"Jadi, Tuan Alex membohongi kami? Dan itu sudah berlaku setelah satu bulan Tuan Alex menjabat disini." Ucap Kepala Karyawan.Riko menghela nafas."Tidak usah khawatir. Katakan kepada semua orang, Perusahaan akan mengganti gaji kalian yang ditilep sang Koruptor sialan itu!"Mereka saling berpandangan, kemudian Kepala Karyawan menunduk."Terima kasih, Tuan. Terima kasih. Saya akan segera mengumumkan.""Kalian sudah bekerja sekian lama disini, tentu kalian tahu, apa motto kerja di Perusahaan Mahendra kan?""Tahu, Tuan." Mereka menjawab serempak."Perusahaan kita, hanya untuk orang-orang yang jujur. Jika ada yang berani tidak jujur, maka hukumannya adalah, minimal dipecat dan yang paling berat adalah, dibawa ke jalur hukum. Jadi berhati-hatilah dalam bekerja. Jika ingin tetap dibutuhkan, maka bersikaplah jujur dan jangan sekalipun curang. Meski itu hanya setetes keringat pun dari seorang kuli sekalipun!" Riko berkata demikian."Kami mengerti, Tuan. Mohon maafkan atas keteledoran kami ini.
"Kalau untuk Mia, terus terang aku melarang Rita untuk bicara. Sebab tidak enak hati. Pesta kemarin, suami Mia paling banyak mengeluarkan patungan. Tapi kalau untuk Silvia, mereka sedang sama saja dengan kami. Kalau untuk Dinda, ini masalahnya. Dinda belum bisa dihubungi. Rita juga sedang menunggu bantuan dari Dinda dan suaminya. Kamu bersabar lagi ya?""Bersabar terus! Coba Mas Wibowo jadi aku! Anak setiap hari menangis! Pusing tujuh keliling aku!"Wibowo juga tidak bisa mengelak, menjadi Wahyu, pasti sangat bingung."Begini saja. Bagaimana kalau, aku bawa saja barang-barang kalian yang sekiranya bisa aku jual untuk dijadikan uang. Setidaknya, aku pulang tidak dengan membawa tangan Kosong, sambil menunggu keputusan dari Dinda."Wibowo sebenarnya terkejut, tapi mau bagaimana lagi. Melihat Wahyu datang jauh-jauh dan pulang tanpa hasil, juga makin tidak enak hati.Walau dengan ragu-ragu, akhirnya dia mengangguk.Dan akhirnya, Kulkas, Televisi, Mesin Cuci dan Sofa, diangkut oleh Wahyu.R
Waktu berjalan seperti sangat cepat bagi semua orang.Rita sekarang sudah pasrah, setiap kali Silvia menyuruhnya untuk meminta bantuan Gara dan Mia, dia tetap menolak.Itu tidak akan terjadi! Dia berpikir jika sudah cukup dia menanggung begitu banyak kesalahan terhadap mereka, tidak ingin mengulanginya lagi.Rita tetap berpikir sebisa mungkin, bagaimana caranya lepas dari hutang hutangnya. Apalagi Wahyu sudah menelepon lagi dan mengatakan akan segera berkunjung kembali.Bukan berkunjung, tetapi lebih tepatnya untuk menagih hutang lagi.Rita sudah tidak bisa mengandalkan Dinda lagi, bukan belum niat atau belum sempat, Dinda memang tidak berniat membantu mereka. Lihat saja, status WA dan sosial media miliknya jelas jelas memamerkan dia dan suaminya sedang menghambur-hamburkan uang. Berbelanja di Mall, membeli mobil mewah, merenovasi rumah mertua dan membangun beberapa bangunan rumah sewaan sekaligus."Mereka sangat keterlaluan,Bu! Lihatlah, mereka itu bukan tidak punya uang. Mereka bany
Pria yang bernama Doni itu hanya bisa pasrah dan menjawab semua pertanyaan dengan kebenaran."Saya hanya disuruh, Tuan. Saya tidak mungkin menolak, atau saya akan kehilangan pekerjaan.""Kamu tahu yang kamu lakukan itu salah kaprah? Bukan hanya mengkhianati perusahaan, tetapi juga seluruh karyawan Cabang X ini!"Doni hanya menunduk.Riko membuka buku rekening atas nama pria di hadapannya itu, tebakannya sama sekali tidak meleset. Sejumlah uang dari perusahaan yang terkirim ke rekening ini telah ditransfer ke rekening atas nama Alex."Kamu bukan hanya akan dipecat, tapi kamu juga akan dipenjara dengan kasus penggelapan uang perusahaan, penipuan gaji karyawan, dan memalsukan tanda tangan Tuan Gara!"Doni gemetaran dan memohon ampunan."Ampuni saya, Tuan. Ampuni saya, saya salah. Tolong jangan penjarakan saya. Saya tobat Tuan, saya tobat!""Itu sudah menjadi konsekuensi yang harus kamu terima!"Tiba-tiba Doni berdiri dan berteriak dengan lantang. "Jika saya ditangkap, kenapa Tuan Alex ti
Mia menatap suaminya dengan pandangan terkejut, kemudian meraih kertas-kertas itu dan meneliti. Meskipun dia tidak terlalu paham, tetapi melihat buku rekening yang telah di print oleh pihak Bank, dan nominal-nominal transferan disana, Mia langsung paham."Jadi? Alex benar-benar korupsi?" Dia menoleh pada Gara."Bukan hanya Korupsi, tetapi memakan gaji seluruh karyawan sampai beberapa bulan terakhir."Mia benar-benar tercengang, dia menggelengkan kepalanya."Ternyata suami Dinda seperti itu. Aku tidak menyangka sebelumnya.""Lalu bagaimana menurutmu?" Gara bertanya."Kamu harus menghentikannya, dia patut bertanggung jawab! Jangan memikirkan tidak enak pada kami. Meskipun dia sudah menjadi keluarga kita, tapi dia tetap salah. Ini gaji karyawan, kasihan mereka. Mereka punya keluarga. Alex juga sudah membuat perusahaan merugi. Bukan uang puluhan juta lagi, tapi milyaran!"Gara mengangguk. "Baiklah, jika kamu tidak keberatan, maka aku akan mengurusnya. Dia memang harus mempertanggungjawab
Alex sedikit tercengang. "Izin?""Ya. Surat izin." Kembali notaris itu menjelaskan."Kami membeli lahan itu. Jadi kami berkuasa penuh. Untuk apa meminta izin dan kepada siapa harus meminta izin?" Jawab Alex."Membeli? Membeli dari siapa maksud bapak Alex?""Dari pihak pertama. Kami juga punya bukti sertifikat yang sudah kami tandatangani dan sudah atas nama saya sendiri."Notaris itu mendengus. "Bolehkah kami melihat sertifikat itu?"Alex menoleh pada Dinda. "Ambil surat Sertifikat tanah itu sayang. Siapa tahu, bapak-bapak ini tertarik dengan tanah kita."Dengan penuh semangat, Dinda melangkah ke kamar untuk mengambil surat Sertifikat itu.Tidak butuh waktu lama, Dinda sudah kembali dengan Surat Sertifikat itu dan menyerahkan kepada Notaris. Notaris meneliti dan kemudian menyerahkan kepada Kuasa hukum.Kuasa Hukum itu mulai memeriksa dan melempar surat itu ke atas meja."Surat ini palsu. Anda telah tertipu, Bapak Alex!"Seketika Alex dan Dinda tercengang."Maksudnya?" Mereka bertanya
"Pihak polisi sedang mencari mereka, Pak. Tapi mereka sudah kabur.""Mereka?""Kan pada saat penandatanganan surat itu banyak pihak yang terlibat. Para saksi dan juga aparat desa kampung sebelah. Ternyata mereka semua sekelompok penipu.""Terus bagaimana tanggapan dari pihak PT Koba-X?" Tanya Dinda."Tidak ada tuntunan apa-apa karena aku disini juga adalah korban penipuan. Tapi," Alex menjeda kalimat, sedikit ragu melanjutkan. Dia khawatir jika Dinda bisa syok, apalagi saat ini dia sedang hamil muda."Tapi apa, Mas…""Din, kita harus merelakan bangunan itu dihancurkan. Karena tanah itu akan segera digunakan oleh mereka untuk lahan pertambangan.""Ya Ampun…" Dinda langsung histeris."Terus? Kita tidak dapat ganti rugi apapun, begitu?"Alex menggelengkan kepalanya, “Ini murni kesalahan kita yang teledor. Mana PT Koba-X mau tau!"Lemas sudah tubuh Dinda. Baru saja dia menikmati peran sebagai istri seorang pengusaha, ternyata sudah bangkrut saja.Bukan tidak banyak mereka mengeluarkan uan
Tetapi, bukannya mendapatkan kontak Mia, dia malah mendapatkan cacian dari Silvia. "Heh, ada keperluan saja kamu telpon ya? Kalau tidak ada saja, kontak kami kamu blokir! Dasar anak tidak tahu diri!" Umpat yang disana."Aduh Mbak.. Jangan marah dulu. Ini urusannya lagi darurat. Tolonglah mengerti. Aku ada perlu dengan mbak Mia. Tolong ya?""Tolong-tolong jidatmu itu! Kenapa? Kamu sudah bangkrut? Mau minta tolong pada mereka? Tidak tahu malu! Kami saja tidak ada yang berani minta tolong pada mereka, karena tahu diri!"Deg! Bangkrut?Dada Dinda bergetar ketika Silvia mengatakan itu. Tapi dia tidak ingin putus asa."Tidak usah banyak bicara dulu! Cepat bagi nomor Mia!""Kamu tahu tidak, gara-gara hutang untuk pesta kamu itu, ibu harus menggadaikan sertifikat rumah ini! Barang-barang dirumah juga sudah disita semua oleh paman Wahyu. Apa kamu memikirkan itu, Dinda? Disini menderita!" Silvia begitu marah."Aduh, mbak Silvia. Aku bukan tidak memikirkan kalian, tapi disini aku sedang meri