"Sayang, ada orang yang nggak membiarkanku pulang. Setelah aku membereskannya, aku akan segera pulang."Selesai berbicara, Ardika langsung memutuskan sambungan telepon."Ardika, Ardika ...."Luna meletakkan ponselnya dengan diselimuti perasaan cemas, lalu segera menelepon Tina."Luna, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak menyangka Alvaro bajingan itu berani menghancurkan mobilmu. Sekarang aku sedang membawa orang ke tempat perjudian. Jangan khawatir, aku pasti akan membalaskan dendammu ini!"Di ujung telepon, aura membunuh yang kuat terdengar dari nada bicara Tina.Sebelumnya, dia menelepon Alvaro dan meminta pria itu untuk mengembalikan mobil Luna.Tidak hanya mempermalukan dirinya dengan menghancurkan mobil Luna, Alvaro bahkan sengaja melakukan siaran langsung saat mobil kesayangan Luna itu dihancurkan.Jelas-jelas ini adalah bentuk provokasi!Dengan temperamen buruk Tina, tentu saja dia tidak tahan diprovokasi seperti ini.Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung membawa anak buahnya
"Suami Luna? Oh! Ternyata dia adalah menantu Keluarga Basagita, idiot terkenal itu?!""Hentikan! Jangan berbicara sembarangan! Kalau mau cari mati, jangan melibatkan kami!""Apa yang perlu ditakutkan? Aku pikir dia seorang tokoh hebat, ternyata menantu idiot Keluarga Basagita. Memang dia berani melakukan apa pada kita?""Benar, dia sudah menyinggung Tuan Billy, sekarang nyawa dia sendiri saja sudah terancam!"Begitu Ardika selesai berbicara, suasana di tempat perjudian itu kembali heboh, sangat jelas bahwa kebanyakan dari orang-orang itu sudah pernah mendengar tentangnya.Para tamu di tempat perjudian itu menatap Ardika dengan tatapan penasaran.Menantu idiot Keluarga Basagita ini sudah sangat terkenal di Kota Banyuli.Pantas saja dia berani menghancurkan tempat perjudian milik keponakan Billy. Bukan karena identitasnya menakutkan sampai-sampai dia tidak takut menyinggung Billy, melainkan dia tidak tahu seberapa menakutkannya Billy!Di mata orang-orang ini, Ardika sudah seperti orang m
Sepuluh orang anak buah Tarno sudah tergeletak di lantai dan meringis kesakitan."Bagaimana mungkin bisa menjadi seperti ini?!"Ekspresi Tarno yang sebelumnya terlihat tenang langsung berubah drastis. Dia menatap Geri dan lima rekannya dengan tatapan terkejut.Sementara itu, Alvaro yang tadinya berniat untuk menyiksa Ardika juga tercengang.'Dasar enam orang sialan ini! Ternyata saat menjadi bawahanku dulu mereka menyembunyikan kemampuan mereka!' umpat Romi dalam hati. Dia sendiri juga membelalak kaget.Kalau sejak awal dia tahu Geri dan yang lainnya bahkan mampu melumpuhkan anak buah Billy, dia pasti sudah mengalahkan semua lawannya dan menyatukan dunia preman Kota Banyuli.Namun, dia hanya berani mengumpat dalam hati dan tidak berani mengatakannya secara langsung.Bagaimanapun juga, sekarang keenam orang itu sudah mengikuti Tuan Ardika. Dia tidak bisa menyuruh-nyuruh mereka sesuka hatinya lagi."Bawa mereka berdua ke sini."Akhirnya Ardika bangkit dari sofanya.Geri dan yang lainnya
Tidak lama kemudian, Viktor dibawa keluar oleh anak buah Alvaro. Dia sudah dihajar hingga babak belur.Alvaro melirik Ardika dengan sorot mata cemas. Melihat Ardika tidak menyalahkannya atas hal ini, akhirnya dia bernapas lega.Begitu melihat Ardika, alih-alih berterima kasih karena Ardika sudah menyelamatkannya, Viktor malah menerjang ke hadapan Ardika dan bertanya dengan nada menyalahkan, "Kenapa kamu baru datang sekarang?! Lihatlah aku sampai dihajar separah ini! Nanti aku akan menyuruh istrimu untuk menanggung semua biaya pengobatanku dan kerugian mental yang aku alami!""Plak!"Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah pria sialan itu dan berkata dengan dingin, "Percaya atau nggak, hanya dengan satu kalimat dariku, mereka akan membunuhmu di sini sekarang juga."Saking ketakutannya, Viktor yang sedang memegang wajahnya tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.Dia berasumsi bahwa Ardika pasti sudah membawa uang sebesar empat miliar ke sini, Alvaro baru bersedia melepaskan
Alvaro berteriak dengan keras.Bagaimanapun juga, dia adalah keponakan Billy.Sebelumnya, dia ditampar oleh Ardika. Sekarang dia ditampar lagi oleh Tina. Lama kelamaan wajahnya pasti akan rusak."Plak!"Tina kembali melayangkan tamparan ke wajah Alvaro, lalu berbalik dan pergi."Kalian, hancurkan apa saja yang bisa kalian hancurkan di Hotel Kapital Stando!""Alvaro, ingat baik-baik, aku yang menghancurkan tempatmu dan menampar wajahmu! Kalau kamu mau balas dendam, silakan cari aku saja!"Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sama sekali.Vila Cakrawala."Kak Luna, Kak Ardika sudah pulang!" teriak Handoko ke arah dalam vila begitu melihat Ardika sudah pulang. Dari tadi dia terus menjulurkan kepalanya ke luar untuk melihat apakah kakak iparnya sudah pulang atau belum.Luna bergegas berlari keluar.Begitu melihat Ardika, dia segera memeriksa seluruh tubuh pria itu dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. "Ardika, kamu baik-baik saja? Apa mereka nggak m
Ardika membujuk ibu mertuanya dengan sabar, "Ibu, kejadian kecelakaan medis itu sudah berlalu lima tahun. Biarpun kamu berutang nyawa pada mereka, selama lima tahun ini utangmu juga sudah lunas ...."Jelas-jelas Keluarga Lasman berani menindas Luna sekeluarga karena mereka adalah orang-orang yang baik dan jujur.Satu keluarga parasit itu memanfaatkan kebaikan hati Luna sekeluarga untuk menekan dan memeras mereka.Kalau orang lain yang berada di posisi Luna sekeluarga, pasti tidak akan membiarkan satu keluarga parasit itu mengajukan permintaan tanpa kenal batas."Diam kamu!"Desi langsung menyela Ardika dengan volume suara tinggi, "Ardika, kamu nggak lebih hanya seorang menantu yang numpang di sini. Kamu makan dan tinggal gratis di rumah kami. Kamu nggak berhak berbicara dan mencampuri urusan keluarga kami!""Aku nggak meminta kamu bercerai dengan Luna karena nggak ingin terlalu memaksa Luna. Sebaiknya kamu ingat posisimu sendiri dengan baik. Jangan nggak tahu diri!"Setelah memarahi Ar
"Cih, Handoko, kenapa kamu begitu kurang kerjaan, sampai-sampai membual hal seperti ini dengan kami?!"Wanita di ujung telepon itu langsung memutuskan sambung teleponnya dengan marah."Gawat, gawat, kali ini sepertinya aku sudah membual dengan berlebihan, aku pasti akan menjadi bahan tertawaan teman sekelas."Handoko menghela napas dengan tidak berdaya sambil meletakkan ponselnya.Melihat ekspresi adik iparnya, Ardika berkata dengan heran, "Memang kenapa kalau kamu bilang aku adalah tokoh hebat pasukan khusus? Apa salahnya kamu berbicara seperti itu?""Kak Ardika, kamu nggak paham. Sebagai manusia, kita boleh membanggakan diri, tapi nggak boleh membohongi orang lain. Kalau nggak, kita perlu berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan kita."Handoko berkata, "Kak Luna sudah memberitahuku, kamu bukan tokoh hebat pasukan khusus. Aku sendiri yang salah paham."Mendengar ucapan adik iparnya, Ardika diam-diam menganggukkan kepala.'Hmm, karakter adik iparku ini cukup baik.'Setelah men
"Hari ini benar-benar ada pameran mobil? Kenapa aku nggak tahu?!"Handoko langsung melompat bangkit dari tempat tidurnya dan berkata, "Ayo, ayo, ayo kita pergi. Walau nggak sanggup beli, lumayan juga bisa cuci mata."Saat berbicara, dia bergegas berganti pakaian.Ardika menunggu Handoko di luar. Tepat pada saat ini, dia menerima sebuah panggilan telepon dari Sigit."Tuan Ardika, dua hari yang lalu saat penangkapan Claudia, ada seorang gadis bernama Rachel Septio yang Tuan selamatkan dari tangan komplotan kriminal. Tadi, keluarganya menghubungi kami dan mengatakan ingin menyampaikan terima kasih kepada Tuan secara langsung."Dalam sekejap, ingatan tentang gadis cantik dua hari yang lalu itu tebersit dalam benak Ardika."Syukurlah dia sudah bertemu kembali dengan keluarganya. Mereka nggak perlu berterima kasih padaku secara langsung lagi. Aku masih ada urusan dan harus keluar sekarang. Lain kali kita bicarakan lagi, Sigit."Selesai berbicara, dia langsung memutuskan sambungan telepon. Na