Sambil merokok, Zilwar berkata sambil tersenyum, "Luna, dilihat oleh banyak orang di jalanan seperti ini, nggak baik, 'kan? Bagaimana kalau kita bicarakan di dalam saja?"Dia membawa orang-orangnya untuk menghalangi jalan Luna di depan pintu, karena takut sudah ada jebakan di dalam Menara Sahid.Bagaimanapun juga, dia juga tidak berani jamin Luna tidak berani melakukan perlawanan.Walaupun kemarin dia sudah menggertak wanita ini dengan sedemikian rupanya, dia juga tahu dengan jelas baik Luna maupun Ardika, pasangan ini sudah terkenal keras kepala.Namun, kalau dia masuk bersama Luna, dia sama sekali tidak perlu khawatir lagi.Dengan adanya wanita ini sebagai sanderanya, biarpun Ardika bernyali besar, juga tidak akan berani bertindak gegabah."Oke."Luna memaksakan diri untuk tetap tenang, dia menganggukkan kepalanya.Dia sendiri sudah jatuh ke tangan Zilwar, mau tidak mau dia harus setuju.Orang-orangnya Zilwar mengepung Luna, sedangkan petugas keamanan Grup Hatari mengepung rombongan
Grup Hatari.Selain Grup Susanto Raya, perusahaan inilah perusahaan paling terkenal di Kota Banyuli.Saat membelinya saja, Ardika sudah mengeluarkan sepuluh triliun.Setelah dikembangkan selama beberapa waktu ini, total aset perusahaan sudah mengalami peningkatan.Selain bagian Luna yang diwakilkan oleh Keluarga Septio, hanya saham di bawah nama Luna saja, nilainya sudah lebih dari dua triliun.Sekarang Zilwar malah ingin membelinya dengan dua ratus ribu.Bukankah sama saja dengan membuat lelucon?"Zilwar, kamu sama sekali nggak punya ketulusan untuk mendiskusikan bisnis.""Kamu ingin membeli sahamku dengan dua ratus ribu, apa bedanya dengan merampok?""Apa kamu benar-benar mengira aku nggak berani lapor polisi?!"Luna berbicara dengan dingin, wajahnya sudah sedikit memerah saking kesalnya.Adapun mengenai Zilwar menyuruhnya untuk melayani pria itu di hotel, dia menganggap kata-kata itu sebagai angin lalu.Apa pun tanggapan yang dia berikan mengenai hal tersebut, hanya akan merugikan d
"Nona Luna, apa kamu sudah mengerti?" kata anak buah Zilwar sambil tersenyum palsu.Nada bicara sedingin es itu membuat semua orang gugup setengah mati.Luna juga merinding mendengarnya.Kalau keluarganya jatuh ke tangan bajingan seperti Zilwar, akan berakhir seperti apa ....Dia bahkan tidak berani membayangkannya!""Bu Luna, bagaimana kalau kamu tanda tangani saja? Lagi pula, kamu juga yang bertanggung jawab atas operasional sehari-hari perusahaan. Biarpun Tuan Muda Zilwar menjadi pemegang saham, penghasilanmu juga nggak akan rendah kalau kamu bekerja untuknya.""Ya, benar. Tuan Muda Zilwar adalah anggota keluarga kaya, seharusnya dia juga nggak akan merugikan bawahannya.""Nggak ada seorang pun yang bisa menghadapi konsekuensi menyulut amarah Tuan Muda Zilwar."Beberapa orang petinggi perusahaan juga mulai membujuk Luna.Namun, baik secara sadar maupun tidak sadar, orang-orang ini mengabaikan satu hal. Zilwar tidak hanya menginginkan saham Luna, tetapi juga meminta Luna untuk menema
Ekspresi ganas Zilwar membuat tubuh Luna sedikit gemetaran saking ketakutannya.Ardika menekan bahu istrinya dengan lembut sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Zilwar. Dia mengerutkan keningnya dan berkata dengan dingin, "Anggota Keluarga Mahasura?""Aku nggak pernah melihatmu."Sebelum Ardika meninggalkan Kediaman Keluarga Mahasura, Zilwar masih belum dewasa, juga sering tidak pulang rumah.Bertahun-tahun sudah berlalu, tentu saja dia tidak mengenali pria itu lagi.Walaupun sebelumnya dia menginstruksikan orang untuk memberi Zilwar pelajaran di dalam pusat penahanan, juga meminta Harrison, konsul Negara Enggrim untuk mematahkan kedua kaki pria itu.Namun, dia belum bertemu Zilwar secara langsung."Sialan! Kamu bahkan nggak tahu siapa aku?!"Saking emosinya, Zilwar hampir muntah darah. Ekspresinya berubah menjadi ganas, dia berteriak dengan keras.Dia sudah dicelakai oleh Ardika hingga sedemikian rupanya, tetapi Ardika malah tidak mengenalinya.Baginya, perasaan ini jauh lebih tida
Saat ini, niat membunuh yang kuat benar-benar sudah menyelimuti hati Ardika.Kalau bukan karena takut begitu terjadi ledakan senjata api, dalam situasi yang kacau, akan mengakibatkan korban luka dan korban tewas berjatuhan, Ardika pasti sudah menyerang."Tuan Muda, Tuan Muda baik-baik saja, 'kan?"Anak buah Zilwar segera memapah Zilwar berdiri dengan panik."Minggir!"Zilwar langsung menepis tangan anak buahnya. Setelah menggoyang-goyangkan kepalanya yang terasa pusing, akhirnya dia tersadar kembali.Dia berbalik, memelototi Ardika dengan tatapan tajam. Sambil mengusap-usap wajahnya, dia berkata, "Ardika, berani-beraninya pecundang sepertimu memukulku!""Eh, pecundang, dulu saat kamu bersama Keluarga Mahasura, kamu sangat patuh. Hingga pada akhirnya, kamu diusir oleh kami dan menjadi gelandangan. Sekarang kamu malah berani memukulku!"Seluruh ruangan itu dipenuhi dengan suara teriakan penuh amarah Zilwar.Ardika tidak memedulikan senjata api yang mengarah padanya, dia berkata dengan ac
Ruang penerimaan tamu Grup Hatari.Zilwar menatap Ardika dengan sorot mata dingin. Saking emosinya, dia ingin membunuh Ardika saat itu juga.Di bawah bujukan anak buahnya, akhirnya dia tenang kembali."Eh, Ardika, kamu jangan kira kamu adalah penguasa di Kota Banyuli, bisa bertindak semena-mena!""Jujur saja, baik uang nggak seberapa yang dimiliki oleh beberapa perusahaanmu itu, maupun sedikit kekuasaan yang kamu miliki di Kediaman Wali Kota, sama sekali bukan apa-apa bagi Keluarga Mahasura ibu kota provinsi.""Keluarga Mahasura bisa membuatmu kehilangan segala sesuatu yang kamu miliki ini dengan mudah!"Zilwar kembali memasang ekspresi arogan. Dia menatap Ardika dan Luna dengan tatapan acuh tak acuh dan berkata dengan dingin, "Kali ini, siapa pun nggak akan bisa menghentikan Keluarga Mahasura untuk mendapatkan proyek kota baru Sungai Banyuli!""Kalau nggak mau mati, tanda tangani surat pengalihan saham ini, lalu bersihkan istrimu itu dan antarkan dia padaku.""Ingat, aku hanya memberi
"Aku mengerti, Sayang."Ardika mengangguk.Setelah duduk menemani Luna sejenak, melihat istrinya sudah mengumpulkan semangat untuk bekerja kembali, dia baru beranjak, meninggalkan ruangan Luna.Di luar ruangan, Ardika mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang."Bos ...."Tanpa butuh waktu lama, terdengar suara Draco dari ujung telepon.Ardika berkata dengan dingin, "Kirim satu kelompok orang, habisi seluruh anggota Tentara Bayaran Lane yang berada di Kota Banyuli. Adapun mengenai Charles, biarkan dia tetap hidup untuk sementara waktu. Bagaimanapun juga, kita tetap harus menyisakan seorang penyampai informasi."Sebelumnya, dia sudah memberikan peringatan terakhir pada Charles.Dalam tiga hari, semua anggota Tentara Bayaran Lane yang berada di Negara Nusantara harus meninggalkan wilayah tanah air.Namun, mereka tidak menganggap serius ucapannya. Tidak hanya tetap tinggal di Kota Banyuli, sekarang mereka malah bersekongkol dengan Keluarga Mahasura.Sekarang Ardika sudah tidak terla
Selain itu, Charles sudah memutuskan uang sebesar seratus juta ini akan masuk ke kantong pribadinya.Jadi, dia tersenyum dan berkata, "Tapi, Tuan Muda Zilwar, tolong rahasiakan perbincangan kita hari ini, jangan membocorkannya pada orang luar.""Oke, nggak masalah ...."Zilwar hanya mengira Charles ingin mendapatkan komisi, dia pun menganggukkan kepalanya.Dua orang yang memiliki pemikiran jahat sendiri, tertawa bersama-sama dengan kompak."Dor! Dor!"Namun, setelah tawa mereka berdua berhenti, tiba-tiba terdengar suara seperti suara ledakan petasan."Suara apa itu?"Zilwar tertegun sejenak.Ekspresi Charles langsung berubah. "Suara tembakan?""Bam!"Pintu didobrak hingga terbuka dari luar. Anak buah Zilwar menerobos masuk dengan tergesa-gesa, menerjang ke lantai seperti seekor anjing jahat yang menerjang ke arah makanan."Tu ... Tuan Muda ... Caneil dan yang lainnya sudah dibunuh ... mereka ... semua sudah mati!"Caneil adalah salah satu anggota Tentara Bayaran Lane. Hari ini, dia dan
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak