"Luna, aku juga nggak takut kamu marah. Jadi, aku akan mengucapkan beberapa patah kata yang nggak enak didengar.""Yah, intinya, dengan identitas dan kedudukan Ardika, apa dia berhak berlagak hebat di hadapan Tuan Muda Yudin?""Tindakan yang nggak dewasa dan nggak logis seperti itu sama saja dengan cari mati. Dia sama sekali nggak membayangkan seberapa besar pengaruh dan seberapa besar tekanan yang akan dihadapi oleh kamu dan keluargamu karena masalah ini ...."Untuk sementara waktu, Tarim mengurungkan niatnya untuk menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan Luna. Dia hanya menjatuhkan Ardika tanpa ragu.Luna hanya mendengar ucapan pria itu dengan saksama tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Sebenarnya ucapan Tarim masuk akal juga.Kala itu, dia dipaksa hingga menemui jalan buntu oleh Yudin. Ardika memang maju demi membelanya.Namun, harus diakui tindakan keras Ardika itu memang membuat permasalahan menjadi makin besar."Luna, sekarang api amarah Tuan Muda Yudin memang menargetkan A
"Ardika!"Tarim yang sedang duduk langsung mengangkat kepalanya dan menatap Ardika yang tiba-tiba muncul itu.Namun, detik berikutnya, seulas senyum dingin tersungging di wajahnya. "Kamu sudah menyinggung Tuan Muda Yudin, cepat melarikan diri sejauh mungkin dan bersembunyilah. Bisa-bisanya kamu masih berada di Kota Banyuli.""Apa kamu benar-benar ingin mati?!"Di mata Tarim, Ardika sudah melakukan tindakan gila dengan memasukkan Yudin ke penjara.Ardika pasti sudah melarikan diri.Biarpun tindakan seperti itu juga tidak ada artinya, karena tidak peduli Ardika melarikan diri ke mana pun, Keluarga Sudibya pasti tidak akan melepaskannya.Namun, saat ini Ardika malah masih berani muncul dan melenggang dengan santai di jalanan besar Kota Banyuli.Dia benar-benar cari mati.Tanpa melirik Tarim sama sekali, Ardika langsung berjalan menghampiri Luna, lalu mengulurkan tangannya untuk mencubit wajah lembut wanitanya dengan lembut."Sayang, sudah kubilang berapa kali.""Kamu terlalu cantik. Selai
"Aku beri tahu istrimu, kamu adalah 'anjing' yang telah diusir oleh Keluarga Mahasura, bahkan kamu bisa mendapatkan Grup Bintang Darma juga dengan mengandalkan trik-trik mengelabui orang!""Pecundang sepertimu pasti akan mati karena telah menyinggung Tuan Muda Yudin. Hanya dengan bercerai denganmu, istrimu baru bisa menghindari musibah besar itu.""Tapi, istrimu sangat baik hati. Dia nggak bersedia mencampakkanmu di saat seperti ini. Jadi, aku beri tahu dia, hanya ada satu cara yang tersisa, yaitu kamu pergi berlutut di hadapan Tuan Muda Yudin, membiarkan melampiaskan kekesalan sekaligus amarahnya padamu ...."Tarim memberi tahu Ardika apa yang dia katakan pada Luna sebelumnya dalam satu tarikan napas.Pada akhirnya, dia baru tertawa dingin dan berkata, "Ardika, setelah istrimu melakukan begitu banyak pengorbanan untukmu, apa yang pecundang sepertimu pikirkan?""Ardika, jangan dengarkan omong kosongnya. Aku sama sekali nggak memedulikan kata-katanya ...."Luna takut Ardika tidak bisa t
"Karena kamu sudah melakukan tindakan yang minta dihajar, menurutmu apa mungkin aku nggak memenuhi keinginanmu?"Sambil menginjak Tarim, Ardika melontarkan kata-kata itu dengan ekspresi mengintimidasi.Begitu mendengar ucapan Ardika, para pengunjung kafe yang menyaksikan adegan itu merasa Tarim memang pantas menerima dua tamparan itu."Jelas-jelas dia sendiri yang mengganggu istri orang lain dan sudah ditolak, dia malah marah karena malu, lalu memaki orang tepat di hadapan orang yang bersangkutan! Karakter pria seperti ini benar-benar buruk!""Kelihatannya saja seperti orang yang terpandang dan bermoral, nggak disangka ternyata adalah sampah.""Ckckck, memang pantas ditampar ...."Mendengar diskusi para pengunjung kafe di sekelilingnya, Tarim merasa dirinya sudah hampir meledak!Dia berasal dari keluarga terpandang dan merupakan sosok pemuda berbakat, kapan dia pernah menerima penghinaan seperti ini?Hari ini, dia malah diinjak oleh seseorang yang dianggapnya sebagai pecundang!"Ahhhh!
Melihat Ardika berhasil memicu kebencian Leandor, Tarim langsung tertawa dingin dengan bangga.Dia akui Ardika memang memiliki sedikit relasi di Kota Banyuli. Kalau dia yang berasal dari kota ingin menghadapi pria itu, tentu saja tidak akan bisa menang. Jadi, dia hanya bisa meminjam kekuatan orang lain.Leandor adalah anggota Keluarga Remax, keluarga kelas satu Kota Banyuli.Sejak kejatuhan tiga keluarga besar, Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax yang awalnya merupakan keluarga kelas satu, kini boleh dibilang sudah merupakan keluarga-keluarga yang menempati posisi puncak Kota Banyuli.Jadi, secara otomatis Leandor juga menjadi tuan muda yang menduduki posisi puncak Kota Banyuli.Dengan pengaruh Keluarga Remax, mereka memiliki kekuatan untuk menginjak-injak Ardika saat ini. Paling tidak, tidak akan menjadi hal yang sulit bagi mereka."Ardika, sudah kubilang kalau hari ini kamu nggak berlutut dan bersujud di hadapanku, aku nggak akan membiarkan masalah kamu memukulku berla
Leandor menatap Ardika dengan tatapan penuh minat, seolah-olah tidak menganggap serius Ardika.Namun, dalam sorot matanya, samar-samar terlihat sorot mata marah sekaligus kesal.Dia bisa merasakan dengan sangat jelas aura acuh tak acuh yang terpancar dari dalam tubuh Ardika dan sikap meremehkan pria itu terhadapnya.Dia tidak bodoh. Dia tahu dari awal Ardika bisa setenang itu, maka artinya pria itu juga memiliki pendukung.Leandor menatap Ardika, lalu berkata dengan suara dalam, "Eh, bocah, aku ingatkan kamu terakhir kali. Di Kota Banyuli ini, hanya segelintir orang yang bisa membuatku takut.""Kalau kamu meminta maaf pada temanku dengan patuh, serta memberi kompensasi sebesar 40 miliar atas dua tamparan yang diterimanya, masalah ini akan dianggap berlalu.""Tapi, kalau kamu masih nggak tahu diri dan memilih untuk melawanku sampai akhir, saat itu tiba, harga yang harus kamu bayar bukan hanya ini saja!"Sejak Leandor memasuki kafe, Luna sudah mengamatinya dengan saksama. Melihat sikap a
Leandor mengerutkan keningnya, lalu memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon."Halo, Kak, ada orang yang memukul orang di dalam hotelku. Orang ini sangat arogan. Tolong kemari untuk menangani masalah ini. Nanti aku akan mengundangmu minum-minum."Walaupun memiliki marga yang sama, orang yang dihubungi dan dipanggil dengan panggilan "Kak" oleh Leandor tentu saja bukan Tarim."Leandor, kamu nggak perlu sesungkan itu padaku. Lagi pula, aku hanya memberikan bantuan kecil saja. Aku baru saja kembali dari rumah sakit. Dokter berpesan padaku untuk nggak meminum minuman beralkohol selama dua hari ini. Jadi, nanti kita baru bicarakan lagi tentang minum-minum.""Aku akan segera pergi ke sana! Dalam kurun waktu sepuluh menit, aku akan tiba di lokasi!"Di ujung telepon, terdengar suara tawa hangat."Oke, kalau begitu anggap saja aku utang minum-minum untuk Kakak!"Setelah mengakhiri panggilan telepon, Leandor menatap Ardika, la
Sepuluh menit berlalu dengan cepat."Nging ... ngung ...."Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar bunyi sirene mobil polisi yang makin mendekat.Beberapa mobil polisi melaju dengan cepat, lalu berhenti di depan pintu Hotel Starie.Sekelompok orang yang mengenakan seragam polisi segera turun dari mobil.Di bawah kepemimpinan seorang pria, sekelompok orang membuka pintu kafe dan berjalan memasuki kafe."Leandor, aku sudah datang!"Pria yang memimpin sekelompok polisi itu berteriak dengan keras, lalu segera mendorong dan melewati kerumunan dengan kasar."Haha, Kak Pendo benar-benar datang dengan sangat cepat, sangat menghargaiku."Leandor berjalan menghampiri pria itu sambil tertawa. Saat dia mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyodorkannya pada pria itu, tiba-tiba dia berkata dengan nada terkejut, "Eh? Kak Pendo, ada apa dengan luka di wajahmu? Apa kamu terluka saat menjalani misi?"Sebelum dia sempat mendekat, dia sudah bisa menghirup aroma obat yang kental menguar dari wajah pri