"Baik, Tuan!"Vincent menerima perintah dari majikannya dengan penuh hormat, lalu berbalik dan hendak berjalan pergi."Tuan, menurut informasi dari mata-mata yang kita tempatkan di Gedung Glori, mereka sudah mengundang Titus pergi ke pusat penahanan untuk membalaskan dendam Alden dengan membunuh Ardika!""Dua puluh tahun yang lalu, Titus adalah pengawal pribadi Alden. Dia juga dikenal sebagai pembunuh nomor satu ibu kota provinsi. Dengan berbekal sebilah pedang panjang, nggak ada seorang pun yang bisa mengalahkannya di Kota Banyuli.""Kalau Vincent bertemu dengannya sebelum membunuh target, sepertinya kemungkinan besar akan membawa kerugian pada kedua belah pihak," kata Rohan.Mendengar ucapan Rohan, Vincent menoleh dan berkata dengan dingin, "Kalau aku bertemu dengan Titus, aku akan membunuhnya terlebih dahulu!"Dia menganggap dirinya sebagai ahli bela diri nomor satu di dunia preman Kota Banyuli, jadi tentu saja dia tidak menganggap serius Titus yang sudah pensiun selama dua puluh ta
"Minggir sana," kata Titus dengan acuh tak acuh tanpa menghentikan langkah kakinya.Perlahan tapi pasti, dia melangkahkan kakinya menuju ke arah area pengawasan."Huh! Kamu bahkan nggak menanyakan namaku?"Kilatan tajam melintas di mata Vincent. Sikap meremehkan Titus benar-benar sudah menyulut amarahnya."Aku nggak perlu tahu nama orang mati."Saat ini, jarak antara Titus dan Vincent hanya tersisa sepuluh langkah saja.Vincent mengangkat pisau bajanya dan menunjukkan aura membunuh yang kuat. "Eh! Sebelum kamu mati, aku beri kamu satu kesempatan untuk menanyakan namaku ...."Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Titus yang sebelumnya masih berjarak sepuluh langkah darinya, tiba-tiba muncul tepat di hadapannya!"Syuuu!"Dia langsung mengayunkan pedangnya yang sudah patah itu."Kamu ...."Seperti melihat hantu, Vincent membelalak tidak percaya.Sebelum dia sempat mengucapkan kata kedua, lehernya sudah ditebas dan kepalanya jatuh ke tanah seperti bola yang terjatuh ke tanah.Tubuh
"Kamu nggak akan bisa membunuhku."Ardika menempatkan kedua tangannya di punggungnya. Ucapan Titus sama sekali tidak menyebabkan gejolak dalam hatinya.Titus mendengus dan berkata, "Aku sudah berkali-kali mendengar ucapan seperti ini. Tapi, setiap kali orang yang mengucapkan kata-kata seperti ini pasti akan berakhir dengan kematian."Tiba-tiba, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah kiri dan kanan tembok dan tampak mengerutkan keningnya.Pergerakan Titus hampir sama persis dengannya.Ardika mengalihkan pandangannya kembali ke arah Titus dan berkata dengan acuh tak acuh, "Ada sepuluh orang di setiap sisi. Kalau begitu, bagaimana kalau kita bersaing siapa yang terlebih dahulu menyingkirkan orang-orang itu? Kalau kamu kalah, kamu harus pergi sendiri dari sini!"Dia tidak berniat membunuh Titus.Orang di hadapannya ini memiliki kekuatan yang luar biasa, pasti merupakan orang kepercayaan Alden.Karena dia memang tidak membunuh Alden, dia tidak perlu bermusuhan dengan orang kepercayaan Alde
"Pembunuh yang kamu maksud adalah Billy atau pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian?" tanya Ardika tanpa menoleh ke belakang.Ucapan yang keluar dari mulut Ardika membuat Titus tercengang.Dia berkata dengan terkejut, "Maksudmu ada pengkhianat dalam Grup Lautan Berlian?""Kemarin aku sempat meminum teh bersama Alden dan mengingatkannya dia sudah keracunan."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Ada sejenis racun kuno, ia terdiri dari komposisi racun dan penyebab racun kumat. Komposisi racun ini bisa bertahan di dalam tubuh orang yang keracunan selama tiga tahun atau paling singkat setengah tahun. Ia akan menggerogoti saraf dan pembuluh darah orang yang keracunan. Tapi, selain tubuh melemah perlahan-lahan, nggak akan ada pengaruh yang berlebihan.""Begitu komposisi racun dan penyebab racun kumat bentrok, orang yang keracunan akan langsung mati."Jadi, tidak diketahui sebenarnya kapan Alden terkena racun kuno itu.Kapan orang yang terkena racun kuno itu mati, hanya orang yang keracunan it
"Tuan Ardika, sekarang Vincent, bawahan Billy yang merupakan ahli bela diri nomor satu di antara para bawahannya sudah mati. Mereka sudah seperti harimau yang nggak punya gigi.""Bagaimana kalau aku dan Romi langsung membawa Geri dan yang lainnya ke sana untuk membunuhnya?" tanpa Jinto dengan ekspresi malu. Dia terlihat berdiri dengan sopan di hadapan Ardika.Romi yang berdiri di samping juga menunjukkan sorot mata penuh harap.Dalam kurun waktu sehari saja, dunia preman Kota Banyuli sudah mengalami perubahan yang signifikan.Alden sudah mati.Billy juga sudah kehilangan satu orang kepercayaannya, menjadi seperti harimau yang tidak mempunyai gigi.Di saat seperti ini, tentu saja Jinto dan Romi menyadari kesempatan mereka sudah datang!Mereka ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menggantikan dua raja preman itu menjadi dua raja preman yang baru!Namun, sebelum melakukan hal itu, mereka berdua ingin mendapatkan dukungan dari Ardika.Kalau tanpa dukungan Ardika, baik Billy maupun Alden
Begitu menerima informasi Titus sudah datang ke Vila Lacosta, Billy benar-benar ketakutan setengah mati.Dia tahu, Titus tidak sebodoh dan begitu mudah dihadapi seperti Jinto dan Romi.Karena itulah, dia langsung meninggalkan semua anak buahnya dan melarikan diri dari Vila Lacosta bersama Rohan.Keberadaan Billy tidak diketahui.Karena hal itu pula, nyawa Jinto dan Romi terselamatkan.Mereka bergegas meninggalkan Vila Lacosta dan kembali untuk memberi laporan kepada Ardika.Saat mendengar cerita kedua orang itu, ekspresi Ardika tampak sangat tenang.Hingga saat mendengar informasi Billy mengatakan sendiri bahwa dia yang telah meracuni Alden sampai mati, Ardika baru mengangkat alisnya dan terlihat sedikit terkejut."Kalau begitu, racun kuno itu diracik oleh Billy sendiri?"Racun kuno itu tidak bisa diracik oleh seorang apoteker biasa,Bahkan hanya segelintir orang yang mengetahui komposisi racun tersebut.Biasanya, racun kuno ini diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut dalam
Bromo melihat pedang dalam genggaman Titus sudah sedikit terangkat.Mungkin saja detik berikutnya pedang itu akan menebas lehernya!Melihat pemandangan itu, dia langsung gugup setengah mati.Dia buru-buru membersihkan namanya dari tuduhan itu. "Kak Titus sudah salah paham padaku. Aku juga sudah lama mengikuti Tuan Alden dan sangat setia padanya. Bagaimana mungkin aku bekerja sama dengan orang luar untuk mencelakai Tuan Alden?!""Huh! Biarpun kamu ingin menjadi pengkhianat, kamu juga nggak punya nyali dan kepintaran itu."Pada akhirnya, Titus meletakkan kembali pedangnya dan mendengus dingin, sebagai isyarat bahwa dia sudah melepaskan Bromo.Detik sebelumnya, ekspresi Bromo tampak pucat pasi, detik berikutnya, ekspresinya berubah menjadi muram. Ucapan Titus benar-benar membuatnya sangat malu.Walaupun kata-kata yang keluar dari mulut Titus tidak menyakitinya, tetapi merupakan penghinaan yang besar baginya.Dengan kata lain, Titus menganggap remeh dirinya."Ya, benar. Ucapan Kak Titus be
"Hmm, kalau begitu, terima kasih."Luna menganggukkan kepalanya dengan perlahan.Tak lama kemudian, Xavier sudah mengemudikan mobilnya untuk mengantar Luna ke perusahaan. Sebuah mobil Maybach dengan pelat nomor ibu kota provinsi.Dia secara khusus keluar dari mobilnya dan membukakan pintu kursi penumpang di samping pengemudi untuk Luna.Luna ragu sejenak. 'Kalau aku duduk di kursi belakang, sepertinya kurang menghormatinya.' Pada akhirnya, Luna pun masuk ke dalam dan duduk di kursi penumpang di samping kursi pengemudi.Kemudian, mobil Maybach itu pun melaju pergi meninggalkan Vila Cakrawala.Di balik pohon willow di tepi danau.Ardika menatap ke arah Maybach itu melaju pergi dengan lekat, tangannya tampak terkepal dengan erat.Perasaannya saat ini terasa campur aduk.Momen kebersamaan antara Luna dan Xavier di depan pintu sudah dilihatnya dengan sangat jelas."Tuan Ardika, ayah Xavier adalah wakil kapten tim tempur Provinsi Denpapan. Hari ini, setelah Tuan dibawa ke pusat penahanan, di