"Suami Luna? Oh! Ternyata dia adalah menantu Keluarga Basagita, idiot terkenal itu?!""Hentikan! Jangan berbicara sembarangan! Kalau mau cari mati, jangan melibatkan kami!""Apa yang perlu ditakutkan? Aku pikir dia seorang tokoh hebat, ternyata menantu idiot Keluarga Basagita. Memang dia berani melakukan apa pada kita?""Benar, dia sudah menyinggung Tuan Billy, sekarang nyawa dia sendiri saja sudah terancam!"Begitu Ardika selesai berbicara, suasana di tempat perjudian itu kembali heboh, sangat jelas bahwa kebanyakan dari orang-orang itu sudah pernah mendengar tentangnya.Para tamu di tempat perjudian itu menatap Ardika dengan tatapan penasaran.Menantu idiot Keluarga Basagita ini sudah sangat terkenal di Kota Banyuli.Pantas saja dia berani menghancurkan tempat perjudian milik keponakan Billy. Bukan karena identitasnya menakutkan sampai-sampai dia tidak takut menyinggung Billy, melainkan dia tidak tahu seberapa menakutkannya Billy!Di mata orang-orang ini, Ardika sudah seperti orang m
Sepuluh orang anak buah Tarno sudah tergeletak di lantai dan meringis kesakitan."Bagaimana mungkin bisa menjadi seperti ini?!"Ekspresi Tarno yang sebelumnya terlihat tenang langsung berubah drastis. Dia menatap Geri dan lima rekannya dengan tatapan terkejut.Sementara itu, Alvaro yang tadinya berniat untuk menyiksa Ardika juga tercengang.'Dasar enam orang sialan ini! Ternyata saat menjadi bawahanku dulu mereka menyembunyikan kemampuan mereka!' umpat Romi dalam hati. Dia sendiri juga membelalak kaget.Kalau sejak awal dia tahu Geri dan yang lainnya bahkan mampu melumpuhkan anak buah Billy, dia pasti sudah mengalahkan semua lawannya dan menyatukan dunia preman Kota Banyuli.Namun, dia hanya berani mengumpat dalam hati dan tidak berani mengatakannya secara langsung.Bagaimanapun juga, sekarang keenam orang itu sudah mengikuti Tuan Ardika. Dia tidak bisa menyuruh-nyuruh mereka sesuka hatinya lagi."Bawa mereka berdua ke sini."Akhirnya Ardika bangkit dari sofanya.Geri dan yang lainnya
Tidak lama kemudian, Viktor dibawa keluar oleh anak buah Alvaro. Dia sudah dihajar hingga babak belur.Alvaro melirik Ardika dengan sorot mata cemas. Melihat Ardika tidak menyalahkannya atas hal ini, akhirnya dia bernapas lega.Begitu melihat Ardika, alih-alih berterima kasih karena Ardika sudah menyelamatkannya, Viktor malah menerjang ke hadapan Ardika dan bertanya dengan nada menyalahkan, "Kenapa kamu baru datang sekarang?! Lihatlah aku sampai dihajar separah ini! Nanti aku akan menyuruh istrimu untuk menanggung semua biaya pengobatanku dan kerugian mental yang aku alami!""Plak!"Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah pria sialan itu dan berkata dengan dingin, "Percaya atau nggak, hanya dengan satu kalimat dariku, mereka akan membunuhmu di sini sekarang juga."Saking ketakutannya, Viktor yang sedang memegang wajahnya tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.Dia berasumsi bahwa Ardika pasti sudah membawa uang sebesar empat miliar ke sini, Alvaro baru bersedia melepaskan
Alvaro berteriak dengan keras.Bagaimanapun juga, dia adalah keponakan Billy.Sebelumnya, dia ditampar oleh Ardika. Sekarang dia ditampar lagi oleh Tina. Lama kelamaan wajahnya pasti akan rusak."Plak!"Tina kembali melayangkan tamparan ke wajah Alvaro, lalu berbalik dan pergi."Kalian, hancurkan apa saja yang bisa kalian hancurkan di Hotel Kapital Stando!""Alvaro, ingat baik-baik, aku yang menghancurkan tempatmu dan menampar wajahmu! Kalau kamu mau balas dendam, silakan cari aku saja!"Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sama sekali.Vila Cakrawala."Kak Luna, Kak Ardika sudah pulang!" teriak Handoko ke arah dalam vila begitu melihat Ardika sudah pulang. Dari tadi dia terus menjulurkan kepalanya ke luar untuk melihat apakah kakak iparnya sudah pulang atau belum.Luna bergegas berlari keluar.Begitu melihat Ardika, dia segera memeriksa seluruh tubuh pria itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. "Ardika, kamu baik-baik saja? Apa mereka nggak m
Ardika membujuk ibu mertuanya dengan sabar, "Ibu, kejadian kecelakaan medis itu sudah berlalu lima tahun. Biarpun kamu berutang nyawa pada mereka, selama lima tahun ini utangmu juga sudah lunas ...."Jelas-jelas Keluarga Lasman berani menindas Luna sekeluarga karena mereka adalah orang-orang yang baik dan jujur.Satu keluarga parasit itu memanfaatkan kebaikan hati Luna sekeluarga untuk menekan dan memeras mereka.Kalau orang lain yang berada di posisi Luna sekeluarga, pasti tidak akan membiarkan satu keluarga parasit itu mengajukan permintaan tanpa kenal batas."Diam kamu!"Desi langsung menyela Ardika dengan volume suara tinggi, "Ardika, kamu nggak lebih hanya seorang menantu yang numpang di sini. Kamu makan dan tinggal gratis di rumah kami. Kamu nggak berhak berbicara dan mencampuri urusan keluarga kami!""Aku nggak meminta kamu bercerai dengan Luna karena nggak ingin terlalu memaksa Luna. Sebaiknya kamu ingat posisimu sendiri dengan baik. Jangan nggak tahu diri!"Setelah memarahi Ar
"Cih, Handoko, kenapa kamu begitu kurang kerjaan, sampai-sampai membual hal seperti ini dengan kami?!"Wanita di ujung telepon itu langsung memutuskan sambung teleponnya dengan marah."Gawat, gawat, kali ini sepertinya aku sudah membual dengan berlebihan, aku pasti akan menjadi bahan tertawaan teman sekelas."Handoko menghela napas dengan tidak berdaya sambil meletakkan ponselnya.Melihat ekspresi adik iparnya, Ardika berkata dengan heran, "Memang kenapa kalau kamu bilang aku adalah tokoh hebat pasukan khusus? Apa salahnya kamu berbicara seperti itu?""Kak Ardika, kamu nggak paham. Sebagai manusia, kita boleh membanggakan diri, tapi nggak boleh membohongi orang lain. Kalau nggak, kita perlu berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan kita."Handoko berkata, "Kak Luna sudah memberitahuku, kamu bukan tokoh hebat pasukan khusus. Aku sendiri yang salah paham."Mendengar ucapan adik iparnya, Ardika diam-diam menganggukkan kepala.'Hmm, karakter adik iparku ini cukup baik.'Setelah men
"Hari ini benar-benar ada pameran mobil? Kenapa aku nggak tahu?!"Handoko langsung melompat bangkit dari tempat tidurnya dan berkata, "Ayo, ayo, ayo kita pergi. Walau nggak sanggup beli, lumayan juga bisa cuci mata."Saat berbicara, dia bergegas berganti pakaian.Ardika menunggu Handoko di luar. Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah panggilan telepon dari Sigit."Tuan Ardika, dua hari yang lalu saat penangkapan Claudia, ada seorang gadis bernama Rachel Septio yang Tuan selamatkan dari tangan komplotan kriminal. Tadi, keluarganya menghubungi kami dan mengatakan ingin menyampaikan terima kasih kepada Tuan secara langsung."Dalam sekejap, ingatan tentang gadis cantik dua hari yang lalu itu tebersit dalam benak Ardika."Syukurlah dia sudah bertemu kembali dengan keluarganya. Mereka nggak perlu berterima kasih padaku secara langsung lagi. Aku masih ada urusan dan harus keluar sekarang. Lain kali kita bicarakan lagi, Sigit."Selesai berbicara, dia langsung memutuskan sambungan telepon. Na
"Kami datang untuk mengambil Ferrari 488!"Wisnu menyelipkan kedua tangannya di dalam saku, ekspresinya tampak sangat arogan.Fio merangkul lengannya dengan mesra, tubuhnya seolah-olah sudah hampir lengket dengan tubuh pria itu. Dia bertanya dengan manja, "Kak Wisnu, Handoko adalah teman sekelasku. Ternyata kalian saling kenal, ya."Dia bekerja paruh waktu sebagai model busana mobil di sini.Tadi, saat Wisnu dan Wulan datang untuk mengambil mobil, Fio dan Wisnu sudah saling mengenal satu sama lain, yang satu tergoda pada wanita cantik, yang satu tertarik pada uang. Tidak butuh waktu lama, hubungan keduanya menjadi sangat dekat."Fio, Handoko adalah adik sepupuku. Sejak kecil, dia selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi!"Wisnu menatap Handoko dengan ekspresi arogan, lalu bertanya pada adik sepupunya layaknya seorang kakak ipar yang teladan, "Bagaimana denganmu, Handoko? Selama liburan, kamu bukan belajar baik-baik di rumah, untuk apa kamu ikut idiot ini ke sini?"Melihat Handoko dimar
"Angkat kedua tanganmu tinggi-tinggi melewati kepalamu, jangan melakukan pergerakan lainnya!"Ketua kelompok anggota kepolisian itu berteriak ke arah Ardika.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Maaf, aku pernah bergabung dengan militer. Aku nggak bisa melakukan gerakan menyerah seperti itu."Pernah bergabung dengan militer?Saat ini, di mata orang banyak, tingkat bahayanya Ardika langsung meningkat beberapa level."Kalau begitu, apa yang kamu sembunyikan di tubuhmu? Cepat keluarkan!"Ketua itu kembali berteriak.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak menyembunyikan apa pun ....""Nggak mungkin! Kalau kamu nggak menyembunyikan sesuatu, bagaimana mungkin alarm bahaya berbunyi tanpa sebab?!"Ketua itu berkata dengan nada bicara tajam, "Kamu berinisiatif menyerahkannya, atau berhasil kami temukan setelah kami menahanmu dan menggeledahmu, sifatnya berbeda. Kalau kamu berinisiatif menyerahkannya sendiri, hukuman yang kamu terima bisa jauh lebih ringan. Pikirkan baik-baik!"
Pintu pemeriksaan ini dilengkapi dengan sistem yang paling canggih dan terbaru. Makin tinggi level bahaya yang terdeteksi, maka alarm bahaya akan berbunyi dengan makin keras.Saat ini, alarm bahaya berbunyi dengan sangat keras. Orang-orang di sekeliling tempat itu pun terkejut. Dalam sekejap, terjadilah keributan berskala kecil.Sementara itu, petugas keamanan yang berada di sekitar tempat tersebut juga makin waspada.Sambil memanggil petugas keamanan yang berada di sekitar tempat tersebut dengan protofon, petugas keamanan tersebut pun mendekat.Makin lama, bunyi alarm bahaya makin menusuk indra pendengaran. Ardika dan yang lainnya langsung menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di tempat tersebut."Jangan bergerak!""Letakkan semua barang bawaan kalian! Semuanya, angkat kedua tangan kalian perlahan-lahan!"Tanpa butuh waktu lama, anggota kepolisian bersenjata lengkap bergegas ke lokasi, membidik Ardika dan beberapa orang lainnya dengan senjata api."Plak!"Ardika langsung mel
"Aku masih sedang memikirkan bagaimana caranya membawa benda ini keluar dari stasiun, sekarang biarkan saja bocah itu membantuku."Abbil tertawa dengan dingin.Hafa bertanya dengan penasaran, "Bagaimana rencanamu melakukannya?""Lihat saja!"Abbil terkekeh. Kemudian, dia diam-diam mengeluarkan senjata api tersebut dan menyembunyikannya di lengan bajunya, lalu berjalan menuju ke arah tempat duduk Ardika.Tempat duduk ekonomi terbaik terdiri dari dua tempat duduk satu baris. Sebelumnya, pacar Abbil tidak berani tetap duduk berdampingan dengan Ardika, itulah sebabnya tempat duduk itu kosong. Ardika meletakkan bungkusan obat itu dengan santai di tempat duduk yang dekat dengan lorong.Ardika sedang memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, dia tidak terburu-buru berdiri di area antar gerbong untuk menunggu turun kereta."Plak ...."Tepat pada saat ini, dia merasakan bungkusan herba yang diletakkannya di tempat duduk di sampingnya tiba-tiba terjatuh ke lantai. Begitu dia membuka matanya
Limdo mengangguk dan berkata, "Aku mengerti!"Tak lama setelah dua orang ini berhenti mengobrol, Gijran sudah kembali. Saat ini, kereta juga sudah tiba di Stasiun Westin Ibu Kota Provinsi.Jace mengerutkan keningnya dan bertanya, "Gijran, di mana Pak Hafa?""Paman, Pak Hafa tiba-tiba ada seorang pasien darurat yang membutuhkan penanganannya, jadi dia pergi terlebih dulu."Sambil tersenyum, Gijran berkata, "Paman, nanti aku akan menghubungi lebih banyak dokter terkenal lagi, Kasandra pasti akan sembuh."Dia tidak memberi tahu Hafa, Jace dan dua orang lainnya sudah dia usir."Baiklah kalau begitu."Jace mengangguk. Sebenarnya, melalui kejadian sebelumnya, dia juga sudah mendapati Hafa itu tampaknya kurang bisa diandalkan.Namun, sebelumnya dia sudah pernah menyelidiki orang tersebut. Sosok yang disebut-sebut sebagai dokter genius itu, disambut baik oleh kalangan orang-orang kaya dan berkuasa di ibu kota provinsi. Karena itulah, Jace juga tidak ingin memusuhi orang tersebut. Bagaimanapun
Saat ini, Hafa masih belum tahu Gijran sudah memutuskan untuk menyingkirkannya.Dia masih ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki citranya di hadapan Jace, mencoba untuk menyenangkan hati Jace.Namun, penglihatan penipu seperti ini lebih tajam dibandingkan orang biasa. Hanya dengan melihat sedikit petunjuk saja, dia sudah bisa menebak kali ini Ardika pergi ke ibu kota provinsi untuk mengunjungi siapa.Jace mengangguk dan berkata, "Pak Hafa benar juga. Ardika, karena Pak Hafa sudah berbicara demikian, pilihlah dua macam herba, nanti aku akan membayar Pak Hafa.""Yah, herba-herba ini memang digunakan untuk mengobati dan menyembuhkan orang, nggak pantas membicarakan tentang uang. Lagi pula, herba-herba ini juga nggak seberapa. Ardika, pilih dan ambil saja sendiri!" kata Hafa sambil tersenyum.Walaupun dia hanyalah seorang penipu, tetapi selama bertahun-tahun ini, dia sudah menjelajahi banyak tempat, melakukan aksi penipuan. Kekayaan yang dikumpulnya juga tidak sedikit.Ardika
Mendapatkan tanggapan dingin dari Ardika, Hafa tertawa canggung untuk menyembunyikan malunya, kilatan tajam yang sulit disadari oleh orang lain melintas di matanya.Saat ini, Jace juga membungkukkan badannya memberi hormat dan berkata dengan tulus, "Ardika, aku juga minta maaf atas sikapku terhadapmu sebelumnya.""Selanjutnya kamu akan pergi ke ibu kota provinsi, 'kan? Bagaimana kalau untuk sementara waktu kamu tinggal di rumahku? Beri aku kesempatan untuk menjadi seorang tuan rumah yang baik dan melayanimu dengan baik sebagai bentuk terima kasihku!""Ardika, apa yang akan kamu lakukan di ibu kota provinsi? Aku pasti akan memberimu dukungan penuh. Aku berutang nyawa padamu, aku pasti harus membalas budimu ini!"Saat ini, Jace juga sudah meyakini Ardika bukanlah orang biasa, melainkan orang yang luar biasa.Dia harus menarik orang yang begitu berbakat ini ke pihaknya.Ardika memiliki kesan cukup baik terhadap Jace. Dia berkata, "Aku bukanlah orang hebat. Aku hanya pernah melihat situasi
Begitu api bersentuhan dengan darah hitam itu, dalam sekejap, bagaikan disiram oleh minyak, api menyala makin ganas, bahkan mengeluarkan suara ledakan kecil.Si jago merah melahap dengan cepat, gumpalan asap hitam mulai membubung tinggi. Selama proses itu berlangsung, terbentuklah profil hantu jahat yang ganas di udara. Tak lama kemudian, darah hitam itu sudah terbakar habis dan menghilang di udara.Semua orang, termasuk Hafa, merasakan sekujur tubuh mereka gemetaran sejenak.Kalau di dunia ini benar-benar ada dewa dan semacamnya, ini adalah kali pertama mereka melihatnya seumur hidup mereka."Apa ini?!"Jace bertanya dengan ekspresi terkejut sekaligus ketakutan. Saking ketakutannya, ekspresinya berubah menjadi pucat pasi.Mengingat ada benda seaneh itu di dalam tubuhnya, hawa dingin langsung menjalar dari telapak kakinya hingga ke kepalanya."Mantra kutukan Negara Jepara."Ardika berkata dengan tenang, "Ada orang yang sudah menjebakmu, serangga wajah hantu yang membawa kutukan sudah d
Gijran langsung menendang Hafa, lalu menatap Ardika dengan sorot mata memerah. "Kamu! Pasti kamu yang mencelakai pamanku, 'kan?!"Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin, dia berkata dengan nada bicara mengejek, "Pak Hafa yang kamu bawa kemari itulah yang telah mencelakai pamanmu. Kalau dia terbukti adalah seorang penipu, menurutmu bagaimana keluargamu akan memandangmu?""Kalau aku adalah kamu, di saat seperti ini aku nggak akan sebodoh itu dengan terburu-buru menyalahkan orang lain, melainkan berlutut untuk memohon pada orang yang bisa menyelamatkan pamanku."Gijran menatap Ardika dengan lekat dan berkata, "Kamu bisa menyelamatkan pamanku?""Kalau kamu berlutut di hadapanku, aku bisa menyelamatkannya."Ardika melontarkan satu kalimat itu dengan datar, lalu melirik Jace sekilas dan berkata, "Perhatikan baik-baik, waktunya nggak tersisa banyak lagi, palingan hanya tersisa satu menit saja. Setelah lewat satu menit ini, dia benar-benar nggak akan bisa terselamatkan lagi.""Brak
Mendengar ucapan ini, Hafa mengusap-usap janggutnya dan berkata sambil tersenyum, "Sudah kubilang kamu akan baik-baik saja, maka kamu pasti akan baik-baik saja."Gijran menatap Ardika sambil tersenyum dingin. "Eh, Ardika, kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Pamanku bukan hanya nggak mati, sekarang dia masih hidup dalam kondisi baik-baik saja, bahkan merasa lebih rileks.""Berani-beraninya kamu menuduh Pak Hafa sebagai penipu, kulihat kamulah penipu!""Huh! Aku akan lapor polisi untuk menangkapmu sekarang juga! Berani-beraninya kamu menipu Wali Kota Ibu Kota Provinsi ....""Gijran ...."Jace malah melambaikan tangannya untuk menyela keponakannya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.Sambil mengerutkan keningnya, dia berkata dengan nada bicara memperingatkan, "Ardika, saat masih muda memiliki sedikit temperamen, memang nggak masalah. Tapi, jangan sampai kehilangan arah. Begitu salah memilih jalan, maka seumur hidupmu akan hancur.""Sekarang, selama kamu meminta maaf pada Pak Hafa da