudah meninggal adalah teman lamanya.""Selain itu, sebelumnya anak buahku di Kota Banyuli
"Luna, kamu di mana? Pagi-pagi sekali aku pergi ke Gedung Ansa untuk menjemputmu, kenapa kamu nggak berada di sana?"Saat menerima panggilan telepon dari Luna, Xavier sedang berada di Vila Cakrawala bersama Desi dan yang lainnya."Aku berada di Kota Serambi ...."Luna menceritakan secara singkat situasi yang dihadapinya saat ini.Begitu mendengar cerita Luna, Xavier mengerutkan keningnya.Tidak butuh waktu lama baginya untuk menebak bahwa semalam Luna pergi ke Kota Serambi demi menyelesaikan masalah Ardika.Dia tidak menyangka walaupun Luna sudah mengumumkan perceraian dengan Ardika, tetapi wanita itu masih saja memikirkan Ardika.Dalam sekejap, gelombang kecemburuan yang kuat menyelimuti hati Xavier!Namun, sekarang Luna sendiri sudah terseret dalam masalah dan meminta bantuannya.Kali ini, api cinta Luna terhadap Ardika belum padam.Namun, sekali, dua kali dan seterusnya, apakah perasaan Luna terhadap Ardika tetap tidak akan berubah?Setelah menghibur dirinya sendiri dalam hati, Xavi
"Mungkin saja, ya. Aku juga baru pertama kali melihat helikopter mengudara dari sana."Desi sendiri juga tidak tahu.Xavier tersenyum dan berkata, "Seharusnya memang benar Komandan Draco. Apa tadi kalian melihat ada motif pedang di badan helikopter? Itu adalah simbol Kediaman Dewa Perang, artinya helikopter itu adalah helikopter khusus Kediaman Dewa Perang.""Wewenang helikopter Kediaman Dewa Perang lebih tinggi dibandingkan wewenang helikopter tim tempur Kota Banyuli.""Begitu helikopter itu mengudara, departemen pengatur lalu lintas udara akan segera melakukan pembatasan. Saat itu pula, pesawat lainnya dilarang mengudara, agar helikopter Kediaman Dewa Perang bisa melintas tanpa hambatan apa pun.""Seharusnya Komandan Draco ada urusan mendadak yang harus diselesaikannya sesegera mungkin ...."Setelah mendengar penjelasan Xavier, semua orang menunjukkan ekspresi paham sekaligus kagum.Desi bertanya dengan penasaran, "Xavier, ayahmu adalah wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan, apa
Ardika mengerutkan keningnya, lalu melirik Yanis yang berdiri di belakangnya sekilas.Yanis segera melangkah maju."Syuu!"Dia mengeluarkan sebuah identitas dengan cap resmi, lalu menyodorkannya ke hadapan penjaga taman logistik."Aku adalah Yanis, ketua pengawal Komandan Draco tim tempur Kota Banyuli. Cepat beri tahu penanggung jawab taman logistik kalian untuk melepaskan Nona Luna!""Oh? Komandan Draco? Kalau begitu, aku adalah Dewa Perang! Lihatlah bocah di belakangmu itu! Dia sama sekali nggak mirip dengan Komandan Draco!""Jangan pikir hanya dengan berpura-pura menjadi tokoh hebat saja, kalian sudah bisa menggertak orang!"Siapa sangka, alih-alih menuruti perintah Yanis, penjaga taman logistik itu malah tertawa dingin setelah melihat Ardika.Dia beranggapan bahwa Ardika dan Yanis adalah penipu.Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya dan berkata dengan kesal, "Cepat pergi dari sini!"Dikatai seperti itu oleh orang lain di hadapan Ardika, ekspresi Yanis langsung berubah menjad
Dua buah mobil itu berhenti di depan pintu taman logistik.Jacky dan Desi, serta bibi Luna, Amanda sekeluarga dan Xavier, satu per satu keluar dari mobil.Hanya Handoko yang masih kesal atas perceraian kakaknya dengan kakak iparnya tidak ikut datang ke sini.Begitu mereka semua keluar dari mobil dan melihat Ardika, mereka langsung tercengang.Mereka tidak menyangka Ardika bisa berada di sini, bahkan lebih cepat dibandingkan mereka.Bukankah pria itu sedang berada di dalam pusat penahanan?Desi berkata dengan nada bicara jijik sekaligus tajam, "Ardika, kenapa kamu datang ke sini?! Apa kamu melarikan diri dari penjara?!" Ekspresinya juga tampak dingin.Dia sama sekali tidak senang melihat keberadaan Ardika."Ibu, aku sudah terbukti nggak bersalah. Aku nggak membunuh Alden."Ardika mencoba untuk memberi penjelasan kepada ibu mertuanya. "Aku dengar Luna ditahan oleh pemilik taman logistik ini, jadi aku datang secara khusus untuk mengeluarkannya dan menjemputnya pulang ....""Jangan panggil