"Oh? Kalau begitu, kamu minta saja pelanggan-pelanggan terhormatmu itu untuk membebaskanmu."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika tidak banyak bicara lagi."Nging ... ngung ...."Apartemen Sundain adalah apartemen kelas atas, banyak elite dunia bisnis seperti Jesika yang tinggal di sini. Pergerakan anggota kepolisian sangatlah cepat.Tanpa perlu menunggu lama, sudah terdengar bunyi sirene mobil polisi di lantai bawah."Halo ... oh, Pak Ardika!"Saat muncul di depan pintu, begitu melihat Ardika, beberapa anggota kepolisian itu langsung tercengang, lalu menyapanya dengan penuh hormat.Ardika menunjuk Hafa dan berkata, "Orang ini adalah penipu. Bawalah dia ke kantor polisi, lalu lakukan pemeriksaan terhadapnya.""Eh, eh, kalian nggak bisa begini. Aku adalah Hafa, seorang dokter genius. Ada banyak orang kaya dan terpandang adalah pasienku ....""Berhentilah beromong kosong lagi! Ayo pergi!"Hafa langsung dibawa keluar."Eh, dia sudah memukuli dua orang pengawalku, bukankah seharusn
Jesika sedikit mengerutkan keningnya dan berkata, "Datang membuat keributan? Langsung lapor polisi saja.""Bu Jesika, Tuan Muda Rehan ini bilang dia berasal dari keluarga besar Suraba. Kami sudah lapor polisi, tapi nggak ada polisi yang datang. Dia bilang kalau dia nggak bisa melihatmu dalam setengah jam, dia akan menghancurkan ruangan presdir!"Begitu mendengar ucapan ini, jantung Jesika langsung berdegap kencang."Oke, aku sudah tahu."Setelah mengakhiri panggilan telepon itu, Jesika mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, "Pak Ardika, ada orang yang membuat keributan, aku harus pergi ke sana sekarang juga!""Sekarang kamu sedang sakit, beristirahatlah dengan baik, aku akan menanganinya."Walaupun Jesika tidak sakit parah, tetapi sebagai seorang bos, Ardika juga tidak mungkin membiarkan wanita itu menangani masalah di saat seperti ini.Jesika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Dia menyebutkan namaku ingin bertemu denganku, dia pasti menargetkanku. Aku ingin pergi melihat situasin
Melihat Jesika sudah datang, para karyawan Grup Susanto Raya pun merasa lega. Seorang karyawan dengan bekas tamparan di wajahnya, buru-buru berkata, "Tu ... Tuan Muda Rehan, Bu Jesika sudah datang!"Beberapa orang tuan muda dan nona yang detik sebelumnya tengah tertawa bersama itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Jesika.Begitu melihat paras Jesika yang luar biasa cantik dan aura Jesika yang luar biasa memesona itu, sorot mata beberapa orang pria yang sedang duduk itu langsung berbinar.Biarpun mereka sudah melihat banyak wanita, sosok Jesika tetap membuat mereka sangat takjub.Saat ini, beberapa orang itu sangat iri pada presdir Grup Susanto Raya yang misterius itu.Bisa memiliki seorang wanita yang luar biasa cantik seperti ini menjadi asisten, mungkin tidak ada seorang pria yang bisa tahan godaan, bukan?Saat ini, sosok tuan muda yang duduk di tengah, di sofa yang paling besar itu, juga mengalihkan pandangannya ke arah Jesika. Dalam sekejap, sorot mata agresif tampak j
"Oh!"Mendengar ucapannya, Rehan langsung tertawa, tawanya sedikit ganas.Tiba-tiba saja, dia berhenti tertawa, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Memintaku untuk membersihkan ruangan ini hingga bersih, lalu segera pergi dari sini, menganggap kejadian ini nggak pernah terjadi?""Jesika, 'kan? Apa kamu tahu apa yang sedang kamu bicarakan? Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu pada Tuan Muda Rehan?!""Apa kamu nggak merasa kamu sudah terlalu memandang tinggi dirimu sendiri?""Grup Susanto Raya apaan? Di mata Tuan Muda Rehan, bukanlah apa-apa! Kalau dia ingin kalian bangkrut hari ini, nggak akan ada hari esok lagi bagi Grup Susanto Raya!"Saat ini, beberapa orang tuan muda dan nona itu juga tertawa terbahak-bahak.Mendengar ucapan rekan-rekannya, senyuman di wajah Rehan berubah menjadi makin dingin.Dia menatap Jesika dengan lekat dan berkata, "Sekarang aku benar-benar penasaran, sebenarnya siapa presdir kalian itu. Selama ini, dia nggak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dengar-
Sambil berbicara, Rehan kembali duduk di sofa dengan santai."Oh ya, setelah aku bertemu dengan presdirmu itu, aku harap malam ini Nona Jesika bisa membersihkan diri sendiri sebersih-bersihnya.""Lalu pesan sebuah kamar di Hotel Blazar dan tunggu aku. Kalau kamu nggak melayaniku hingga puas, aku nggak keberatan untuk membuat Grup Susanto Raya lenyap.""Karena kata-katamu tadi membuatku sangat nggak senang.""Kamu sudah menyinggungku, kamu harus membayar harganya!"Rehan tertawa dengan liar, mengamati tubuh Jesika dengan sorot mata agresif secara terang-terangan. Perlahan-lahan, seulas senyum jahat menghiasi wajahnya.Hari ini dia memang menargetkan Jesika.Dia hanya meminjam kata-kata Jesika tadi sebagai alasan untuknya membesar-besarkan masalah."Kalau begitu, aku mengucapkan selamat terlebih dulu kepada Tuan Muda Rehan! Selamat menikmati pelayanan dari wanita cantik malam ini!""Haha, orang-orang tertentu nggak tahu, makin dia bersikap arogan di hadapan Tuan Muda Rehan, Tuan Muda Reh
Melihat penampilan putranya saat ini, Tiara juga merasa sangat puas.Dia melangkah maju, lalu menarik Jesika dan berkata sambil tersenyum, "Jesika, kamu nggak perlu takut. Jangankan beberapa orang rendahan ini, Dilan bahkan bisa membantumu menangani para tuan muda dari keluarga-keluarga besar di ibu kota itu!"Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Tiara, sebaiknya kalian jangan ikut campur dalam hal ini ...."Walaupun Keluarga Gunardi lumayan berpengaruh di ibu kota provinsi, tetapi tetap saja tidak cukup kuat untuk menghadapi latar belakang Rehan.Walaupun dia tidak menyukai kerabat luar biasanya ini, tetapi bagaimanapun juga mereka sedang membelanya. Dia tidak ingin Dilan menimbulkan masalah besar.Namun, sangat jelas Tiara tidak memahami maksud Jesika."Ya ampun, Jesika, sudah kubilang jangan takut. Kamu tenang saja, Dilan akan membantumu menanganinya dengan baik!"Saat ini, Dilan juga menoleh. Dengan seulas senyum menawan menghiasi wajah tampannya, dia berkata, "Ya, benar
"Ya, cari tahu dengan saksama!""Harus cari tahu dengan jelas!"Dilan merangkak bangkit. Sambil menyeka sudut bibirnya, dia memelototi Rehan dengan tajam.Setelah Rehan menyelidiki latar belakangnya dengan jelas, dia akan menyuruh bocah yang telah memukulinya ini berlutut di hadapannya, berteriak dan menangis dengan menyedihkan. Dengan begitu, dia baru bisa melampiaskan kekesalan dan amarah yang bergejolak dalam hatinya.Jesika mengerutkan keningnya dan berkata, "Kak Dilan, lupakan saja, jangan ikut campur dalam hal ini lagi."Dia merasa Dilan sedang mempermalukan diri sendiri.Namun, Dilan melakukan semua ini demi membantunya, jadi tentu saja dia tidak bisa berdiam diri saja."Nggak bisa!"Dilan menatap Rehan dengan tatapan dingin dan berkata, "Masalah ini nggak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Berani-beraninya dia memintamu untuk menemaninya tidur, bahkan memukuliku dan ibuku. Aku nggak peduli siapa dia, hari ini dia nggak akan bisa meninggalkan Kota Banyuli lagi!"Namun, kata-kat
Rehan menyalakan cerutu, mengembuskannya ke wajah Dilan sebelum mengangkat kepalanya, lalu berkata pada Tiara sambil tersenyum, "Oh, kalau begitu kamu harus cari tahu dengan saksama.""Harus cari tahu dengan jelas!"Tidak perlu menunggu tiga menit, dalam kurun waktu kurang dari dua menit saja, ponsel Tiara sudah kembali berdering."Langsung katakan saja!"Tiara menyalakan pengeras suara, lalu melemparkan ponselnya ke atas meja."Nyonya, Rehan berasal dari Keluarga Bangsawan Basagita Suraba, salah satu dari lima keluarga bangsawan besar Netawa.""Mikues, ayahnya, akan segera dipindahkan untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli, kedudukan yang setara dengan Wakil Kodam Provinsi Denpapan. Dengar-dengar, dokumen pengangkatannya sudah sampai ke Sekretariat Negara!"Seiring dengan terdengar suara di ujung telepon melalui pengeras suara, ekspresi ganas di wajah Tiara berubah menjadi kaku.Dilan yang tadinya tergeletak di lantai sambil berteriak dengan arogan itu juga sudah menutup mulutnya de
"Tuan, silakan."Pelayan tersebut membimbing Ardika ke ruang pribadi yang telah dipesan oleh Sutandi. Untuk menjaga privasi pelanggan setiap meja, Restoran Siam menyediakan sebuah ruang pribadi untuk pelanggan setiap meja."Eh? Pemuda itu ...."Manajer Restoran Siam kebetulan lewat. Dia tiba-tiba menoleh dan melihat punggung Ardika. Saat itu juga, keningnya langsung berkerut.Setelah ragu sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan telepon."Halo, Tuan Muda Levin, aku adalah manajer Restoran Siam cabang ibu kota provinsi. Sebelumnya, Tuan Muda sudah menginstruksikan pada kami, kalau ada seorang tuan bernama Ardika datang berkunjung ke restoran, kami harus melayaninya dengan sepenuh hati.""Barusan sepertinya aku melihat Tuan Ardika itu ...."..."Tok ... tok ...."Ardika yang tengah membawa bungkusan herba itu berjalan mengikuti pelayan Restoran Siam. Dia melihat pelayan tersebut tengah mengetuk pintu sebuah ruang pribadi."Eh, sepertinya Jeslin dan Tuan Muda Kalris sud
Ya, contohnya saja Ardika tahu, hanya Chamir seorang saja sudah memegang tiga puluh persen saham.Selain itu, tiga wakil ketua cabang Gotawa, seperti Jiglo, suami Ruth, wanita yang mati di tangan Ardika, juga memegang saham sebesar sepuluh persen.Selain Jiglo, sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan, juga karena cabang Provinsi Denpapan menduduki posisi yang istimewa di cabang Gotawa, Sirilus memegang saham sebesar dua puluh persen.Hanya dua puluh persen sisanya yang merupakan aset bersama Organisasi Snakei cabang Gotawa.Berbisnis dengan meminjam kekuasaan dan sumber daya Organisasi Snakei, tetapi keuntungan malah dibagikan oleh para tokoh besar internal organisasi. Yah, pantas saja ada begitu orang yang bermimpi pun ingin bergabung dengan Organisasi Snakei.Kini, Chamir sudah mati. Sirilus dan putranya juga sudah mati di tangan Ardika.Jangankan perebutan posisi ketua cabang Gotawa dan ketua cabang Provinsi Denpapan, hanya saham Grup Goldis yang mereka tinggalkan saja, sudah cukup m
Mercedes-Benz itu sudah melaju, tetapi Ardika tidak menanyakan lokasi yang ditujunya.Lagi pula, dia juga tidak takut Miro bermain trik dengannya.Menghadapi orang seperti Miro yang suka memandang rendah orang lain, takut pada yang kuat serta suka menindas yang lemah, dia memang harus langsung turun tangan untuk mengintimidasi orang tersebut. Kalau tidak, Miro hanya akan makin menjadi-jadi.Dia yakin setelah dihajar olehnya tadi, pemuda yang satu ini sudah mengerti dia bukanlah orang yang mudah diprovokasi.Kalau Miro masih tak kunjung tahu diri, Ardika tidak keberatan untuk memberinya pelajaran yang tak terlupakan seumur hidupnya.Mercedes-Benz itu melaju di jalanan utama ibu kota provinsi.Gedung-gedung pencakar langit melintasi indra penglihatan Ardika.Walaupun kedudukannya tidak bisa dibandingkan dengan Kota Sewo yang merupakan ibu kota Gotawa, tetapi tidak perlu diragukan lagi ibu kota provinsi adalah pusat perekonomian di sini.Pengaruhnya tersebar luas ke seluruh Gotawa, bahkan
Ardika melangkah maju dan berkata, "Kak Miro, 'kan? Aku Ardika, murid Pak Sutandi ...."Miro mengalihkan pandangannya dari seorang wanita muda. Dia mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak. Melihat penampilan Ardika biasa-biasa saja, bahkan membawa sebuah bungkusan yang terkesan kampungan, tampak seperti orang kampung yang baru masuk kota, ekspresi meremehkan pun menghiasi wajahnya."Kenapa kamu membiarkanku menunggu begitu lama?!""Pertama kali naik kereta api cepat, jadi tersesat?"Miro memang merupakan keponakan jauh Leane. Beberapa tahun yang lalu, saat Sutandi baru mulai merintis kariernya dan membutuhkan seorang sopir untuk menunjukkan martabat sendiri, sudah mulai mempekerjakan pemuda ini sebagai sopir.Selama bertahun-tahun ini, dia sudah mengikuti Sutandi sekeluarga dan melihat banyak orang kaya. Miro sendiri menganggap dirinya sudah menjadi orang kaya.Dia sudah lupa dia sendiri juga anak kampung. Walaupun sekarang dia sudah masuk kota, tetapi dia tetap
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya Ratu Ular juga nggak seperti yang kamu katakan sendiri, nggak memperhatikan hal-hal kecil. Kamu bahkan tahu Tina sudah datang ke ibu kota provinsi.""Kamu ingin meminjam tanganku lagi untuk membersihkan pengaruh Keluarga Bangsawan Sinatri di Organisasi Snakei?"Sebelumnya, untuk mencari masalah dengan Ardika, Pangeran Sego langsung memanggil orang-orang Organisasi Snakei.Melalui hal itu saja sudah terlihat jelas, pengaruh Keluarga Bangsawan Sinatri dalam Organisasi Snakei cabang Gotawa sudah sangat dalam. Tidak berlebihan kalau mengatakan sudah seperti pasir yang bertebaran.Jadi, hanya dengan sekali lihat saja, Ardika sudah bisa menebak perencanaan menguntungkan yang tengah disusun oleh Vanya.Vanya tidak keberatan tujuannya diketahui oleh Ardika. Tidak menyetujui, juga tidak menyangkal, dia berkata, "Kalau begitu, tergantung pada pemikiranmu sendiri. Kamu sudah merusak pernikahan politik antara Keluarga Bangsawan Sinatri dengan Keluar
Vanya tidak memperdebatkan hal ini, melainkan berkata, "Ardika yang Tak Terkalahkan, aku jujur saja padamu. Akar permasalahan ini adalah Keluarga Bangsawan Dienga Supham sudah bertindak terlalu jauh.""Kala itu, Thomas menjabat sebagai kapten Provinsi Denpapan, juga merupakan bagian dari perencanaan Keluarga Bangsawan Dienga Supham terhadap Gotawa. Nyonya Keluarga Bangsawan Dienga Supham yang satu itu sangat ambisius, dia selalu ingin memperluas pengaruh Keluarga Bangsawan Dienga hingga mencapai Gotawa.""Seperti kata pepatah, siapa yang akan membiarkan orang lain menguasai wilayah kekuasaan sendiri?""Siapa yang akan diam saja melihat Keluarga Bangsawan Dienga Supham menguasai wilayah kekuasaan sendiri di bawah pengawasan sendiri?"Ardika mengerutkan keningnya dan berkata, "Maksudmu, otak di balik semua ini adalah Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo?"Keluarga Bangsawan Sinatri Sewo.Sebuah keluarga bangsawan besar yang pengaruhnya tersebar ke seluruh pelosok Gotawa.Di ujung telepon, Van
Saat di medan perang, Thomas telah memberikan kontribusi yang besar. Di umurnya yang baru tiga puluhan tahun, dia sudah menjabat sebagai kapten tim tempur Provinsi Denpapan.Ditambah lagi dia memiliki latar belakang luar biasa, yaitu berasal dari Keluarga Bangsawan Dienga Supham. Boleh dibilang masa depannya sangat cerah.Dia pasti akan menjadi tokoh penopang Keluarga Bangsawan Dienga Supham di masa mendatang.Jadi, perkembangan Thomas tidak bisa dihalangi.Sekarang Thomas berhenti menjabat, tidak akan bisa menghancurkan masa depannya. Paling perkembangannya hanya akan berhenti untuk sementara waktu. Yah, paling lama tiga tahun, paling cepat satu atau setengah tahun.Namun, baik tiga tahun maupun satu atau setengah tahun, bagi seseorang yang melangkah selangkah demi selangkah dalam sebuah sistem, sangatlah penting.Begitu mengambil langkah lambat, maka ke depannya akan tetap lambat.Kemungkinan besar saat mencapai momen penting tertentu, karena tertunda satu atau setengah tahun ini, ti
"Jangan! Jangan menggunakan kekerasan!""Aku ikut dengan kalian! Aku ikut dengan kalian, oke?!"Hafa ketakutan bukan main. Menghadapi orang yang akan langsung main tangan dan tidak akan berbicara logika dengannya, dia tahu apa pun yang dikatakannya tidak ada gunanya.Tak lama kemudian, Hafa juga dibawa pergi dengan menyedihkan.Hingga sekarang, mereka bahkan masih belum tahu kesalahan apa yang telah mereka lakukan.Di sisi lain, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Wiandro, kejadian hari ini harus dirahasiakan dengan baik. Selanjutnya, aku akan berada di ibu kota provinsi untuk menangani beberapa hal. Aku nggak ingin diganggu."Wiandro mengangguk dengan cepat dan berkata, "Dewa Perang tenang saja, apa pun mengenai identitas Tuan, akan kusimpan sendiri. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun!""Baiklah, aku nggak akan mengganggu kerja kalian lagi."Ardika mengangguk.Wiandro tahu Ardika sedang mengusirnya secara halus. Sebagai orang yang cukup peka, dia segera pamit dan pergi.Setel
Secara naluriah, Wiandro menoleh ke sumber suara tersebut. Saat itu juga, pandangannya kembali gelap.Karena pemilik suara itu tidak lain adalah Ardika, yang baru selesai mengenakan pakaian dan keluar.'Apa? Pemuda ini adalah atasan lama Kapten Thomas?'"Dewa Perang!"Rafael dan Ginto langsung menegakkan tubuh mereka dan memberi hormat kepada Ardika. Sorot mata penuh kekaguman dan rasa hormat tampak jelas di mata mereka.Mereka adalah orang-orang kepercayaan Thomas. Terpengaruh oleh Thomas, dalam lubuk hati mereka, mereka sangat kagum pada Ardika.Para prajurit yang berada di sekeliling tempat itu juga mengangkat senjata mereka dengan serempak untuk menunjukkan hormat mereka terhadap Ardika. Sorot mata dengan semangat yang membara juga tampak jelas di mata mereka.Sosok legendaris kemiliteran yang satu ini, tentu saja dihormati oleh semua orang."Duar!"Bagaikan tersambar petir, kepala Wiandro seakan-akan diledakkan oleh sesuatu, pandangannya seolah-olah mulai berputar-putar.Dewa Pera