Karlos dan beberapa orang lainnya langsung terjatuh lemas ke lantai.Sama seperti Aripin dan dua orang lainnya yang bekerja di lokasi konstruksi sebelumnya, dulu mereka semua adalah orang kepercayaan Yanto.Karena Yanto kurang berkemampuan dalam mengelola perusahaan dan tidak bisa mengawasi gerak-gerik mereka, maka mereka saling bekerja sama untuk menggelapkan uang perusahaan."Bu Luna, kami bersalah, tolong jangan tangkap kami. Bagaimanapun juga, kami adalah karyawan lama Grup Agung Makmur. Kami semua pernah memberi kontribusi pada perusahaan ini!"Karlos dan beberapa orang lainnya memeluk kaki anggota kepolisian dengan kuat, lalu mengalihkan pandangan ke arah Luna dan memohon belas kasihan wanita itu."Hah, kalian baru menyadari kesalahan kalian sekarang? Semuanya sudah terlambat."Begitu Ardika melambaikan tangannya, beberapa orang itu langsung dibawa pergi.Karena beberapa pemimpin mereka sudah ditangkap, karyawan-karyawan biasa yang ikut datang bersama mereka untuk membuat keribut
"Ardika, kamu mau memelukku seperti ini sampai kapan?"Beberapa saat kemudian, Luna memutar matanya kepada Ardika dengan wajah dan telinga memerah.Tidak hanya memeluknya dengan erat, tangan Ardika juga mulai bergerak dengan liar."Walau memelukmu seumur hidupku, tetap nggak cukup bagiku, hehe ...."Akhirnya, Ardika melepaskan pelukannya. Dia menghirup aroma rambut istrinya, seolah enggan melepaskannya.Namun, dia juga tahu dia tidak boleh bertindak keterlaluan.Paling tidak hari ini dia dan Luna sudah melakukan kontak intim seperti ini untuk pertama kalinya. Ini adalah awal yang baik.Kemudian, Luna duduk di tempat duduknya dan mulai fokus mengerjakan pekerjaannya. Dari waktu ke waktu, dia memanggil para petinggi perusahaan yang baru dia promosikan untuk mendiskusikan tentang pekerjaan.Sekarang, dia sudah menduduki posisi manajer umum di Perusahaan Agung Makmur. Dia bertanggung jawab penuh atas semua urusan perusahaan. Karena itulah, dia menjadi jauh lebih sibuk dan lelah dibandingka
Tentu saja Ardika tidak akan mematuhi perintah itu.Kilatan dingin melintas di matanya, dia ingin sekali turun tangan untuk memberi pelajaran pada pria di hadapannya ini.Namun, begitu pemikiran itu melintas dalam benaknya, detik berikutnya dia mengerutkan keningnya.Saat mengucapkan kata-kata itu Viktor begitu percaya diri, jelas-jelas ada yang tidak beres.Dia mengurungkan niatnya untuk memberi pelajaran pada pria itu dan bertanya dengan suara rendah, "Apa maksudmu?"Apa mungkin Luna sekeluarga berutang nyawa pada Keluarga Lasman?Viktor mendengus dingin dan berkata, "Hei, berhenti berpura-pura bodoh di hadapanku. Kalau kamu nggak berani memenggal lehermu, jangan berlagak hebat di hadapanku dan biarkan aku menjadi 'parasit' sesuka hatiku!"Selesai berbicara, dia mengeluarkan satu batang rokok lagi dan menyelipkannya ke mulutnya, lalu berbalik dan melenggang masuk ke dalam vila."Desi, buatkan aku teh, aku haus!"Suara lantang terdengar dari dalam vila, seolah-olah Vila Cakrawala adal
"Kak Susi bisa saja. Kita sudah berhubungan baik selama bertahun-tahun, bagaimana mungkin kami nggak memberi tahu kalian?"Desi berkata sambil tersenyum, "Kami baru saja pindah ke sini selama beberapa hari, jadi masih belum selesai beres-beres. Aku berencana memberi tahu kalian dalam dua hari ini."Sebenarnya, saat pindah ke Vila Cakrawala, dia berencana untuk menyembunyikan hal ini dari mereka sekeluarga sebaik mungkin.Siapa sangka mereka sudah datang sendiri.Selain itu, mereka sengaja menunggu di depan kompleks vila mewah ini. Saat pulang dari pasar, kebetulan mereka bertemu dengannya.Susi Sudibya mendengus dengan kesal dan berkata, "Desi, kamu mau membohongi siapa? Sebelumnya, saat aku meneleponmu dan menanyakan apakah kamu sudah pindah rumah, kamu seolah-olah nggak berniat memberitahuku.""Kamu jangan pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu nggak ingin kami tahu kamu sudah membeli vila mewah ini dan datang untuk meminta uang padamu, 'kan?""Mungkin kamu bisa bersembuny
"Ardika, ya? Cepat keluar dari sini!" kata Viktor sambil menunjuk ke arah pintu.Dia memasang ekspresi arogan dan percaya diri, seolah-olah Vila Cakrawala adalah miliknya.Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin. "Vila ini adalah milikku! Kamu yang harus keluar dari sini!"Melihat Viktor dan orang tuanya mengotori dan membuat keadaan di dalam vila menjadi kacau balau, dari tadi kekesalan sudah menyelimuti hati Ardika.Sebelumnya, dia berpikir karena Luna sekeluarga berutang nyawa pada Keluarga Lasman, dia tidak terburu-buru mengusir mereka keluar.Namun, sekarang dia yang merupakan pemilik vila ini malah diusir keluar.Sungguh konyol!Viktor tertawa dingin dan berkata, "Hei, lelucon konyol apa yang kamu bicarakan? Kamu bilang vila ini milikmu? Kamu hanya seorang menantu yang mengandalkan istrimu, kamu nggak lebih hanya seorang pecundang!"Saat berbicara, sorot matanya berubah menjadi ganas. Sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dia berjalan menghampiri Ardika."Masih ngga
"Apa benar di dalam kartu bank ini ada dua miliar? Kamu nggak membohongi kami, 'kan?"Begitu mendengar ada uang sebesar dua miliar di dalam kartu bank itu, mata Viktor langsung berbinar.Dia langsung mengulurkan tangannya dan merampas kartu bank itu, lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Setelah menyimpan kartu bank itu, dia langsung menanyakan kata sandi dengan terburu-buru.Luna yang membuat kartu bank itu, jadi kata sandinya adalah ulang tahunnya.Selain menyerahkan kartu bank itu, Desi juga memberi tahu Viktor kata sandinya.Setelah menerima kartu bank dan mengetahui kata sandinya, orang-orang Keluarga Lasman baru berdiri dan menepuk-nepuk debu serta kulit-kulit kuaci di pakaian mereka dan bersiap untuk pergi.Begitu melihat mereka sudah hendak pergi, Luna sekeluarga menghela napas lega.Tepat pada saat ini, Susi berkata, "Eh, salah satu dari kalian antar kami pulang. Kompleks ini sangat luas. Kalau jalan kaki, harus berjalan sangat jauh.""Ardika, antar Viktor dan orang tuanya pula
"Kak Susi, apa yang terjadi? Sejak kapan aku mencelakai Viktor?" tanya Desi dengan bingung. Luna, Ardika dan yang lainnya juga sama sekali tidak mengerti apa yang telah yang terjadi.Sore tadi satu keluarga ini baru membawa pergi uang sebesar dua miliar. Selain itu, mereka juga merampas satu-satunya mobil milik keluarga Luna yang merupakan hasil jerih payah Luna.Hanya dalam sekejap mata saja, mereka datang lagi dan menyalahkan keluarga Luna telah mencelakai Viktor.Benar-benar aneh.Susi menunjuk Desi dan berkata dengan marah, "Semua ini salahmu. Kalau bukan karena kamu memberi Viktor uang sebesar dua miliar, bagaimana mungkin dia pergi ke tempat perjudian?!""Selain kalah judi dan menghabiskan uang dua miliar itu, dia juga berutang empat miliar kepada Bos Alvaro. Sekarang Viktor dan mobilnya ditahan di sana, mereka meminta kami untuk membawa uang tebusan!"Begitu mendengar ucapan Desi, Luna sekeluarga saling melempar pandangan.Bukankah Viktor mengatakan berniat untuk berbisnis sendi
"Apa kamu benar-benar bisa membawa putra kami pulang?" tanya Darius dan Susi sambil menatap Ardika dengan tatapan curiga.Dalam lubuk hati mereka, mereka benar-benar menganggap remeh menantu kawin masuk Keluarga Basagita ini.Bahkan, biarpun Viktor tidak memiliki latar belakang pendidikan yang bagus dan tidak memiliki pekerjaan, putra mereka juga tidak akan menjadi menantu kawin masuk keluarga mana pun.Ardika tidak menanggapi mereka berdua.Sebenarnya, karena mendengar Viktor ditahan beserta dengan mobil Luna, dia berniat untuk membawa mobil Luna pulang, jadi sekalian saja membawa Viktor pulang.Kalau tidak, dia juga tidak akan memedulikan hidup dan mati Viktor.Luna juga menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ardika, jangan sembarangan. Tempat perjudian bukan tempat biasa. Mereka pasti sudah memelihara banyak petarung. Tempat itu terlalu berbahaya, aku nggak tenang kamu pergi ke sana."Dia tetap mengeluarkan ponselnya, bersikeras ingin menelepon Tina.Begitu mendengar ucapan istrinya,