“Akhirnya aku menemukanmu, pria tampan,” kata wanita itu dengan tatapan menggoda. “sudah lama aku mencarimu. Akhirnya kita dipertemukan, sepertinya kita memang berjodoh.”Raja sekilas memperhatikan wanita itu, tetapi dia tidak mengenalnya. Akhirnya dia meninggalkan tempat setelah pesanan kuenya selesai.Raja baru sadar wanita itu mengikutinya setelah memanggilnya.“Tunggu! Mau ke mana kamu, pria tampan?”Raja menghiraukan panggilan wanita itu. Dia menghampiri taksi yang berada di sekitar sana, tetapi wanita itu tetap mengikutinya.Raja yang merasa terganggu, dia pun berkata tegas pada wanita itu, “Ada keperluan apa? Aku tidak mengenal anda. Dan aku tidak punya urusan dengan anda. Sebaiknya anda menjauh dariku,”Wanita itu malah tersenyum, “Apa kamu nggak mengenalku, pria tampan?” Wanita itu mendekatkan wajahnya, tentu Raja merasa jijik dan segera membuka pintu taksi. Namun, pintu baru dibuka, wanita itu menerobos masuk ke dalam terlebih dahulu.“Aku Ulva, mantan karyawan toko Jewelle
“Adakah rahasia lagi yang Paman sembunyikan?” tanya Raja dengan tatapan penuh arti. Wajah Bahri memucat dengan keringat dingin di wajahnya tambah banyak, tangannya juga gemetar. Dia yakin Raja telah mengacak-ngacak meja kerjanya dan menemukan rahasianya yang disimpan rapat-rapat.“Sialan! Semakin lancang kamu!” bentak Margareth sembari melayangkan sebuah tamparan ke arah Raja.Raja memundurkan kepalanya, dan tamparan itu bagaikan sekedar angin yang lewat di depan wajahnya.Raja justru memberikan sindiran pada Bahri, “Sepertinya Paman harus ke dokter, detak jantung Paman terdengar merdu.” Bahri benar-benar mati langkah. Tubuhnya semakin gemetar hebat dengan keringat semakin membanjir. Sialnya, bukan hanya semua orang yang memperhatikan dirinya, anak istrinya juga melihat raut wajahnya yang terlihat seperti maling tertangkap basah.“Ada apa, Pa? Papa sakit?” tanya Margareth beranggapan demikian.“Ya, Pa-pa sedikit pusing,” jawab Bahri tidak bisa menutupi kegugupannya. Dia lalu menyeka
Ulva menceritakan awal pertemuannya dengan Raja. Dulu, dia mengira pria itu hanyalah orang miskin yang nyasar datang ke toko perhiasan Jewellery Royal, tetapi nyatanya pria itu justru membeli kalung termahal seharga 1,1 triliun rupiah. Mereka yang mendengarnya justru manggut-manggut dengan senyuman lebar. Margareth menanggapi, “Hem jadi begitu. Raja penampilannya memang sederhana, tapi sebenarnya dia tajir melintir loh. Mobilnya banyak, rumahnya mewah, perusahaan yang tadi aja miliknya.” dia sekilas mengangkat sudut bibirnya melihat wanita itu tampak tersenyum puas. “dia punya istri sih, tapi kami gak suka dengan istrinya yang kampungan. Kalau kamu kan nggak … kamu cantik, seksi, pokoknya cocok deh untuk Raja,” pujinya supaya wanita itu masuk ke dalam perangkapnya.Walau dia harus akui kebohongannya berlebihan, tapi kesempatan emas ini tak boleh dilewatkan. Dia akan memanfaatkan wanita itu untuk merusak hubungan Raja dan Ayyara. Dengan begitu Raja pasti terusir dari keluarga Nugraha.
“Anak itu nggak boleh lahir,” gumam Margareth. Namun, di detik berikutnya justru senyumam licik terbit di bibirnya. “kehamilan Ayya ada gunanya. Aku akan memanfaatkannya untuk mengusir Raja.”Kening Radit berkerut, “Apa maksud, Mama?” tanyanya dengan suara pelan.“Orang hamil bawaannya suka sensitif. Rencana kita dengan Ulva pasti akan jauh lebih mudah,” jawab Margareth dengan senyuman seringai. ***Tiga hari berselang, Prince Group mengundang semua penanggung jawab perusahaan yang lolos seleksi pada tahap sebelumnya.Dengan perasaan khawatir gagal, Ayyara melangkah menuju ruangan pertemuan. Tanpa sepengetahuannya, Marcel mengikutinya tak jauh di belakang.“Ayya,” sapa Marcel.Ayyara merasa mengenal suara itu. Lantas dia pun menoleh ke belakang, “Pak Marcel?” dia mengeryitkan dahi. Setahu Ayyara, perusahan WNE Group bukan perusahaan di bidang makanan, tetapi mengapa Marcel berada di sini?Marcel mensejajarkan langkahnya dengan Ayyara. Dia pun kembali menyapa wanita itu dengan senyum
“Kamu mau proyek itu? Jangan mimpi!” tegas Raja.Marcel justru tertawa dengan sorot mata mengejek, “Sakit perutku mendengarmu. Memang kamu siapa? Sok tahu kamu. lihat saja nanti, kamu akan mendengar kalau proyek itu jatuh ke tanganku.”Raja menghiraukan ucapan Marcel. Dia memilih menatap Ayyara dan berkata “Lebih baik Ara masuk sekarang, acara sebentar lagi dimulai.”Ayyara mengangguk disertai senyuman manis, “Iya, Mas,” ucapnya, lalu masuk ke ruangan pertemuan.Marcel mendengus miring, “Kenapa kamu menyuruh istrimu cepat-cepat masuk? Takut istrimu terpengaruh dengan omonganku? Takut istrimu berpaling darimu?” ledeknya. Kalimat selanjutnya segera terlontar. “Lihat saja, setelah aku memenangkan proyek ini, istrimu bakalan jatuh ke pelukanku.”Di titik ini, Marcel mendadak menatap Raja dengan tatapan mata berkilat iblis, “Selama 2 minggu aku jadi pelayan gara-gara kamu! Aku nggak akan pernah melupakan penghinaan besar ini. Aku pasti membalasmu. Tunggu saja tanggal mainnya!” ancamnya. Di
“Tapi, Pak Raja, kondisi Pak Banara saat ini …” Terdengar suara sendu Alexander. Dia pun melanjutkan kalimatnya. “menurun.” Raja memang masih belum bisa memaafkan Banara, tetapi hati kecilnya ada rasa kekhawatiran yang amat mendalam. “Jangan kamu berbohong, Alex. Bukankah dia mendapatkan perawatan terbaik di sana?” tanya Raja dengan suara datar. Raja berpikir demikian karena membandingkan dengan Nugraha. Buktinya, penyakit jantung Kakeknya sembuh setelah mendapatkan perawatan terbaik dan termahal di rumah sakit. “Perawatan mahal dan teknologi canggih tidak menjamin kesembuhan orang. Pak Banara dihantui rasa bersalah. Pikirannya kacau balau, dan itu yang menghambat kesembuhan Pak Banara. Saya mohon–” “Hubungi aku lagi nanti. Sekarang aku sangat sibuk.” Raja menyela ucapan Alexander ketika dia melihat kehadiran seseorang. Dia pun memutus sambungan sepihak. Orang itu adalah Marcel. Dia menghampiri Raja sambil menyunggingkan senyuman sinis. Setelah berdiri di hadapan Raja, lantas
“Selamat kepada Samudera Food Mandiri!” Nugraha menyebut nama satu perusahaan dengan suara lantang. Begitu nama perusahaan disebut, seketika kebanyakan perwakilan perusahaan menunduk lesu dengan raut wajah kecewa. Ayyara masih terbengong di tempat duduknya. Dia mengira salah dengar, tetapi setelah Anton mengulang kalimat yang sama, barulah dia secara spontan melompat kegirangan. Wajahnya memerah dan matanya berair tanda kejutan ini membuat dirinya begitu emosional. Dia sangat bahagia, kerja kerasnya selama berminggu-minggu membuahkan hasil, sekarang perusahaan SFM tidak akan bangkrut setelah berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan keuangan ternama. Sementara, Marcel yang awalnya tersenyum penuh kemenangan, kini dia tampak syok. Dia masih belum mempercayai apa yang dilihat dan di dengarnya. Di detik berikutnya mendadak raut wajahnya menunjukkan kemarahannya. Dia yakin Ayyara terpilih karena orang dalam. “Nggak mungkin! Sama sekali nggak masuk akal! Penilaian ini sama sekali n
Anton yang mengamati dari depan, dia langsung menghampiri Marcel dengan tatapan penuh amarah, “Marcel! Berani sekali kamu menghina partner kami!”Marcel yang dikuasai emosi, lantas dia menoleh dan membalas dengan tatapan tajam pada Anton, “Kenapa?! Bapak melindungi Ayyara karena Raja mengetahui rahasia Bapak, bukan?! Bapak takut Raja membongkar rahasia Bapak?” Marcel menyindir dengan sengaja mengeraskan suara supaya perhatian semua orang tertuju padanya.Anton membalasnya dengan tatapan dingin, “Kamu sudah melewati batasmu! Aku akan mengurusmu! Bukan hanya menghinaku, Bu ayya, dan Pak Raja, tapi kamu juga berani mencemarkan nama baik Prince Group!”Di saat bersamaan, pintu terbuka. Semua orang pun menoleh dan mendapati Raja yang memasuki ruangan. Melihat kedatangan pria itu, sudut bibir Marcel terangkat. Dia menemukan cara untuk memprovokasi semua orang, “Dialah pria yang aku maksud!” dia menunjuk ke arah Raja. Lalu, tangannya bergantian menunjuk ke arah Ayyara. “Namanya Raja, dia s
Usai berkata demikian, Raja pergi begitu saja. Dia memutuskan pulang ke rumah besar Nugraha. “Sudah cukup mereka bermain-main dengan keluargaku. Waktunya sudah tiba. Aku akan menghukum semua musuh-musuhku,” gumam Raja sembari melangkahkan kakinya. Dua puluh menit kemudian, Raja tiba di rumah besar Nugraha. Dia menghampiri sang Kakek dan Ayyara yang menunggunya di ruang tengah. “Mas?” Mengerti tatapan sang istri yang mencemaskannya, Raja pun menanggapi, “Aku baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuhku.” Sementara, Nugraha masih mematung di tempat. Dia masih belum menyangka bahwa menantunya itu adalah putra Banara Darmendhara. “Aku sudah menyuruh Anton untuk menghukum semua orang yang berani mengganggu kebahagiaan kita, termasuk Shinta dan Kakaknya,” ucap Raja. Lalu menoleh ke arah Nugraha. “juga Marcel dan Ferdi.” Nugraha yang tidak mengerti pun bertanya, “Maksudnya?” “Sepuluh menit yang lalu Prince Group telah memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan WNE Group.
“Malam ini juga Bagas harus menghadapiku!” seru Raja. “Aku juga akan menghukumnya!” sahut Nugraha yang tak kalah murkanya. Ayyara yang bediri di tengah-tengah mereka pun berkata, “Kakek belum sembuh total. Biarkan Mas Raja yang menanganinya.” “Tidak. Kakek mau ikut. Aku–” “Ara benar. Sebaiknya Kakek tidak perlu ikut,” potong Raja. “serahkan semua urusan ini kepadaku.” “Baiklah.” Nugraha berujung mengalah. Raja menoleh ke arah Anton, “Apakah kamu sudah merekamnya?” Anton mengangguk cepat, “Sudah, Pak.” “Kirimkan rekamannya kepadaku,” pinta Raja. *** Bagas mengetahui kalau Jamal dan teman-temannya tertangkap dan diadili. Namun, saat ini dia sama sekali tidak panik. Dia sudah memiliki rencana untuk mengantisipasinya. Bahkan di saat ini dia bermain dengan wanita jalang di sebuah kamar. Tanpa Bagas sadari, di luar sana Raja dan orang-orangnya berhasil melumpuhkan semua anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaganya. BRAK! Bagas dan wanita jalangnya spontan menoleh ke arah pintu
“Berlatih menembak,” ucap Anton. Tubuh Jamal semakin begetar hebat, “Saya mohon, Pak. Jangan jadikan saya kelinci percobaan.” Jamal tampak begitu panik melihat tangan Anton mulai terangkat dan mengarahkan pistol ke arah apel yang berada di atasnya, “Saya akan jujur. Saya akan mengatakan siapa yang telah menyuruh saya.” Sudut bibir Anton terangkat, memang ini adalah rencananya untuk memaksa Jamal mengakui segalanya. “Saya janji,” ulang Jamal mencoba meyakinkan Anton. Jamal tak punya pilihan lain. Dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan pendiriannya jika tidak ingin nyawanya yang melayang. “Penawaran yang sangat menarik. Tapi jika sekali saja kamu berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!” seru Anton sambil menempelkan moncong pistol tepat di dahi Jamal. “bukan apel lagi, tapi peluruku akan menembus kepalamu!” “Ba-ik, Pak. Saya akan jujur.” Suara Jamal nyaris tak terdengar karena diselimuti rasa takut yang membesar. “Cepat katakan, Jamal! Jangan bertele-tele!” geram Anton.
“Halo, Pak Raja … Saya sudah berhasil menjalankan tugas dari Pak Raja,” ucap Anton di seberang telepon. Nugraha yang mendengarnya pun merasa terheran-heran. Raja yang sedari tadi mengintip di balik pintu, dia pun masuk kembali dan menghampiri Nugraha. “Lakukan sesuai rencana, Anton,” ucap Raja yang sudah berdiri di samping Nugraha. “Baik, Pak,” jawab Anton, dan setelahnya telepon terputus. Nugraha yang kebingungan pun menatap Raja dengan ekspresi yang begitu serius, “Siapa kamu?” “Aku suami Ayyara, menantu Kakek,” jawab Raja. “Jawab yang jujur. Siapa kamu sebenarnya?” tanya Nugraha. “Aku Raja Elvano Darmendhara. Putra Banara Darmendhara,” jawab Raja serius. “Kamu jangan bercanda.” Raut wajah Nugraha memerah. “Mas Raja nggak bohong, Kek,” sahut Ayyara yang muncul dari luar dan berjalan mendekat. “Mas Raja adalah putra Ayah Banara Darmendhara, pemilik Darmendhara Group.” Nugraha tercengang mendengarnya, tetapi dia masih menganggap Raja dan Ayyara telah berbohong. “Candaan ka
“Siapa kamu?” tanya Nugraha.Ayyara merasa heran dengan pertanyaan Nugraha, karena pria itu tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia takut sang Kakek lupa ingatan.“Apa Kakek saya baik-baik saja?” tanya Ayyara kepada si perawat yang sudah berdiri di sampingnya.Si perawat itu menatap Nugraha dengan senyuman ramah, “Maaf, Pak. Nama Bapak siapa?”“Nugraha.”“Dan mereka siapa?” Perawat itu menunjuk ke arah pasangan suami-istri.“Ayyara dan Raja, menantuku,” jawab Nugraha.Ayyara tersenyum, merasa tidak ada masalah dengan ingatan Nugraha. Sementara, perawat itu memeriksa keadaan sang Kakek secara keseluruhan.“Kepala Bapak terluka. Jadi jangan banyak bergerak dulu,” ucap perawat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan.“Terima kasih,” balas Nugraha, dan perawat itu pergi dari ruangan setelah berpamitan.Usai kepergian si perawat, Nugraha menatap Raja yang berdiri di samping Ayyara.“Raja? Jujurlah kepada Kakek. Kenapa kamu bersama dengan Pak Anton waktu menyelamatkanku?” tanya Nugraha.“
Raja dan Anton segera masuk ke mobil. Hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit, mereka sudah sampai di sebuah aprtemen, tempat Nugraha dibawa.Raja langsung turun dari mobil, diikuti Anton dan anak buahnya.Sementara, di dalam apartemen Jamal dan teman-temannya tampak terlihat panik bukan main. Pasalnya mereka tahu kalau orang-orangnya Nugraha sedang menuju ke tempatnya.Tak ingin celaka, mereka pun menggunakan Nugraha sebagai tameng untuk menyelamatkan diri.BRAK!Sontak semua mata menoleh ke arah pintu yang di dobrak. Jamal pun langsung menempelkan pistol ke pelipis Nugraha yang terikat tak sadarkan diri di kursi.Raja yang melihat wajah Nugraha yang dipenuhi darah, seketika aura mengerikan begitu kental menguar dari dirinya.“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan melihat Nugraha mati di tanganku!” ancam Jamal penuh mengintimidasi, walau dia sendiri sebenarnya agak gentar menghadapi Raja dan anton beserta anak buahnya.“Kamu telah melakukan kesalahan besar, Jamal!” seru Anton
“Kurang ajar!” pekik Jamal tanpa dia sadari belum memutus sambungan telepon. “Anda mau mati, hah?!” Tentu saja di seberang sana Ayyara yang mendengarnya seketika berteriak, “Kakek?! Siapa kalian?!” Jamal kaget dan baru menyadari kecerobohannya, tetapi karena terlanjur dia pun berterus terang, “Kakekmu akan mati di tanganku!” Usai mengatakan itu, Jamal seketika memutus sambungan telepon sepihak. Dia lalu menatap Nugraha dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak sekedar berbual! Malam ini anda harus mati!” Nugraha malah membalasnya dengan cengiran lebar. Dia sama sekali tidak terlihat takut. Dia tahu setelah ini Ayyara akan meminta bantuan Anton untuk melacak keberadaannya, entah itu dirinya dalam keadaan selamat ataupun mati. “Kamu ingin membunuhku? Silahkan. Tapi nyawa dibayar nyawa. Aku mati, kalian juga pasti akan mati! Cucuku punya hubungan dekat dengan Pak Anton,” ucap Nugraha. Situasinya kini berubah, justru sekarang Jamal dan teman-temannya yang terlihat panik-sepaniknya. “
“Kali ini kamu menang. Tapi ilmu wing chungku akan mematahkan tulangmu!” seru pria itu sambil menggerak-gerakkan tangannya. Melihat Raja hanya terdiam, pria itu mulai maju menyerangnya. “Kamu tidak akan bisa menahan gempuran pukulanku!” Raja menangkis serangan demi serangan yang mengandalkan teknik kecepatan tangan. Awalnya dia kewalahan, tetapi akhirnya dia dapat mengimbanginya. Raja yang tak ingin bermain-main, ketika ada kesempatan dia langsung menyarangkan pukulan di dada lawannya hingga terpental ke belakang. Para penjahat lagi-lagi dibuat terkejut. Mereka berulang kali menggeleng-geleng tak percaya melihat Raja juga memiliki ilmu whing chung. Bahkan pergerakannya lebih cepat dan gesit. “Tidak masuk akal,” gumam pimpinan penjahat tanpa disadari. Sementara, Ayyara berhasil membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya. Dia lalu cepat menjauh dan berdiri di tempat asalnya agar mereka tidak curiga. Secara diam-diam, dia pun mengirim pesan kepada Anton untuk meminta bantuan. “B
Ancaman pria itu tampak tidak main-main, membuat Ayyara yang mendengarnya semakin mengkhawatirkan keselamatan Raja. Dia berulang kali menarik tangan sang suami untuk cepat-cepat berlari masuk ke dalam mobil. Namun, suamimya malah merespon dengan segurat senyuman sembari menggelengkan kepalanya. “Kalau lari, mereka justru akan menembak kita,” bisik Raja. Ayyara baru menyadari kebodohannya. Dia pun akhirnya menatap tajam kepada para penjahat. “Pergi! Jangan sakiti suamiku!” Teriaknya, walaupun keringat dingin mulai membasahi dahi. Teriakan Ayyara mulai menarik perhatian beberapa orang. Namun, pimpinan penajahat itu dengan mudah mengatasinya. Dia tersenyum kepada orang-orang yang berada di sekitar sana, “Maaf menganggu. Kami hanya berakting buat film pendek.” Benar saja, semua orang percaya dan hanya berlalu lalang tanpa curiga lagi. Selepas itu, pimpinan penjahat kembali menatap Ayyara, “Gampang sih. Kalau suamimu tidak ingin disakiti, ikutlah dengan kami,” ucapnya sambil sesekal