Dinda menangis sesenggukan.Riko kemudian kembali pada Dokter Edward."Apa yang harus kita lakukan untuk bisa menyembuhkan Putriku. Lakukan apapun untuk kesembuhannya. Edward, kumohon. Aku tidak bisa kehilangan Calia. Kamu tahu bagaimana aku sangat menyayangi putri istriku itu?" Riko berkata dengan uraian air mata."Kanker darah yang diderita putrimu masih dalam tahap awal. Perlu diketahui, jika leukemia terjadi ketika sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih dalam jumlah yang berlebihan. Banyaknya sel darah putih ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan, sehingga menghambat pertumbuhan sel yang sehat.Saat seseorang mengidap kanker darah, donor sumsum tulang belakang diperlukan sebagai salah satu langkah penanganan yang tepat dan tanpa efek samping. Hal tersebut dilakukan karena kanker darah bukan termasuk kanker padat. Lagi pula, awal ditemukan kanker adalah adalah pada bagian sumsum tulang tempat sel-sel darah sehat diproduksi.""Jadi maksudmu, Calia memerlukan donor
"Satu-satunya hanyalah, antara Rehan dan Nita. Hanya mereka Mas. Kakek dan Nenek Calia dari Ayahnya juga sudah tidak ada." Ucap Dinda.Mendengar ucapan istrinya, Riko langsung mengambil keputusan."Aku akan pergi kesana menjemput mereka. Kamu kabari mereka, kalau aku akan datang karena ada suatu kepentingan. Jangan katakan apapun dulu. Aku takut akan membuat ibu Fiah syok."Dinda mengangguk.Detik itu juga Riko tidak ingin mengulur waktu lagi. Dia memeluk istrinya dengan begitu erat."Dinda. Kita akan berjuang bersama sama untuk menyelamatkan Calia dan juga menjaga calon adiknya. Jangan terlalu cemas. Aku akan meminta izin pada Ibunya Fiah untuk meminta Rehan atau Nita untuk menjadi donor untuk Calia.""Tapi kalau mereka menolak bagaimana, Mas?" Dinda menangis dengan pikiran yang sangat khawatir."Kita harus mencobanya dahulu."Dinda mengangguk."Aku akan memberi kabar Mbak Mia dan juga Mbak Silvia.""Iya. Kabari Mereka semua."Selesai bicara, Riko langsung meninggalkan rumah sakit, m
Tidak ada yang tidak bersedih memikirkan Calia untuk saat ini. Bu Rita, Mia dan juga Silvia serta Pak Wibowo. Mereka sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Dinda harus diuji sekali lagi dengan ujian seberat ini. Lebih parahnya lagi, harus di saat kehamilan Dinda yang ke-dua ujian itu kembali menyapa Dinda.Bu Rita merangkul Dinda, menggosok lembut perutnya."Kamu harus bisa tegar dan menenangkan diri Dinda. Suamimu sedang berjuang demi putrimu, kamu juga harus bisa menjaga calon bayinya yang ada di dalam perutmu ini." Ibu ingin memberi Sedikit ketenangan untuk Dinda.Dinda mengangguk pelan."Iya, Bu. Dinda hanya sangat takut. Kalau Rehan atau Nita tidak bisa menjadi donor untuk Calia, bagaimana?""Ada kami Dinda. Kami semua akan cek kecocokan Sumsum kami. Meskipun kemungkinan kecil, siapa tau ada yang cocok di antara kami bukan?" Jawab Bu Rita."Mas Gara juga sedang menemui Dokter Edward, untuk meminta Pihak Rumah sakit agar membantu mencari donor sumsum yang cocok untuk
Riko akhirnya menurut ketika Bu Marni membawanya ke kamar tempat Dinda dan Calia tempati dulu semasa di sini. Kamar dimana saat Riko pernah datang ke sini untuk pertama kalinya dulu juga sempat ia tempatinya."Istirahatlah sejenak, Nak. Kamu pasti lelah. Ibu akan siapkan makan malam." Ucap Bu Marni.Riko mengangguk. Duduk di tepian ranjang sambil memijat bahunya. Barulah saat ini, Riko merasa penat.Hampir saja Riko merebahkan diri, namun dia langsung teringat pada Dinda dan segera menghubungi istrinya untuk memberi kabar jika dia sudah sampai.Baru saja Riko menekan kontak Dinda, nomor Dinda sedang dalam panggilan lain. Kemudian dari ruangan depan, terdengar ibu dan Nita menangis sambil berbicara dengan seseorang di hp.Rupanya mereka sedang menelpon Dinda.Riko mengetik pesan singkat untuk istrinya, memberi kabar jika dia sudah sampai dan besok akan segera kembali bersama Rehan.Tak lupa memberi pesan agar Dinda jangan terlalu banyak pikiran.[Jaga Calia, dan juga calon adiknya ya s
Bukan hanya kecocokan sumsum, tetapi banyak hal lain yang harus diperiksa secara teliti.Setelah melewati Waktu yang cukup lama, Riko dan Rehan kembali ke ruangan Tunggu.Mereka belum bisa bernafas lega karena sekali lagi harus menunggu hasil dari pemeriksaan Rehan.Saat ini, Dinda dan Riko membawa Rehan masuk keruangan Calia. Dimana Caila sedang berbaring lemah dan mulai membuka matanya."Mama.." Calia langsung memanggil Dinda."Papa.." Calia menangis saat melihat Riko. Mungkin dia kangen karena dua hari ini tidak melihat papanya."Tidak apa-apa Pak, boleh kok di gendong." Saran Seorang suster.Riko langsung mengambil Calia dan menggendongnya."Cup.. cup.. sayang. Lihat, itu siapa yang datang coba? Paman Rehan..." Riko menunjuk Rehan yang kini mendekat."Calia.. Calia baik-baik saja ya?" Rehan berkata sambil meneteskan air mata. Dia cepat mengusap air matanya dan memberi ciuman pada dahi Calia."Anak pintar, tidak boleh membuat mama dan papa sedih ya? Calia pasti sembuh kok."Calia t
Kabar dari Dokter Edward langsung membuat Rehan bersemangat.Dia seketika berdiri dan menepuk dadanya dengan sombong."Sudah kukatakan, aku ini sehat wal'afiat. Terbukti, kan? Ini adalah khasiat memakan masakan Ibu setiap hari. Daun singkong dan sayur-sayuran hijau." Kelakar Rehan.Dia ingat bagaimana ibunya terus memasak sayuran hijau setiap hari. Kadang Rehan protes karena bosen."Sayuran itu membuat tubuh sehat, Rehan. Cepat dimakan! Nggak usah bawel!" Tegas Bu Marni kala itu, setiap saat Rehan protes.Jadi meskipun Bu Marni memasak daging atau ikan, sayur hijau tidak pernah ketinggalan. Lalu dia akan marah jika anak-anaknya tidak mau memakannya.Semua orang bisa tersenyum sekarang.Tanpa menunggu lagi, Dokter Edward membawa Rehan ke sebuah ruangan khusus dan Rehan diserahkan kepada dokter ahlinya untuk memulai proses pengambilan sumsum tulang belakangnya.Prosedur aspirasi sumsum tulang biasanya dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam, khususnya konsultan hematologi dan onk
Setelah transplantasi sumsum tulang, sel-sel induk baru yang memasuki tubuh akan melakukan perjalanan melalui darah ke sumsum tulang. Pada waktunya, sel-sel induk ini akan berkembang biak dan membuat sel darah baru yang sehat, yang disebut engraftment dalam tubuh Calia.Dan ini, rupanya belum akhir dari penderitaan Calia.Dokter mengatakan jika Calia masih memerlukan beberapa minggu sebelum jumlah sel darah dalam tubuh mulai kembali normal. Pada beberapa orang, mungkin malah diperlukan waktu lebih lama. Calia masih akan menjalani tes darah dan tes lain untuk memantau kondisi dan mungkin memerlukan obat untuk mengatasi komplikasi, seperti mual dan diare yang akan diderita Calia setelah proses Transplantasi.Calia masih akan tetap berada di bawah perawatan medis yang ketat. Dikhawatirkan jika Calia bisa saja mengalami infeksi atau komplikasi lain, maka dari itu, Calia masih diharuskan untuk tinggal di rumah sakit selama beberapa hari sampai dokter menyatakan jika Calia diperbolehkan unt
Bu Marni yang hanyalah seorang dari desa, dia yang pernah hidup penuh kekurangan dan juga pernah mendapatkan banyak hinaan. Tetapi dia tidak gagal dalam mendidik anak-anaknya. Meskipun dia sekarang menjadi seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya, tetapi dia bisa mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berbakti dan penuh pengertian. Fiah, Rehan dan juga Nita. Hati mereka penuh kebaikan dan hidup mereka tidak kurang kasih sayang.Lalu pernikahan Dinda dengan Riko membuat mereka kembali mempunyai jalinan keluarga dari keluarga besar Riko.Meskipun saat Calia kritis, mereka belum bisa datang, tapi pada akhirnya ibunda Riko pun datang juga untuk memberi dukungan kepada mereka. Walaupun hanya bisa beberapa hari disana, tetapi doa tulus dari mereka pun juga membuat semangat tersendiri bagi Riko dan Dinda. Sudah lebih dari dua minggu lamanya Calia berada di rumah sakit, hari ini dokter Edward menyampaikan jika Calia sudah diperbolehkan untuk pulang.“Calia sudah diperbolehkan untuk p