Pagi menyapa penuh harapan bagi kedua insan yang sedang dilanda jatuh cinta dalam diam-diam dan dirahasiakan itu.Semalam Rendi sudah mengutarakan niatnya kepada Riko dan Dinda. Meminta izin keduanya untuk mengajak jalan-jalan Fiah ke Taman Bunga.Riko dan Dinda sudah mengijinkan.Rendi sudah menyiapkan segalanya dengan sempurna.Kemudian masuk ke mobil dan bersiap menjemput Fiah.Sebelum menghidupkan mobil, dia menatap sebuah kotak cincin di tangannya."Aku akan melamarmu di sana. Jika tersambut, baru melamar secara resmi."Meskipun penuh keraguan karena takut ditolak Rendi sudah bertekad. Kemudian menutup kotak cincin itu dan memasukan dalam kantong saku celananya."Namanya juga usaha. Apa salahnya?"**Sepanjang perjalanan di mobil, Fiah menebar senyuman manis yang cukup bahagia. Dan itu membuat hatinya Rendi semakin kesemsem dibuatnya. Dia beberapa kali mencuri pandang, beruntung Fiah terus melempar tatapan keluar untuk menikmati pemandangan kota yang padat dengan kendaraan lain.
"Astagfirullahaladzim.." Rendi terperanjat dan langsung melindungi tubuh Fiah dari mata mereka.Fiah yang juga terkejut dan secepat mungkin memakai kaos Rendi dalam perlindungan punggung Rendi."Cepat keluar! Kalian sudah berbuat mesum!" Mereka berteriak dan menyeret Rendi yang memang masih bertelanjang dada.Rendi dan Fiah sama-sama linglung, kemudian tersadar jika mereka digerebek dan dikira berbuat mesum.__Fiah cepat menyambar jilbabnya dan memakainya tanpa peduli jika jilbabnya itu masih basah.Beberapa orang sudah menarik Rendi. Beberapa orang juga telah menarik Fiah, dan keduanya kini dibawa ke pos ronda tanpa memberi kesempatan mereka untuk menjelaskan terlebih dahulu. Sementara di pos ronda ada beberapa orang yang menunggu, diantaranya adalah penjaga taman bunga tersebut.Lalu kemudian Rendy dan Fiah didorong dan dipaksa duduk di depan penjaga Taman Bunga. Fiah mulai menangis, dia mengerti jika orang-orang ini sedang salah paham. Orang-orang ini mengira jika mereka telah mel
Benar-benar tidak masuk logika pikir Rendi."Apa hubungannya, Pak? Kami tidak berbuat apa-apa kenapa harus kalian yang tertimpa sial? Itu hanya akal-akalan kalian saja mungkin." Jawab Rendi.Penjaga Taman mendelik, tetapi karena dia pria yang sudah cukup tua dan dipercaya di Taman bunga ini, meskipun semua orang yang ada disini sudah berteriak teriak ingin menghakimi Rendi, dia berusaha untuk menenangkan warga."Jadi begini, Mas. Ayo duduklah dulu." Dia meminta Rendi untuk duduk kembali.Rendi duduk setelah di tarik oleh Fiah yang masih menangis.Rendi kemudian duduk, berusaha untuk meredam emosinya."Jadi begini, Mas. Sebenarnya pribadi dari saya sendiri, masih bisa memikirkan perasaan kalian jika memang tak bersalah. Tetapi bagaimana dengan mereka? Sebagai warga pribumi, ini sudah menjadi hukum turun temurun kami disini, Mas. Taman ini sebenarnya bukan Taman wisata seperti lainnya yang bebas untuk berwisata, tetapi ada sejarahnya. Kami boleh menjadikan tempat wisata dengan syarat me
"Iya iya. Sepertinya begitu." Mereka mulai berasumsi masing masing bahkan bermonolog dalam hati.Rendi yang melihat kedatangan Riko dan Dinda langsung berdiri dan pergi ke arah mereka. Dementara Fiah hanya duduk menatap mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh."Rendi, apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa kalian bisa sampai ditahan di sini?" tanya Riko. Rendi tidak menjawab, karena Riko sebenarnya sudah tau tentang masalah yang sebenarnya.Dinda berlari kecil ke dalam dan langsung memeluk Fiah. Gadis itu menangis didekapan Dinda."Mbak Dinda. Kami itu tidak bersalah. Mereka hanya salah paham.""Mbak Dinda percaya. Tenanglah. Mas Riko akan membantu kalian. Jangan menangis."Riko kemudian berjalan ke hadapan Penjaga Taman, bersama Pengacara Ridwan. Pak RT juga rupanya sudah ada disana.Setelah bersalaman, Riko mengenakkan diri. Dia juga mengenalkan Pria berjas yang berdiri di sampingnya.Sejenak Pak Penjaga Taman dan Pak RT sempat terkejut dan saling memandang saat tahu pria yang berdir
"Kami hanya akan menikah secara sah di depan agama, setelah itu kedepannya aku akan memikirkan untuk meresmikannya. Jadi percayalah Mas Riko, Mbak Dinda. Aku tidak akan pernah mempermainkan pernikahan ini."Sementara Fiah, dia masih terbengong.Meskipun benar apa yang dikatakan Rendi, jika Mereka tadi memang sudah terlanjur berjanji di depan mereka, tetapi Fiah tetap tidak menyangka jika Rendi akan berkata seperti itu.Walaupun mereka telah berjanji dan disaksikan banyak orang, tetapi bukankah itu sudah tidak jadi menjadi masalah? Tapi kenapa Rendi malah bersikeras untuk menikahinya? Dan disini!Tapi jika dipikirkan kembali, benar apa yang dikatakan Rendy, mereka tadi sudah terlanjur berjanji dan untuk Rendi sendiri janji tadi bukan hanya sekedar di bibirnya, tetapi langsung dari hati.Riko menunduk untuk berpikir secara tenang dahulu, kemudian menoleh pada Dinda. "Bagaimana Dinda, Apa kamu setuju?"Dinda menarik nafas dalam-dalam,"Jika ditanya setuju, sebenarnya aku tidak setuju. Buk
Bu RT juga sudah datang dari tadi bersama beberapa wanita sekedar untuk mengganti pakaian Fiah yang masih sedikit basah.Sekarang, dua orang sudah duduk berdampingan di atas tikar yang sengaja di gelar di depan pos ronda yang berhadapan dengan taman bunga.Riko dan Dinda sudah duduk di samping kiri dan kanan Mereka berdua. Sementara penghulu yang sudah dijemput Pak RT juga telah siap menikahkan mereka.Setelah bertanya kepada dua orang yang akan dinikahkan itu, pak Penghulu tidak lupa bertanya dengan Riko dan Dinda.Dan setelah semua sudah yakin dan serius, acara pun dimulai.Rendi mengucapkan Ijab Qabul dengan lancar dan tanpa hambatan. Diakhiri dengan doa-doa dan deraian air mata bahagia.Lalu di akhir acara sebelum mereka pulang meninggalkan tempat ini, Rendi yang tadi sudah meminta tolong pada Pak RT dan beberapa warga untuk menyiapkan Amplop, membagi sedekah berupa uang untuk para warga yang hadir.Tidak ada yang tidak senang, orang-orang yang hadir di sore ini. Mereka mendapatka
"Fiah." Rendi memanggil dari sofa kemudian mendekati.Fiah menoleh, dia bisa melihat Rendi sudah berganti dengan kaos pendek putih dan celana jeans selutut. Rendi benar benar sangat tampan Dimata Fiah.Fiah juga terlihat manis dan cantik secara natural. Dengan rambut hitam pekat dan panjang. Masih terlihat basah dan meneteskan air membuat Rendi berdiri kaku menatap gadis yang beberapa jam yang lalu baru dinikahinya itu."Mas, aku tidak punya ganti."Rendi sedikit gugup, "Itu. Em.. Pakai baju Mas Rendi dulu ya?"Rendi melangkah untuk membuka Lemari. Memilih baju miliknya yang dianggap paling kecil.Fiah ingin tertawa ketika memakai baju pemberian dari Rendi. Tubuh mungilnya hampir hilang ditelan kaos oblong mirip Rendi. Tapi itu sangat seksi dimata Rendi."Kamu lapar tidak?" tanya Rendi. Fiah hanya mengangguk."Aku ambil makanan sebentar.""Memang ada?" Tanya Fiah."Ada. Tapi perlu memasaknya dulu.""Mas." Sebelum Rendi beranjak Fiah memanggil. Dia menoleh."Benarkah Mas Rendi mencinta
Fiah yang masih tenggelam dalam mimpinya lalu terbangun karena suara pintu yang terbuka. Dia membuka matanya perlahan.Rendi, pria yang baru saja kemarin menikahinya itu, sudah berdiri di ambang pintu. Sementara di tangannya ada nampan berisi makanan.Fiah terkejut melihat Rendi berdiri menatapnya dengan senyuman hangat.Lalu dengan setengah kesadaran dia bangun dan melihat sekeliling. Pikirannya langsung kosong saat dia menyadari jika ini bukanlah kamarnya.Lalu sekarang dia dimana? Pikirannya blank seketika.Dia kemudian menoleh pada Rendi dan bertanya, "Mas, ini dimana? Kenapa aku bisa berada disini?"Rendi menarik ujung bibirnya, "Kamu bertanya padaku dimana tempat ini? Apa kamu lupa?"Rendi mendekat, meletakkan nampan makanan diatas meja, kemudian memberi kecupan selamat pagi di kening Fiah."Selamat pagi, istriku. Bagaimana? Apa tidurmu semalam lelap?"Mendengar kata istriku, juga mendapatkan kecupan tak terduga, Fiah kembali terkejut. Pikirannya berangsur-angsur pulih."Ya, Amp