Begitu menerima informasi Titus sudah datang ke Vila Lacosta, Billy benar-benar ketakutan setengah mati.Dia tahu, Titus tidak sebodoh dan begitu mudah dihadapi seperti Jinto dan Romi.Karena itulah, dia langsung meninggalkan semua anak buahnya dan melarikan diri dari Vila Lacosta bersama Rohan.Keberadaan Billy tidak diketahui.Karena hal itu pula, nyawa Jinto dan Romi terselamatkan.Mereka bergegas meninggalkan Vila Lacosta dan kembali untuk memberi laporan kepada Ardika.Saat mendengar cerita kedua orang itu, ekspresi Ardika tampak sangat tenang.Hingga saat mendengar informasi Billy mengatakan sendiri bahwa dia yang telah meracuni Alden sampai mati, Ardika baru mengangkat alisnya dan terlihat sedikit terkejut."Kalau begitu, racun kuno itu diracik oleh Billy sendiri?"Racun kuno itu tidak bisa diracik oleh seorang apoteker biasa,Bahkan hanya segelintir orang yang mengetahui komposisi racun tersebut.Biasanya, racun kuno ini diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut dalam
Bromo melihat pedang dalam genggaman Titus sudah sedikit terangkat.Mungkin saja detik berikutnya pedang itu akan menebas lehernya!Melihat pemandangan itu, dia langsung gugup setengah mati.Dia buru-buru membersihkan namanya dari tuduhan itu. "Kak Titus sudah salah paham padaku. Aku juga sudah lama mengikuti Tuan Alden dan sangat setia padanya. Bagaimana mungkin aku bekerja sama dengan orang luar untuk mencelakai Tuan Alden?!""Huh! Biarpun kamu ingin menjadi pengkhianat, kamu juga nggak punya nyali dan kepintaran itu."Pada akhirnya, Titus meletakkan kembali pedangnya dan mendengus dingin, sebagai isyarat bahwa dia sudah melepaskan Bromo.Detik sebelumnya, ekspresi Bromo tampak pucat pasi, detik berikutnya, ekspresinya berubah menjadi muram. Ucapan Titus benar-benar membuatnya sangat malu.Walaupun kata-kata yang keluar dari mulut Titus tidak menyakitinya, tetapi merupakan penghinaan yang besar baginya.Dengan kata lain, Titus menganggap remeh dirinya."Ya, benar. Ucapan Kak Titus be
"Hmm, kalau begitu, terima kasih."Luna menganggukkan kepalanya dengan perlahan.Tak lama kemudian, Xavier sudah mengemudikan mobilnya untuk mengantar Luna ke perusahaan. Sebuah mobil Maybach dengan pelat nomor ibu kota provinsi.Dia secara khusus keluar dari mobilnya dan membukakan pintu kursi penumpang di samping pengemudi untuk Luna.Luna ragu sejenak. 'Kalau aku duduk di kursi belakang, sepertinya kurang menghormatinya.' Pada akhirnya, Luna pun masuk ke dalam dan duduk di kursi penumpang di samping kursi pengemudi.Kemudian, mobil Maybach itu pun melaju pergi meninggalkan Vila Cakrawala.Di balik pohon willow di tepi danau.Ardika menatap ke arah Maybach itu melaju pergi dengan lekat, tangannya tampak terkepal dengan erat.Perasaannya saat ini terasa campur aduk.Momen kebersamaan antara Luna dan Xavier di depan pintu sudah dilihatnya dengan sangat jelas."Tuan Ardika, ayah Xavier adalah wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan. Hari ini, setelah Tuan dibawa ke pusat penahanan, di
"Huh! Apa-apaan kamu? Menikah lagi?!""Ardika, apa kamu merasa keluarga kami belum cukup menyedihkan karena kamu celakai?!""Coba kamu katakan, sejak kamu menjadi menantu keluarga kami, keluarga kami sudah tertimpa berapa banyak masalah?!""Kamu adalah pembawa sial! Berani-beraninya kamu membahas tentang menikah lagi dengan putriku! Cepat pergi dari sini!"Desi memelototi Ardika dengan ekspresi jijik dan penuh kebencian.Kalau bukan karena Sigit berada di sana, dia benar-benar ingin menerjang ke arah Ardika dan melayangkan beberapa tamparan ke wajah pria itu."Sigit, ayo kita pergi."Ardika tidak mengucapkan sepatah kata lagi, dia langsung berbalik dan pergi. Dia berencana untuk tinggal di kediaman mewah milik Draco yang terletak di sebelah Vila Cakrawala untuk sementara waktu.Lagi pula, selama kata-kata bukan keluar dari mulut Luna sendiri, dia tidak akan melepaskan Luna begitu saja."Cepat pergi sana! Kelak jangan menginjakkan kakimu di Vila Cakrawala lagi!" teriak Desi ke arah pung
Luna menatap wajah sahabatnya dengan tatapan gugup.Dia tahu Tina baru saja merasakan betapa sakitnya kehilangan sosok ayah, sahabatnya ini pasti sangat membenci Ardika.Kemungkinan besar kata-kata yang keluar dari mulutnya ini bisa menyulut amarah sahabatnya.Luna tidak ingin kehilangan sahabat terbaiknya ini.Namun, kalau dia tidak menyelidiki kebenaran, dia tidak akan bisa tahu sebenarnya Ardika telah dituduh dan dijebak oleh orang lain atau tidak.Alih-alih marah besar, Tina sama sekali tidak marah. Dia hanya menatap Luna dan bertanya, "Kalau kebenaran menunjukkan benar-benar Ardika yang telah membunuh ayahku?"Luna berkata dengan gigi terkatup, "Kalau begitu, aku nggak akan berkomentar lagi. Dia layak mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.""Oke, kalau begitu, kita lakukan penyelidikan bersama."Ucapan Tina membuat Luna sangat terkejut. Dia tidak menyangka sahabatnya akan menyetujui permintaannya dengan begitu cepat dan mudah."Sebenarnya, setelah aku menenangkan d
Tina mengerutkan keningnya dan berkata, "Dua ratus miliar terlalu mahal."Bahkan Luna juga terkejut bukan main.Hanya membeli sebuah informasi saja, pria itu membuka harga sebesar 200 miliar?! Membuka harga setinggi langit itu bukankah sama saja dengan pemerasan?!Yoga menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, "Sama sekali nggak mahal. Pak Alden adalah sosok raja preman yang sudah sangat terkenal di dunia preman Provinsi Denpapan. Mungkin saja kematiannya menyimpan banyak misteri dan merupakan bagian dari sebuah rencana kejahatan yang sempurna. Aku meminta orang untuk menyelidiki hal ini dengan menghadapi risiko yang sangat besar."Mendengar ucapan sang penyalur informasi, Tina tidak mengucapkan sepatah kata pun.Sekarang kekuasaannya sudah dicabut oleh para anggota lama Grup Lautan Berlian, bagaimana mungkin dia bisa mengeluarkan uang sebesar 200 miliar lagi?"Nona Tina, kalau kamu merasa kemahalan, silakan pergi saja. Aku nggak akan meminta bayaran atas teh yang kami sugu
Tak lama kemudian, Edrik sudah tiba di Kota Serambi.Di taman logistik yang sama, dia melihat Yoga yang sudah menunggunya di sana."Ah, sepertinya dua hari ini bisnis taman logistikku sangat baik, sudah ada dua pewaris Aliansi Lautan Berlian yang datang ke sini."Yoga tersenyum dan berkata, "Tuan Edrik datang mencariku juga untuk menyelidiki pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian, 'kan?""Kalau begitu, apa Pak Yoga sudah menemukan siapa pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian?" tanya Edrik dengan santai."Ya, kami sudah menemukan orangnya. Tapi, seharusnya Tuan Edrik juga tahu peraturanku dalam berbisnis, bukan? Kalau kamu ingin tahu siapa orang itu, kamu harus mengeluarkan uang untuk membeli informasi itu dariku."Yoga menyeduh teh dan menyuguhkannya kepada Edrik.Edrik hanya mengangkat cangkir teh tanpa meminumnya. Di langsung bertanya, "Tina mengeluarkan berapa banyak uang untuk membeli informasi itu darimu?""Nona Luna yang datang bersamanya mengeluarkan uang sebesar 200 miliar. Dia s
"Tina, ayo kita kembali ke Kota Banyuli sekarang juga!" kata Luna dengan tidak sabar. Matanya sudah tampak memerah.Karena Edrik adalah pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian, maka sudah bisa dipastikan bahwa Ardika benar-benar dituduh dan dijebak oleh orang lain.Sekarang dia sangat menyesal.Sebelumnya, saat berada di Hotel Puritama, semua orang tidak memercayai Ardika, termasuk dirinya yang seharusnya percaya pada Ardika.Bahkan, karena dikuasai oleh gejolak amarah, dia melayangkan sebuah tamparan ke wajah Ardika.Luna ingin sekali memiliki sayap dan bisa kembali ke Kota Banyuli secepatnya, mengeluarkan Ardika dari pusat penahanan, lalu meminta maaf pada Ardika."Ayo kita pergi."Tina menganggukkan kepalanya, lalu berbalik dan pergi bersama Luna."Tunggu. Nona Luna, masih ada 100 miliar yang belum kamu transfer kepadaku."Tepat pada saat ini, terdengar suara ramah Yoga dari arah belakang.Kalau bukan karena 100 miliar yang belum dilunasi itu, dia tidak mungkin bersabar beromong koson
Cahdani selalu memperlakukan orang-orangnya sesuka hatinya.Tepat di hadapan para anak buahnya, dia melayangkan beberapa tamparan ke wajah Jepi. "Satu hal lagi, memukul orang jangan memukul wajahnya! Apa kamu nggak tahu hal ini? Kamu memukuli wajah wanita itu hingga babak belur, bagaimana aku bisa menikmatinya lagi?""Dasar bodoh! Aku benar-benar ingin menampar mati kamu!"Selesai berbicara, Cahdani kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Jepi.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Jepi sampai melangkah mundur lagi dan lagi. Dia merasa malu sekaligus marah.Akan tetapi, identitas Cahdani terpampang nyata di sana, membuatnya tidak berani melawan sama sekali.Dia mengeluarkan tisu, menyerahkannya pada Cahdani, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan Muda Cahdani, aku salah, aku nggak melakukan tugasku dengan baik, memang pantas dihukum!""Tapi terjadi kejadian yang nggak terduga. Dua orang dari luar kota itu ingin memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Nggak ha
"Bocah, aku sedang bicara denganmu!"Jepi melontarkan satu kalimat itu dengan diliputi amarah yang membara.Karena dia mendapati setelah dia selesai berbicara, bocah di seberangnya itu tetap saja makan di sana dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa.Hal ini membuat Jepi merasa malu dan terhina, serta membuatnya merasakan Ardika benar-benar meremehkan dirinya.Kalau bukan karena meremehkan dirinya, bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini bocah itu masih bisa duduk dengan santai dan makan?Jepi benar-benar kebingungan, dia tidak tahu dari mana asal kepercayaan diri dan keberanian bocah itu.Dia hanya kelihatan seperti penguasa di sebuah tempat kecil, apa dia benar-benar mengira dia sudah tak terkalahkan di tempat yang dipenuhi dengan tokoh-tokoh hebat seperti ibu kota provinsi ini?Tanpa mengangkat kepalanya, sambil menyendokkan ikan untuk dirinya sendiri, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Karena kamu begitu nggak tahu diri, maka aku hanya bisa menambah persyaratanku.""
"Bocah, aku sudah menyuruh kalian untuk pergi dari sini, tapi kalian malah berani tetap tinggal di sini! Apa hidangan di sini sebegitu enaknya! Aku akan membiarkan kalian makan sepuasnya!"Tepat pada saat tangan besar Jepi meraih bahu Ardika, Ardika tiba-tiba saja mengulurkan tangannya dan mengeluarkan sumpit dari tempat sumpit kuno itu."Syuuu!"Sumpit itu melesat dengan cepat, langsung menusuk telapak tangan Jepi yang seperti kipas tipis itu. Saat Jepi mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, dengan kecepatan dan kekuatan sama seperti sebelumnya, sumpit itu tertancap ke bahunya.Dalam sekejap, kemeja putih yang dikenakannya diwarnai dengan merah darah."Ahhh ...."Jepi mengeluarkan suara teriakan seperti binatang yang disembelih. Lengannya yang sudah dalam posisi bengkok itu tetap menempel dengan kokoh di bahunya oleh sumpit yang sudah berlumuran darah itu."Berisik sekali."Ardika mengucapkan dua kata itu dengan santai, lalu meninju Jepi hingga tubuh pria itu terpental, membentur la
"Melarikan diri, huh?""Ayo, coba lari kalau kamu bisa!"Selesai berbicara, pria kekar itu kembali melayangkan dua tamparan.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Vita mengeluarkan suara teriakan menyedihkan. Rambutnya berantakan, penampilannya benar-benar menyedihkan."Dulu dia adalah orang berbakat di Organisasi Snakei cabang Gotawa, siapa sangka ada suatu hari di mana dia mengalami kejatuhan signifikan seperti ini ...."Levin bergumam dengan nada bicara menyayangkan.Namun, karena sebelumnya Vita sempat berpikir untuk membunuh Ardika untuk membalaskan dendam ayahnya, jadi dia juga tidak berencana untuk melakukan intervensi.Para pengunjung beberapa meja lainnya juga hanya menyaksikan pemandangan itu layaknya penonton. Walaupun ada orang yang tidak tega melihat seorang wanita diperlakukan dengan begitu kejam, tetapi mempertimbangkan sikap arogan dan semena-mena pria kekar itu, mereka juga tidak berani bersuara.Saat ini, pria kekar yang memimpin sekelompok pria ini berjalan menghampiri V
Tentu saja Ardika tahu Asosiasi Dagang Polam.Saat di Kota Banyuli, dia sudah sempat berinteraksi beberapa kali dengan asosiasi tersebut.Sebelumnya Asosiasi Dagang Polam masih sempat berpikir untuk menguasai Asosiasi Dagang Kota Banyuli, tetapi digagalkan olehnya dan Luna.Selain itu, sebelumnya saat berada di Restoran Siam, Ardika juga mendengar Leane mengatakan bahwa sebelumnya Sutandi terlibat dalam konflik dengan Asosiasi Dagang Polam saat berbisnis, bahkan nyaris ditenggelamkan.Sangat jelas bahwa sosok Tuan Baik Hati yang sangat bersemangat dan berdedikasi dalam melakukan kegiatan amal ini, sesungguhnya tidak sebaik hati yang dideskripsikan oleh orang-orang luar.Kepala Asosiasi Dagang Polam, sangat jelas Titran juga sudah termasuk sebagai tokoh besar yang bisa mengguncang Provinsi Denpapan.Sekarang pemilik restoran sengaja menyebutkan Tuan Baik Hati ini, sangat jelas dia ingin meminjam reputasi pria tu untuk menggertak orang-orang yang menerobos masuk ke restorannya dengan nia
"Anehnya, dulu wanita ini sering menunjukkan batang hidungnya, membantu mengurus bisnis-bisnis Keluarga Halim. Gambaran seorang istri yang lembut dan berkemampuan sangat cocok mendeskripsikannya.""Tapi, setelah Sirilus mati, wanita ini tetap berada di rumah saja, jarang keluar lagi. Hingga kini, dia juga tidak menunjukkan tanda-tanda ingin merebut kekuasaan," kata Levin.Ardika sedikit mengerutkan keningnya dan berkata, "Bisa-bisanya kamu melupakan orang yang sepenting ini.""Maaf, Kak Ardika. Aku sudah lalai!"Levin buru-buru meminta maaf.Ardika menundukkan kepalanya, lanjut makan. "Awasi wanita itu. Aku merasa dia dan Revando adalah tipe orang sejenis.""Baik!"Levin mengangguk. Secara naluriah, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang baru saja berjalan masuk.Ardika juga ikut melirik ke arah wanita itu sekilas. Dia melihat seorang wanita yang mengenakan gaun panjang dan memakai masker berjalan masuk.Wanita itu melirik semua orang yang berada di tempat itu sekilas.Saat pand
"Vita nggak perlu disebut juga nggak masalah. Dia belum lama dipindahkan ke sini, ditambah lagi sekarang dia sudah lumpuh. Fondasinya masih belum kuat, nggak ada seorang pun di cabang Provinsi Denpapan yang menganggap serius dia."Mengingat wanita yang dia lumpuhkan dengan tangannya sendiri itu, Ardika juga menggelengkan kepalanya pelan.Jujur saja, kalau wanita itu bukan musuhnya, dia cukup mengagumi wanita itu.Setelah Haron mati, demi membalaskan dendam ayahnya, wanita itu datang secara terang-terangan untuk membalas dendam padanya, tidak memainkan trik-trik rendahan seperti Hanko.Setelahnya, seolah-olah sudah menyadari bahwa pembunuh Haron yang sesungguhnya bukanlah dirinya, wanita itu bahkan pernah memperingatkannya.Intinya, kalau tidak membicarakan posisi mereka adalah musuh, boleh dibilang wanita ini cukup berkarakter.Saat ini, pelayan mulai menyajikan hidangan-hidangan yang dipesan oleh Ardika dan Levin.Selain satu hidangan ikan air tawar, masih ada tiga lauk dan satu sup l
Saat berbicara, Levin mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan foto beberapa orang kepada Ardika."Ini adalah putra pertama Keluarga Halim, Cahdani Halim. Ini adalah putra kedua, Winsto Halim. Mereka lebih berkemampuan dibandingkan Valtino, putra bungsu yang sudah terlalu dimanjakan ini.""Mereka bukan hanya berhasil menarik sekelompok orang, juga berhasil menarik orang-orang yang memegang kekuasaan internal cabang Provinsi Denpapan, mendapatkan dukungan dari orang-orang tersebut.""Yang mendukung Cahdani adalah wakil ketua cabang, Giorgi Kalingga, sedangkan wakil ketua cabang yang satu lagi, Wilgo, memilih untuk mendukung Winsto.""Atau lebih tepatnya lagi adalah mereka saling memanfaatkan satu sama lain. Karena kedua belah pihak sudah mencapai kesepakatan bersama, Cahdani dan Winsto juga akan mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk mendukung kedua orang tersebut menjadi ketua cabang Provinsi Denpapan ...."Levin memberikan penjelasan panjang lebar, sangat jelas dia sudah mengetahui
Tina memilih untuk menjalin hubungan baik terlebih dulu dengan orang-orang Keluarga Citora, ini adalah cara yang paling cepat untuk melebur dengan penduduk lokal ibu kota provinsi, jalan pintas agar berbagai pihak dunia preman tempat ini menganggap dirinya sebagai orang sendiri.Selain itu, beberapa orang murid Haron yang mengalami kejatuhan signifikan dan menjalani kehidupan yang sulit itu, juga bukan pecundang.Saat ini, mereka hanya kekurangan sebuah kesempatan.Tina bersedia memberi mereka kesempatan ini, mereka pasti tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Pada saat bersamaan, orang-orang ini juga bisa menjadi senjata bagi Tina untuk menyerang."Hmm, biarkan saja dia yang mengambil tindakan sendiri. Panggil Tujuh Bilah dan Serigala Ganas ke ibu kota provinsi untuk membantunya."Ardika melambaikan tangannya.Awalnya dia ingin memberi arahan dan bimbingan pada Tina, bahkan diam-diam membantu wanita itu dari belakang. Ya, bagaimanapun juga, wanita itu adalah sahabat istriny