“Raja ….” panggil pria tua itu dengan serius.“Iya, Kek,” Raja merespon dengan tenang.Berbeda dengan suaminya yang tampak tenang, Ayyara merasa gelisah. Dia tahu ketika Nugraha terlihat sangat serius, maka setiap ucapan adalah keputusan yang tidak bisa dibantah. Dan yang dia ditakutkan adalah sang kakek terpengaruh dengan ucapan Radit dan kedua orang tuanya, sehingga memintanya untuk berpisah dari Raja. Lain lagi dengan Bahri, Margareth, dan Radit. Mereka tampak tersenyum semringah karena yakin akan ada badai yang menerpa pasangan suami-istri itu.“Raja …” Nugraha mengatur napas, mendadak wajah seriusnya menghilang dan berganti dengan seulas senyuman. “Bukankah kemarin kamu bilang ke Kakek kalau kamu sudah bekerja di perusahaan investasi?”“Benar, Kek,” jawab Raja.Bahri, Margareth, dan Radit terkejut mendengarnya, tetapi mereka hanya menebak pekerjaan Raja hanyalah sebatas Office boy.“Palingan cuma jadi Ob,” celetuk Radit dengan sorot mata mengejek. “Malu-maluin istrinya saja. K
Raja berpikir sejenak, tahu cepat atau lambat dia harus membuat keputusan untuk menutupi identitas dirinya. “Aku sudah bekerja di perusahaan investasi … Hanya saja, aku masih belum bisa memberitahu Kekek dan Ayyara. Karena statusku masih karyawan training.” Raja berusaha meyakinkan Nugraha. Nugraha mengangguk sebagai tanda mengerti, rupanya Raja merahasiakan pekerjaan barunya karena statusnya masih karyawan uji coba yang bisa kapan saja di depak dari perusahaan. Dia menebak menantunya itu tidak ingin membuat Ayyara kecewa. “Begini …” Nugraha menepuk bahu Raja dengan tatapan serius. “Kalau kamu mau, Kakek punya penawaran untukmu. Kamu bisa bekerja di perusahaan Kakek. Kamu bisa memilih posisi apa saja sesuai dengan kemampuanmu.” Bukan tanpa alasan, tanpa ingin menyinggung, Nugraha ingin membantu rumah tangga Raja dan Ayyara. Namun, di dalam benaknya, dia kebingungan. Dia sebenarnya ingin menjaga nama baik keluarga dan mengurangi beban yang dipukul Ayyara dengan cara mengangkat men
“Belum puaskah kalian menjadi perusak rumah tangga orang?” seru pria tampan yang tak lain dan tak bukan adalah Raja. Dia mendekat dan berdiri di samping sang istri. Dengan tatapan dingin, dia berkata lagi pada Margareth dan Radit. “Sebutkan nominal uang yang kalian inginkan dariku agar kalian berhenti menjadi duri dalam rumah tangga kami?”Margareth dan Radit tersengat selama beberapa detik, sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak dengan sorot mata merendahkan.Sungguh menggelikan, pria miskin seperti Raja berkata seolah-olah dia keturunan konglomerat. Jangankan 1 juta, 100 ribu pun pasti masih menunggu gajinya.“Raja, Raja … Kamu mau kasih uang sebanyak yang aku dan Mama minta? Penampilan outfitmu saja nggak lebih dari 100 ribu.” Radit menahan tawanya. “kenapa kamu nggak jadi pelawak saja sih? Lawakanmu barusan lucu sekali loh, cocok ikut kompetisi tinju. Eh, maksudku comedy,” ledeknya, lalu tawanya kembali terpingkal-pingkal.“Pelawak standardnya ketinggian buat pria rendahan
“Kamu ….” Wanita itu menunjuk Raja. “aku akan melaporkanmu pada polisi karena kamu berani memalsukan stempel dan surat perhiasan atas nama Jawellary Royal,” ancamnya dengan wajah begitu semringah. Terdengar tawa renyah dari Radit. Akhirnya dia dan kedua orang tuanya mempunyai cara untuk menyingkirkan Raja dari keanggotaan keluarga Nugraha.“Kali ini kamu nggak bisa menutupi topengmu, pria sampah!” seru Radit. Dia mendengus dengan senyum merendahkan. “ada pesan-pesan terakhirmu sebelum kamu tidur di penjara?”Ayyara terlihat menghela napas, mencoba diri untuk tidak terpancing amarah. Dia menampilkan senyum yang tampak dibuat-buat, “Tante, Radit … kalau kalian tidak percaya, kalian boleh datang ke rumah kami. Bawalah seorang ahli perhiasan untuk membuktikan keaslian kalungku.”Raja senang dalam diam, semakin hari Ayyara bertambah bijaksana. Istrinya sudah semakin terbiasa mengontrol diri untuk tidak terpancing emosi.Raja menatap Margareth dan Radit, “Setiap orang punya hak untuk melap
Perusahaan Samudra Food Mandiri adalah perusahaan milik keluarga Nugraha yang bergerak di bidang makanan. Raja baru mengetahui ternyata perusahaan milik sang Kakek tidak menjalin kerja sama dengan Darmendhara Group. Di titik ini, tiba-tiba ponsel Raja berdering. Dia tersenyum ketika tahu siapa yang menghubunginya. Dia mengangkat telepon itu dan berkata, “Iya, Ara?” “Mas, Ara nggak jadi ke kantor.” Suara Ayyara terdengar panik di seberang sana. “Kakek masuk rumah sakit. Ara minta izin mau pergi ke RS Prince Medical Center.” “Baik, Ara. Mas akan menyusul ke sana,” jawab Raja sembari bangkit dari tempat duduknya. “Kalau Mas nggak diberi izin atasannya, Mas bisa ke rumah sakit nanti sore,” kata Ayyara. “Gampang, Ara. Atasanku pasti memberi izin,” balas Raja sembari membawa langkahnya ke luar rumah. “Tenangkan dirimu. Kakek pasti baik-baik saja.” “Iya, Mas … Ara tunggu di rumah sakit.” Setelah sambungan telepon terputus, Raja segera mencari kendaraan umum di sekitar rumah sewanya.
“Baiklah … kita lihat saja tiga puluh detik lagi!” seru Raja dengan tatapan dingin.Bukannya ketakutan, Marcel, Margareth, dan Radit justru semakin tertawa terpingkal-pingkal. Mereka sering mendengar Raja membual, tetapi inilah yang paling terkoyol. Mana mungkin pria sampah seperti Raja mengatakan perusahaan WNE Group–yang notabennya punya kuasa luar biasa di Nusantara bertahun-tahun akan gulung tikar dalam sekejap? Sungguh pria itu telah sakit jiwa.“Aduh, perutku sakit. Aku benar-benar nggak habis pikir, kamu ini kalau disuruh membual jagonya, ya,” ucap Margareth dengan tatapan meledek. “Sadar Raja, sadar … Kamu bukan hidup di dunia dongeng.”Radit berpura-pura menatap kasihan Pada Raja, “Ma, janganlah begitu. Mungkin kehidupan Raja dipenuhi duka. Harapannya tidak sebanding dengan realita, makanya dia berkhayal jadi bos besar yang bisa menggulingkan perusahaan manapun yang dia kehendaki.” Tiba-tiba saja dia tertawa dan raut wajahnya langsung berubah drastis. “Raja, Raja … Darimana
“Bajingan! Siapa kamu sebenarnya?!” murka Marcel dengan tatapan mata menyala-nyala. “Jawab aku!” Semua orang pun baru menyadari kalau semua ini ada kaitannya dengan ucapan Raja yang awalnya mereka anggap sebagai lelucon, justru saat ini lelucon itu terbukti benar. Lantas siapa Raja sebenarnya? Apakah dia pria kaya yang menyamar sebagai orang miskin? Karena mustahil bagi orang miskin bahkan kaya sekalipun bisa menggulingkan perusahaan ternama di Nusantara, kecuali orang itu mempunyai pengaruh dan kuasa yang amat besar. Saat semua orang carut-marut dengan pikirannya masing-masing, Raja dengan santainya menatap mata menyala-nyala milik Marcel, “Aku Raja, suami Ayyara.” Merasa jawaban itu mempermainkan dirinya, marcel semakin mencengkeram kerah baju Raja, “Jangan main-main denganku! Katakan siapa kamu! Apa hubunganmu dengan semua ini?!” semburnya dengan wajah memerah dan otot-otot di lehernya menyembul di atas permukaan kulit. “Cepat katakan, Bajingan!” Karena kesulitan bernapas, Raja
“Papa sudah bisa keluar dari UGD dan pindah ke ruang perawatan biasa. Tapi Papa harus mendapat perawatan intensif sampai jantungnya kembali stabil … Masalahnya kita butuh biaya yang tidak sedikit,” jawab Bahri.“Berapa memang biaya kamarnya, Mas?” tanya Margareth.“Ya, tergantung kamarnya. Kalau yang bagus 400 juta per bulan. Tapi kita ambil kamar yang termurah saja, 60 juta per bulan … Jadi bagaimana?” tanya Bahri. Margareth dan Radit menganga mendengarnya, kentara jelas dari ekspresi wajahnya tampak tidak suka dengan opsi biaya kamar di rumah sakit ini–masih terlalu mahal. Sementara, Ayyara langsung berpikir untuk menjual kalung miliknya karena dia ingin sang Kakek mendapatkan perawatan terbaik.Margareth menatap penuh arti pada Bahri dan bertanya, “60 juta? Nggak ada yang murah lagi?” Dalam benak Margareth, uang 60 juta terlalu banyak jika hanya digunakan untuk perawatan Nugraha, tetapi dia tidak mungkin terang-terangan berkata karena di sana masih ada Raja dan Ayyara.Bahri meng