Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1960 Pasti Mau Satu Lengan dan Satu Kaki

Share

Bab 1960 Pasti Mau Satu Lengan dan Satu Kaki

Penulis: Sarjana
Pada akhirnya, pandangan semua orang tertuju pada Ardika.

Karena hanya dia yang tengah duduk santai di sofa, sangat mudah menarik perhatian.

Namun, hal yang membuat mereka terkejut adalah, Jesika berdiri di belakang pemuda misterius ini layaknya seorang bawahan.

Apa mungkin dia adalah presdir Grup Susanto Raya yang misterius itu?

"Nggak perlu tebak-tebak lagi. Ya, dia adalah presdir Grup Susanto Raya yang suka berlagak misterius itu."

Tepat pada saat ini, Rehan menyunggingkan seulas senyum dingin dan berkata, "Hanya ada sedikit uang saja, sudah berani berlagak hebat di hadapanku. Kamu cari tahu sendiri saja, ada berapa banyak orang kaya yang ayahku masukkan ke dalam penjara."

"Selain itu, Keluarga Bangsawan Basagita Suraba kaya raya, memangnya punya sedikit uang itu saja sudah hebat?"

Mendengar ucapan ini, lalu melihat bekas tamparan di wajah Rehan, orang-orang penting ini langsung mengerti.

Ternyata Tuan Muda Rehan ini sudah ditindas oleh orang lain.

Itulah sebabnya mereka dipanggil k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1961 Penanggung Jawab Kedua Departemen Kepolisian Kota

    "Eh, Ardika, aku juga sudah menghubungi Wendo Lotoka, penanggung jawab kedua Departemen Kepolisian Kota. Dia sudah dalam perjalanan kemari.""Aku beri tahu dia, selama dia mendengarkanku dengan patuh, ke depannya posisi Kapolda akan menjadi miliknya.""Aku harap saat kamu bertemu dengannya nanti, kamu masih bisa bersikap keras seperti ini!"Rehan melontarkan kata-kata itu dengan nada bicara menyindir.Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Wendo?""Ah, levelnya nggak cukup tinggi, pasti akan mengecewakanmu.""Level bukan masalah, tapi seragam yang dikenakannya itu sudah cukup untuk menghabisimu!" Rehan paling membenci melihat Ardika berlagak hebat seolah-olah tidak menganggap serius apa pun. Dia benar-benar kesal setengah mati."Tuan Muda Rehan!"Begitu Rehan selesai berbicara, terdengar suara dalam seseorang.Detik berikutnya, seorang pria bertubuh kekar yang mengenakan setelan polisi dilengkapi dengan senjata api, melenggang memasuki ruangan.Di belakangnya, ada beberapa orang anak bua

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1962 Kamu Seekor Anjing

    Kebanyakan orang di tempat itu, termasuk Wendo dan para tokoh penting dari berbagai departemen adalah penduduk asli Kota Banyuli.Namun, mereka berpura-pura tidak mendengar saat Rehan mengucapkan kata "orang kampungan".Wendo mengangguk dan berkata, "Bocah ini memang arogan. Kalau begitu, Tuan Muda Rehan, kamu ingin bocah ini membayar harga seperti apa?"Dia perlu mengetahui permintaan Rehan terlebih dahulu, baru bisa memuaskannya.Seulas senyum ganas muncul di wajah Rehan. "Aku ingin mematahkan satu lengan dan satu kakinya, menyuruhnya berlutut memohon padaku. Tentu saja, kalau dia menolak, aku juga nggak keberatan untuk menghabisinya!""Menghabisi, ini ...."Wendo agak ragu.Dia punya cara untuk mematahkan lengan dan kaki target, contohnya dengan alasan hal itu terjadi tanpa disengaja saat mereka sedang menjalankan hukum. Jadi, hal seperti itu mudah ditutupi.Namun, kalau sampai melibatkan nyawa seseorang, maka hal tersebut tidak akan begitu mudah ditutupi lagi."Wendo, apa yang kamu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1963 Mendengar Ucapan Siapa

    "Pak, dia pasti adalah orang yang nggak menganggap serius hukum, disarankan langsung ditembak mati saja!"Api amarah tampak jelas di mata beberapa orang anak buah Wendo. Wendo adalah atasan mereka. Pria itu dihina, sama saja dengan mereka dihina. Jadi, satu per satu dari mereka menyarankan Wendo untuk mengambil tindakan tegas, tidak perlu berbelas kasihan.Wendo mengangguk. Kemudian, dia menoleh ke arah Ardika dan berkata dengan dingin, "Aku mau lihat siapa yang berani menentangku di Kota Banyuli ...."Detik berikutnya, akhirnya dia melihat wajah Ardika dengan jelas."Ngung ...."Saat ini, bagaikan tersambar petir, pikiran Wendo langsung berubah menjadi kosong.Wendo yang tadinya kelihatan tak terkalahkan itu, begitu melihat Ardika dengan jelas, langsung ketakutan setengah mati, bahkan jiwanya seperti nyaris meninggalkan raganya.Berbeda dengan para tokoh penting dari berbagai departemen lainnya, dia mengenal wajah Ardika dengan sangat jelas. Dia tidak akan melupakan wajah ini seumur h

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1964 Kekompakan Luar Biasa

    "Ah ...."Kepala Rehan langsung miring ke satu arah, darah segar juga langsung muncrat keluar dari hidungnya akibat tamparan itu.Bengkak di wajahnya yang baru sedikit mereda setelah diolesi obat, kini tampak membengkak kembali dengan cepat.Saat ini, selain suara teriakan menyedihkan Rehan, orang-orang lainnya di dalam ruangan itu tidak bersuara.Mereka menatap Wendo dengan tercengang, merasakan pemandangan yang mereka saksikan itu benar-benar di luar nalar.Wendo tidak menghajar Ardika, malah menghajar Rehan?Apa yang sedang terjadi? Situasi macam apa ini?Orang yang paling tidak bisa menerima hal ini adalah Rehan sendiri.Sambil menutupi wajahnya, dia menatap Wendo dengan tatapan tidak percaya dan berkata, "Wendo, apa kamu sudah gila ....""Plak!"Yang menanggapinya adalah sebuah tamparan keras lagi dari Wendo.Tidak ada yang tahu apakah Wendo sudah gila atau masih waras, tetapi Rehan merasakan dirinya sudah hampir menggila.Dia yang memanggil Wendo kemari. Namun, begitu melihat Ard

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1965 Sebenarnya Siapa Kamu

    Bahkan Rehan sampai melupakan rasa sakit di wajahnya. Dia menatap kedua orang itu dengan tercengang.Dia benar-benar tidak bisa memahami hal ini.Saat ini, Tiara dan putranya juga sudah sepenuhnya tercengang.Seorang penanggung jawab kedua Departemen Kepolisian Kota, bisa melakukan aksi membiarkan diri sendiri ditampar hingga sedemikian rupanya?Mereka merasakan pandangan mereka sudah hancur."Plak!"Saat ini, kembali terdengar suara tamparan yang nyaring.Ardika kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Wendo, sampai-sampai Wendo terpukul mundur tiga langkah. Setelah berusaha menyeimbangkan tubuhnya, Wendo kembali berjalan ke posisinya.Ardika menerima selembar tisu dari Jesika, menyeka jari-jarinya hingga bersih dengan saksama. Pada saat bersamaan, dia bertanya dengan santai, "Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Apa ada yang salah dengan kata-kataku?""Tuan Ardika benar!""Bisa menjadi manusia, aku malah memilih menjadi anjing, bahkan menjadi anjing penjilat!""Aku sudah bersala

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1966 Hanya Segini

    Rehan memang sangat arogan, tetapi dia bukan orang bodoh.Baik melalui sikap merendah Wendo terhadap Ardika maupun sorot mata terkejut sekaligus gelisah yang ditujukan oleh para tokoh penting dari berbagai departemen itu terhadap Ardika, dia sudah bisa menangkap sesuatu.Kalau dia tetap dengan keras kepala beranggapan Ardika hanyalah presdir sebuah perusahaan yang hanya memiliki uang tidak seberapa, maka dia benar-benar sudah sangat bodoh.Sangat jelas, Ardika masih memiliki identitas lain yang tidak diketahui oleh orang lain.Identitas itulah yang bisa membuat orang-orang dari instansi pemerintahan ini ketakutan.Rehan mengalihkan pandangannya ke arah para tokoh penting itu, tetapi orang-orang ini juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Ardika. Karena itulah, mereka semua menghindari tatapannya dan tidak berani bersuara.Adapun mengenai Wendo, pria itu bahkan tidak meliriknya sama sekali.Ardika menyilangkan kakinya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bukankah relasimu sangat luas? Baga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1967 Mempertimbangkanmu Adalah Kerabat

    Tidak hanya Rehan yang tercengang, para pengikutnya yang dibawanya kemari juga tercengang.Karena mereka semua mengerti apa arti identitas Ardika ini bagi Rehan saat ini."Tuan Muda Rehan, bukankah dia hanya seorang wali kota terdahulu Kota Banyuli? Ibarat setelah seseorang berhenti menjabat, pengaruhnya sudah nggak ada lagi. Apa yang perlu Tuan Muda takutkan?!"Tepat pada saat semua orang tercengang, sambil memasang ekspresi menjilat, Dilan melangkah maju, ingin memapah Rehan."Bam!"Emosi Rehan tiba-tiba meledak. Dia langsung mengangkat kakinya dan menendang perut Dilan dengan keras."Ah ...."Sambil berteriak menyedihkan, Dilan terjatuh ke lantai. Dia menatap Rehan dengan tatapan sangat sedih. "Tuan Muda Rehan, kamu ....""Bam!"Rehan melangkah maju, lalu melayangkan tendangan keras padanya lagi."Kamu tahu apa?!""Memangnya kamu tahu ayahku menjabat sebagai wali kota juga membutuhkan persetujuan darinya?!""Apa maksudmu dengan orang yang sudah berhenti menjabat sudah nggak berpenga

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1968 Hongkem Menjadi Perusahaan Terdaftar

    Melihat Rehan memegang lengannya sambil berguling-guling kesakitan di lantai, semua orang di ruangan itu memahami satu hal.Ardika benar-benar tidak bisa diprovokasi!Di ruangan sebelah.Setelah Ardika berada di dalam ruangan sejenak, Jesika berjalan memasuki ruangan.Sambil meminum teh, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah asistennya itu dan berkata, "Jesika, bagaimana persiapan pemindahan bisnis Grup Susanto Raya ke ibu kota provinsi?""Pak Ardika, semuanya sedang berjalan dengan terstruktur. Perusahaan sudah memilih beberapa gedung perkantoran dan bersiap untuk menyewa salah satu di antaranya untuk dijadikan sebagai kantor pusat perusahaan di ibu kota provinsi."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Kalau bisa dibeli, langsung beli saja. Menggunakan properti sendiri lebih tenang. Apalagi, gedung perkantoran di ibu kota provinsi, juga sudah termasuk aset yang menjanjikan.""Baik."Jesika menganggukkan kepalanya, lalu berkata, "Tapi, Pak Ardika, sebelum perusahaan pindah ke ib

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2318 Berlian Asli

    Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2317 Menjadikan Ardika Sebagai Kambing Hitam

    "Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2316 Sekelompok Orang Bodoh

    "Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2315 Menimbulkan Kasus Pembunuhan

    Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2314 Hingga Tetes Darah Penghabisan

    Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2313 Tuan Muda Werdi Sudah Menjadi Seorang Ahli

    "Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2312 Jangan Harap Satu Pun Bisa Pergi

    Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2311 Hanya Berperan Sebagai Penonton

    Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2310 Ini Baru Dinamakan dengan Memprovokasi

    Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status