Amarah Ardika benar-benar sudah tersulut oleh ucapan Leon.Dalam perjamuan malam ini, pria itu bukan baru sekali dua kali memprovokasinya, melainkan sudah berkali-kali.Kalau orang lain, Ardika pasti sudah melayangkan satu tamparan ke wajah orang itu.Dengan mempertimbangkan pria itu adalah paman Luna, Ardika baru tidak mempermasalahkan hal itu.Namun, sekarang, Leon malah berani mengancam Luna dengan alasan tidak akan memberikan kesempatan kepada Desi untuk kembali ke Keluarga Liwanto untuk bercerai dengannya.Pria itu sudah bertindak di luar batas toleransinya.Dengan memasang ekspresi dingin, Ardika berjalan menuju ke arah Leon."Ardika!"Luna segera menarik lengannya, lalu menggelengkan kepala padanya. Sorot mata khawatir tampak jelas di mata Luna.Dia takut Ardika melakukan tindakan yang akan membawa masalah lagi.Setelah menghentikan Ardika, dia baru menoleh ke arah Leon.Setelah menarik napas dalam-dalam, Luna baru berkata dengan pelan, "Paman, sepertinya kamu sudah terlalu mema
Desi memarahi Ardika panjang lebar.Ardika hanya mendengarkan ucapan ibu mertuanya itu dalam diam, dia terlalu malas untuk memberikan penjelasan."Selain itu, Tina juga bilang dia akan mengirim seorang wakil presdir baru ke Perusahaan Investasi Gilra dan memintamu untuk kooperatif dengan wakil presdir baru itu."Setelah menyampaikan informasi tersebut, Desi memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Ardika, apa kamu sudah dengar?""Hmm."Ardika menganggukkan kepalanya, hal itu tidak masalah baginya.Selama wakil presdir baru itu berkemampuan dan tidak seperti Virgoun yang sebelumnya mencari masalah dengannya, tentu saja dia tidak keberatan.Setelah Desi berbalik dan pergi, Luna baru membujuk Ardika panjang lebar, "Ardika, kamu harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kamu harus belajar dan bekerja dengan giat, ya?""Setelah kamu meraih pencapaian sendiri, ibuku juga nggak akan bersikap seperti itu padamu lagi.""Oke, sayangku."Sambil tersenyum, Ardika memeluknya dan memijat-mi
Begitu tiga keluarga besar jatuh, Kota Banyuli langsung menjadi target banyak pihak.Berbagai kekuatan ingin memasuki pasar Kota Banyuli dan meraih keuntungan.Boleh dibilang Ridwan sudah cukup berkemampuan, tetapi tetap saja belakangan ini dia dipusingkan dan kelelahan menghadapi hal-hal tersebut.Keluarga Mahasura bahkan berani memerintahkannya untuk melepaskan Zilwar, bisa terlihat dengan jelas seberapa arogannya keluarga-keluarga kaya terkemuka itu.Sekarang sudah ada Ardika yang mengatur Kota Banyuli. Ridwan sama sekali tidak perlu khawatir lagi.Tidak peduli siapa pun itu, mereka juga harus mematuhi peraturan Kota Banyuli dengan patuh."Tapi, Ridwan, aku bukan tipe orang yang suka disibukkan dengan tanggung jawab seperti ini. Tugas harian Wali Kota nggak perlu merepotkanku. Hanya di saat diperlukan saja, aku akan turun tangan."Tepat pada saat ini, Ardika mengajukan satu permintaan.Dia tidak ingin duduk dan disibukkan dengan setumpuk dokumen di Kediaman Wali Kota setiap harinya.
"Oke, kalau begitu, kita serahkan saja pada Amir."Kendy menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kaki putranya juga sudah dipatahkan oleh Ardika, dia jauh lebih ingin menghabisi si sialan itu dibandingkan kita!"...Ardika tidak tahu hanya karena dia menjadi perwakilan wali kota untuk sementara waktu, dia sudah dianggap sebagai bawahan Helios.Karena alasan itu pula, Keluarga Mahasura bahkan tidak berani turun tangan sendiri.Keesokan harinya, saat dia tiba di Perusahaan Investasi Gilra, Ardika diundang ke ruang pertemuan untuk rapat."Mengadakan rapat untuk membahas masalah apa?"Setelah memasuki ruang pertemuan, Ardika segera memanggil Airin dan bertanya padanya.Airin berkata dengan volume suara kecil, "Pak Ardika, kemarin saat Bapak pergi, Bu Tina datang ke perusahaan dan menilai Bapak nggak bertanggung jawab dalam pekerjaan. Lalu, dia mengatakan akan mengirim asistennya ke sini untuk menjabat sebagai wakil presdir.""Wakil presdir ini sudah datang, dia yang mengadakan rapat ini."Sa
Sikap penurut yang ditunjukkan oleh Ardika membuat Jane merasa sedikit terkejut.Dalam lubuk hatinya, dia makin memandang rendah Ardika."Oke, rapat hari ini sampai di sini saja. Semuanya, bubarlah."Sambil bertepuk tangan, Jane mengumumkan pertemuan sudah berakhir. Dia juga tidak peduli apakah ada lagi yang ingin dibicarakan oleh Ardika atau tidak.Dia sudah menganggap dirinya sebagai petinggi yang menduduki jabatan paling tinggi di Perusahaan Investasi Gilra.Setelah Jane pergi, para petinggi perusahaan baru mengerumuni Ardika."Pak Ardika, kelak aku tetap akan mengikuti arahan Bapak, nggak akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan kehendak Bapak!""Ya, benar, Pak Ardika. Kami semua pasti akan menuruti instruksi Bapak. Bu Jane itu sama sekali nggak menghormati Bapak, kami nggak akan menuruti instruksinya ...."Sekelompok orang itu berlomba-lomba mengutarakan kesetiaan mereka pada Ardika.Kejadian kemarin sudah memberikan kesan yang mendalam pada mereka. Mereka tidak akan langs
"Aku sedang berada di sebuah hotel yang berlokasi di sebelah Kediaman Wali Kota, kamu kemarilah."Ardika melontarkan beberapa patah kata itu dengan santai.Tak lama kemudian, seorang wanita muda bersetelan formal melajukan mobil ke hotel tersebut.Setelah berpisah dengan Hamdi, Sigit dan lainnya dan bertemu dengan asisten Jane itu, dia bertanya, "Siapa namamu? Kenapa aku nggak melihatmu di perusahaan?""Namaku Yuri Lotoka, aku dipindahkan dari kantor utama Grup Lautan Berlian oleh Bu Jane."Nada bicara wanita itu sedikit arogan, seolah-olah karena berasal dari Grup Lautan Berlian, kedudukannya lebih tinggi dibandingkan orang lain.Menghirup aroma alkohol samar yang menguar dari tubuh Ardika, diam-diam Yuri mendecakkan lidahnya.'Ckckck, ternyata memang benar Pak Ardika bisa menduduki posisinya saat ini hanya dengan mengandalkan relasi. Siang-siang bolong begini saja, dia sudah pergi minum-minum dengan para petinggi Kediaman Wali Kota untuk menjalin relasi dengan mereka.'Sebelumnya, sa
Setelah mendengar ucapan Julia, staf-staf yang berada di dalam ruangan itu langsung melirik Ardika dengan ekspresi aneh.Mereka mengira orang yang datang untuk menerima wawancara adalah seorang tokoh hebat. Siapa sangka ternyata hanya seorang menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan istrinya.Dalam sekejap, sorot mata yang mereka tujukan pada Ardika tampak sedikit meremehkan."Kak Julia, bagaimanapun juga, kamu adalah tokoh penting di stasiun TV kita. Bisa-bisanya Perusahaan Investasi Gilra mengirim seorang menantu benalu untuk menerima wawancara darimu. Bukankah mereka terlalu nggak menghormatimu?""Ya, benar. Aku sarankan sebaiknya ganti orang. Biarpun hanya seorang karyawan biasa, juga lebih unggul dibandingkan seorang menantu benalu yang mengandalkan relasi untuk menduduki posisi manajer umum ...."Beberapa orang staf mulai menyuarakan pemikiran mereka.Mereka tahu Julia tidak menyukai Ardika, tentu saja mereka harus membantunya.Yuri melirik Ardika. Dia berasumsi kemungkinan be
"Tuan Ardika, apa kamu sudah siap? Ayo kita mulai."Julia sangat profesional. Begitu sutradara memintanya untuk mulai, dia langsung hanyut dalam perannya sebagai seorang pembawa acara.Dengan seulas senyum mengembang di wajahnya, dia berkata, "Hari ini, kami sudah mengundang Tuan Ardika, manajer umum Perusahaan Investasi Gilra. Tuan Ardika dipersilakan untuk menyapa para penonton terlebih dahulu.""Halo, semuanya, aku adalah Ardika ...."Ardika melambaikan tangannya ke arah penonton yang sesungguhnya tidak ada seorang penonton pun di lokasi rekaman. Ya, acara ini memang ditujukan untuk penonton TV.Setelah perkenalan diri Ardika, Julia mulai berbicara. "Seperti yang kita ketahui bersama, perusahaan-perusahaan besar menetapkan standar yang tinggi untuk manajer umum profesional. Paling nggak, orang yang bersangkutan harus memiliki pengalaman kerja.""Tapi, kalau dilihat dari resume Tuan Ardika, kita bisa menemukan suatu hal yang ajaib.""Sebelum menjabat sebagai manajer umum Perusahaan I
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk