Share

Bab 61

Penulis: Naimatun Niqmah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Dek, udah sampai kalian?” ucap Malik kepada adiknya. Mahira tersenyum. Aku jadi salah tingkah sendiri.

“Udah, Mas,” sahut Mahira manja memeluk kakaknya. Mereka terlihat sangat akur sekali. Malikpun mau membalas pelukkan adiknya.

“Mas, ternyata Mbak ini pacarnya? Pantas kemarin udah di ajak makan di sini!” celetuk Mbak Pelayang yang aku nggak tahu namanya. Senyum-senyum melirikku, seakan dia lagi menggoda aku dan Malik.

Aku hanya bisa nyengir kuda saja. Begitu juga dengan Malik. Mahira dan Mbak Pelayan itu cekikikan melihat ekpresiku dan Malik.

“Pacar? Siapa bilang?” tanya Malik. Tuhkan, bikin malu saja dua orang ini.

“Mbak Mahira yang ngomong,” jawab Mbak pelayan itu. Malik nampak mendelik ke arah adiknya. Mahira menutup mulutnya seraya menatap abangnya.

“Kamu kecil-kecil suka ngegosip ya! Abangnya sendiri pula yang di gosip!” ucap Malik kepada adiknya.

“Siapa tahu gosipnya jadi kenyataan,” sahut Mahira.

“Amit-amit!” ucapku dan Malik hampir serentak.

“Tuh, kan kompak! Berarti sehat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 62

    “Iya, tante Lexa pernah cerita,” jawabku. Kemudian Mahira mengerucutkan bibirnya.“Iya, Mbak, kasihankan masku. Makanya sampai sekarang dia cuek sama perempuan. Padahal ada beberapa yang ingin mendekati Mas Malik. Tapi, Mas Malik kayak trauma gitu. Makanya waktu ngajak Mbak Lika pulang ke rumah aku heran,” jelas Mahira.“Heran? Kenapa Heran?” tanyaku sengaja mengulang kata itu.“Iya, selama di tinggal calon istrinya itu, Mas Malik nggak pernah bawa cewek ke rumah,” jawabnya. “Owh, itu kebetulan aja! Karena waktu kamu kirim pesan ke masmu, dia lagi sama Mbak,” jelasku.“Iya, Mbak. Mungkin kebetulan. Tapi, biasanya Mas Malik main tinggal aja, kalau dia lagi sama cewek. Nyatanya Mbak di ajaknya pulang,” sahut Mahira.“Mbak kemarin juga mau di tinggal sama masmu. Tapi, mbak nggak mau,” sahutku. Mahira mendelik seraya menganga mendengar ucapanku.Malah bahas Malik terus. Apa kata teman-teman seangkatan kalau aku sampai nikah dengan Malik. Mereka tahu semua, jaman sekolah aku layaknya kuci

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 63

    “Ketahuankan, Mbak Lika lirik-lirik Mas Malik, ha ha ha,” teriak Mahira dengan tawa yang renyah. ‘Lika kamu kenapa bisa mandangin Malik tapi kamu nggak nyadar? Oon bangert sih, kamu, Lika!’ gerutuku dalam hati. “Bukan hanya ngelirik, Dek. Tapi menatap,” sahut Malik. Puaslah mereka godain aku ini. Awas aja kalian, ya.“Ciee cieee cieee, MALIKA,” Mahira masih terus menggodaku. Belum puas kayaknya godain aku. Padahal ini muka udah kayak cumi di rebus plus di goreng. Entah kayak apa bentuknya.“Kumat deh kumat! Udah nggak usah nyatu-nyatuin nama,” sahut Malik. Mulai kesal juga dia di godain adiknya sendiri. Nah, gitu dong ikutan kesal. Jadi nggak hanya aku saja yang kesal. Ada temannya gitu.“Tapi nama kalian cocok, kayak iklan kecap di TV, ha ha ha,” benar-benar puas Mahira godain aku dan abangnya.“Lik, aku pulang aja, ya?” tanyaku ke Malik. Malik langsung memandangku dan mengerutkan keningnya.“Dek, Mbak Lika langsung minta pulang ini,” ucap Malik kepada adiknya.“Duh, jangan pulang d

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 64

    “Nggak, aku pengen beliin baju ibu, udah lama nggak beliin baju ibu, kalau kamu mau temani dan pilihkan! Tapi kalau nggak mau ya, udah, nggak maksa,” jelas Malik. “Owh, boleh kalau gitu. Ibu aja yang di beliin? Mahira nggak?” sahutku seraya bertanya balik.“Mahira sudah sering beli baju dia. Dia sukanya beli sendiri,” jawab Malik. Aku manggut-manggut saja. Wajar kalau Mahira lebih suka beli baju sendiri. Apalagi anak seusia dia, masih senang-senangnya belanja baju sendiri. “Kamu perhatian dan sayang banget ya, sama ibumu,” celetukku. Malik melirikku dan kemudian fokus ke jalanan lagi.“Kalau nggak anak-anaknya siapa lagi?” jawab Malik. Aku mendesah, malu banget rasanya, kalau inget-inget aku sering bentakin Mama.“Iya, ya!” hanya itu yang bisa aku ucapkan. Nggak tahu lagi mau jawab gimana.“Ibu itu udah berjuang mati-matian ingin menyekolahkan anak-anaknya. Masak giliran ibu udah nggak bisa apa-apa, kita mau buang dia ke panti jompo? Nggak mungkin kan? Aku hanya berharap, semoga ist

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 65

    Mau tak mau aku harus mengikuti ide gila Malik. Masuk ke toko baju yang lumayan besar ini. Jadi penasaran seperti apa mantan Malik. Hingga dia susah move on. Malik saja yang belum sempat menikah, susah move on. Apa lagi aku? wajar dong kalau aku ingin balas dendam ke orang-orang yang bikin rumah tanggaku berantakkan.“Dek, bagus mana?” astaga! Malik memanggilku Dek? Aku hanya bisa menelan ludahku dengan susah payah. Mana suaranya agak di tinggikan lagi. Aku celingak celinguk memandang sekitar. “Sayang! Bagus mana?” jleb! Asli aku baper (terbawa perasaan) kenapa Malik manggilnya kaya gitu? Berdebarlah ini hati. Karena aku diam saja, kemudian dia mendekat. Berbisik di telinga.“Jangan bikin aku malu. Aku sewa deh, sehari ini jadi pacarku, jadi santai saja. Layaknya orang pacaran,” lirihnya. Wajah dia dekat dengan telingaku kayak gini, rasanya semakin terbawa perasaan.“Em, bagus yang ini, Maaasss,” ucapku kikuk. Mas? Aku manggil Mas? Ngimpi apa aku tadi malam? Aku lihat dia tersenyum.

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 66

    “Ya, kali, aku mau ngenalin ke Tante Heni, pacar sehari? Kenalin Tante ini pacar sehari Malik? Kan nggak banget,” kecap Asin memang paling bisa ngejawab. Heran aku di buatnya.“Ya, harusnya jangan bilang calon istri,” sungutku lagi.“Suka-suka, dong! Namanya juga pacar sehari, jadi seharian ini sampai jam dua belas malam, Halika Sofya Ningrum itu pacar Malik Ibrahim. Jadi suka-suka mau ngomong apa,” jelas Malik sesuka hatinya. Masih senyum-senyum dia seraya melirikku. Kalau nggak ingat dia lagi nyopir udah aku tonjok.“Loh, kok, berhenti?” tanyaku bingung. Tiba-tiba Mobil berhenti di parkiran. Dan saat aku pandangi ternyata ini lagi di alun-alun kota jogja.“Udah, pacaran kita cuma sehari, jadi di nikamti saja. Besok kita sudah kembali jadi tom and jerey,” jawab Malik. Kemudian membuka pintu mobil dan turun. Aku masih ogah untuk turun. Kiraina aku cuma karena ingin ketemu calon mantan mertua gagal. Tapi, ternyata salah.“Turun, dong, Sayang!” ucap Malik seraya membuka pintu mobil. Sum

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 67

    “Malik, kamu baik-baik saja?” tanyaku kepada Malik. Matanya masih memandang ke seorang wanita tua dengan berpakaian lusuh.“Bentar, ya,” ucapnya. Aku mengangguk saja menanggapi ucapannya.Aku awasi Malik. Dia mendekati wanita tua itu. Kemudian tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet. Membuka dompet itu dan mengeluarkan uang. Entah berapa jumlah. “Untuk beli Es ya, Nek,” ucap Malik kepada nenek-nenek itu.“Makasih, ya, Nak,” sahut nenek itu. Hati ini merasa semakin salut dengan Malik. Ternyata dia baik, walau selama ini yang aku tahu, Malik itu nyebelin dan suka bentak-bentak ngomongnya. Ternyata dia juga bisa lembut ngomongnya. Bukan hanya ucapannya tapi juga hatinya.“Sama-sama, Nek,” sahut Malik kemudian berlalu meninggalkan nenek-nenek tua itu. “Yok! Beli es,” Malik menarik tanganku lagi. Reflek saja aku tersadar dari lamunan. Pasrah mengikuti langkah kakinya.“Mas, esnya dua, ya!” ucap Malik kepada penjual es itu.“Siap, Mas,” jawab penjual es itu. “Ntar

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 68

    Akhirnya kami terdiam. Malik malah mengeratkan genggaman tangannya. Padahal habis kesel sama dia. Tapi, kalau dia megang tangan gini, bergetar lagi ini hati.“Lik, kamu nggak malu jalan sama Janda?” tanyaku serius. Dengan nada serius nggak mau bercanda. “Jandakan? Asli janda? Syah jandakan?” apalah maksud Malik ini tanya kayak gitu? Mana mata kami saling beradu lagi.“Kamu baik-baik aja, Lik?” tanyaku khawatir. Karena pertanyaannya membuatku berpikir dia lagi nggak sehat. Kemudian dia mendesah. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi panjang ini.“Malik Ibrahim dalam kondisi sehat Halika Sofya Ningrum,” ucapnya seraya mendesah.“Kalau kamu janda emang kenapa? Yang penting bukan istri orang,” jawab Malik. Sama kayak yang di bilang adiknya tadi. Memang kakak adik ini kompak banget. Kompak juga ngerjain aku hari ini.“Ya, enggak, kamukan, masih bujang dan aku sudah janda,” jawabku.“Itu hanya status,” jawabnya. Haduh, kalau lagi serius gini, rasanya dia terlihat dewasa dan bijak. Tap

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 69

    Akhirnya aku sampai panti juga. Sudah mandi dan sudah makan tadi barenag sama Malik. Sebelum pulang ke panti, di ajak makan Malik di angkringan. Sweet sih, sebenarnya sama Malik hari ini. Walau ada nyebelinnya tapi setidaknya, hari ini dia bisa membuatku baper. “Terimakasih, ya, Halika, untuk hari ini,” ucap Malik di depan rumah Tante Lexa saat mengantarku pulang tadi.“Sama-sama Malik, aku juga terimakasih hari ini udah di ajak muter-muter kota Jogja,” sahutku. Malik tersenyum dan dia membelai rambutku. “Aku pulang dulu, ya! owh iya, masih jadi pacar Malik, lo. Sampai jam dua belas malam nanti,” ucap Malik seraya pamit. Lagi-lagi dia mengerlingkan matanya. “Putusnya sekarang aja, ya! aku mau istrirahat!” sahutku.“Nggak bisa dong! Enak aja! Tetap sampai jam dua belas malam nanti, lewa satu detik, baru deh, kita putus,” sahut Malik kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.“Lik, Lik, apa bedanya juga, putus sekarang atau nanti. Ujung-ujungnya juga putus,” ucapku. Walau dia sudah masuk

Bab terbaru

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 115

    Pagi ini Lika berkemas. Menyusun baju-bajunya di koper. Di bantu oleh anak-anak panti yang sudah besar. “Mbak Lika enak ya? punya orang tua, aku juga pengen punya orang tua,” celetuk anak perempuan yang kira-kira umur 12 tahun. Bernama Putri. Membuat Lika tersentuh mendengar omongannya.“Iya,” sahut temannya lagi, yang juga ikut membantu Lika berkemas. Menyadarkan Lika, betapa beruntungnya dia. tapi, dia selama ini tidak mensyukuri itu. Selalu iri dengan kehidupan orang lain. Selalu iri dengan kehidupan Mbak Rasti dulu itu. “Kalian juga beruntung bisa tinggal di panti ini. Jangan merasa nggak punya orang tua. Bu Lexa itukan orang tua kalian,” sahut Lika menanggapi omongan anak-anak panti itu.“Owh, iya, Bu Lexa kan ibu kita,” sahut anak yang lainnya. Putri tersenyum.“Iya, Maksudnya, enak gitu jadi Mbak Lika, orang tuanya masih komplit,” jelas Putri. Membuat Lika sesak saja mendengarnya.“Udah, kalian juga sangat beruntung mempunya orang tua kayak Bu Lexa. Ini semua sudah takdir, ma

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 114

    “Dari mana,Le?” tanya ibunya saat melihat Malik masuk ke dalam kamarnya. Malik tersenyum memandang ibunya.“Main sama temen, Bu. Maaf, ya, seharian ini, Ibu Malik tinggal,” jawab Malik seraya meminta maaf, karena dia merasa nggak enak dengan ibunya.“Nggak apa-apa, Le, kamu juga butuh jalan-jalan. Nggak berkutat di rumah aja, nungguin Ibu,” sahut ibunya. Malik tersenyum lagi, karena hanya ibu dan Mahira yang dia punya. Saudara banyak, tapi jarang sekali komunikasi. Jadi terputus pelan-pelan. “Malik senang di rumah sama ibu,” sahut Malik, kemudian merebahkan badannya di sebelah ibunya. Kemudian tangan ibunya mengelus rambut Malik. Karena Malik sangat senang jika ibunya melakukan itu. Ke dua tangan ibu Malik masih berfungsi, itupun dengan gerakkan lambat. Kalau kakinya sudah tidak berfungsi lagi. “Kamu kok, sedih, Le?” tanya ibunya saat melihat wajah anak sulungnya itu murung. Tanpa bisa di tahan, beningan kristal meleleh dari sudut matanya.“Lah, kok, malah nangis? Cerita sama ibu a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 113

    “Lika,” sapa Tante Lexa saat membukakan pintu untuk Lika. Lika cepat-cepat menyeka air atanya yang masih terus mengalir. “Tante,” sahut Lika masih terus menyeka air matanya, yang nggak bisa berhenti. Malik sudah pulang. Saat pintu rumah Tante Lexa di buka, Malik langsung memutar mobilnya dan keluar meninggalkan halaman rumah Tante Lexa. “Masuk dulu!” perintah Tante Lexa, seraya menarik tangan Lika menuju ke kursi. Lika nggak enak hati dengan Tante Lexa, karena menangis. ‘Pliis Lika jangan nangis, nanti membuat Tante Lexa bingung dan cemas,’ lirih Lika dalam hati. Dia pikir Tante Lexa nggak tahu sebab dia menangis.“Kenapa menangis?” tanya Tante Lexa memancing reaksi Lika. Lika memaksakan senyum dan masih terus meyeka air matanya.“Nggak apa-apa, Tante,” sahut Lika asal, dengan suara serak dan sesak. Tante Lexa mendesah, kemudian ikut membantu mengusap air mata Lika. Karena Lika sudah di anggap anak olehnya.“Cerita sama Tante! Siapa tahu Tante bisa membantumu,” ucap Tante Lexa. Mata

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 112

    “Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 111

    [Owh jadi mereka kakak beradik, donatur panti Bu Lexa, orang-orang baik, ya] sahut mamanya Lika.[Alhamdulillah, Lika di sini berteman dengan orang-orang baik dan tulus, Bu. Nggak usah khawatir. Saya juga kenal betuk siapa Malik dan Mahira. Sekarang aja ini Lika lagi keluar sama Malik. Katanya untuk pertemuan yang terakhir. Mumpung Lika masih di sini. Dan ternyata benar, kalian sudah di Jogja dan besok akan menjemput Lika,] jelas Bu Lexa panjang.[Lagi keluar sama Malik?] tanya mamanya Likas seraya mengerutkan kening.[Santai, Bu. Saya percama sama Malik seratus persen. Dia anaknya baik, nggak akan neko-neko sama Lika. Lagian Lika sama Malik itu temenan dari SMP] Jelas Bu Lexa lagi, untuk menenangkan hati orang tua Lika.[Owh, saya percaya dengan Bu Lexa. Kalau Bu Lexa yakin kalau Malik itu baik, berarti dia memang baik,] jawab mamanya Lika. Bu Lexa tersenyum.[Yasudah, Bu. sampai sini dulu obrolannya. Insyaallah kami besok ke rumah Bu Lexa,] ucap mamanya Lika lagi, ingin pamit memati

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 110

    “Lika nomornya, kok, aktif, ya?” tanya Pak Samsul kepada istrinya. “Paling ngedrop hapenya,” jawab istrinya santai. Pak Samsul kemudian duduk di kursi. Tak berselang lama, istrinya menghampiri seraya membawakan secangkir Kopi manis. “Ini kopinya, Pa!” ucap istrinya seraya meletakkan di atas meja.“Makasih, Ma,” jawab Pak Samsul. Istrinya tersenyum.“Sama-sama,” jawabnya kemudian duduk. “Nova kemana, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. Kemudian Nenek Rumana juga ikut mendekat dan bergabung bersama anak dan menantunya.“Ke loundrynya,” jawab Nenek Rumana seraya duduk di kursi. Pak Samsul kemudian mengambil kopi yang di buatkan istrinya. Meniupnya pelan dan menyeruputnya.“Alhamdulillah senang melihat Nova sudah bisa mandiri. Udah punya usaha juga,” sahut Pak Samsul setelah meletakkan kopinya di meja.“Iya, Ibu juga senang melihat kemajuan Nova. Cuma dari segi asmara dia kurang beruntung,” jawab Nenek Rumana.“Biarkan, Bu. Nova perempuan baik, insyaallah kalau menikah lagi, juga akan

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 109

    “Bu, maafkan Ria!” ucap Ria seraya menunduk. Ya, hari ini Juwariah menemui mertua Rasti lagi. Masih di dampingi oleh Bulek Arum.Ibunya Riko terdiam. Hatinya masih sakit dengan perbuatannya di masa lalu. Masih belum mau memandang wajah Juwariah. Menurut dia, terlalu dalam Juwariah membuat luka. Hingga menyebabkan hancurnya rumah tangga anaknya, karena ide-ide konyolnya.“Bu, tolong maafkan keponakan saya!” ucap Bulek Arum juga angkat bicara. Dia kasihan dengan keponakannya. Mertua Rasti kemudian menatap pandang ke Bulek Arum.“Lidah saya mungkin bisa memaafkan! Tapi, hati saya masih sakit atas kejahatan Ria di masa lalu. Tak semudah itu memaafkan,” sahut mertua Rasti. Membuat bulek Arum mendesah. Ria yang bersangkutan masih menunduk, air matanya berjatuhan. Dia menyadari kalau dirinya memang salah.“Bu, Ria mengaku dan Ria akui kalau Ria memang salah. Ria mau memperbaiki ini semua. Ria mau memperbaiki diri, makanya Ria meminta maaf sama kalian semua,” ucap Ria. Hatinya sudah nggak ter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 108

    “Bulek, Lika emang pacar Malik, ya?” tanya Halim kepada Tante Lexa. Seketika yang di tanya langsung mengerutkan kening. Mengambil toples yang dekat dengannya.“Bulek juga nggak tahu mereka pacaran apa nggak, yang Bulek tahu mereka dekat,” jawab Tante Lexa seraya membukan dan mengambil camilan dalam toplek. Kemudian mengunyahnya.“Owh,” sahut Halim lirih. Pikirannya masih kemana-mana.“Kenapa?” tanya Tante Lexa serara memandang Halim.“Nggak, sih, Bulek. Cuma pengen kenal Lika lebih saja, itupun kelau mereka beneran nggak pacaran, ya! kalau mereka pacaran aku nggak mau merusak hubungan orang,” jawab Halim. Tante Lexa mendesah dia bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Halim.“Mereka aja jalan pakae kaos couple gitu, ya, mungkin ada hubungan lebih,” sahut Tante Laxa. Halim terdiam, mengingat kembali mereka menggunakan baju apa. “Iya, juga, ya, Bulek,” ucap Malik. Tante Lexa tersenyum seraya menggelengkan kepala.“Bukannya kamu suka cewek berhijab?” tanya Tante Lexa. Halim tersenyum. Ya

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 107

    “Alhamdulillah udah sampai Jogja lagi,” ucap Tante Nova kepada kakaknya. Orang Tua Lika. “Iya, alhamdulillah,” jawab Bu Santi. Adiknya tersenyum, kemudian membantu memasukkan tas yang mereka bawa.Pak Samsul dan Bu Santi menyalamani ibunya. Nenek Rumana. Kemudian Nenek Rumana mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.“Sehat, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. “Alhamdulillah sehat,” jawab Nenek Rumana.“Alhamdulillah,” sahut Pak Samsul. Kemudian mereka duduk di kursi. Tante Nova menyiapkan teh untuk kakak kandung dan iparnya.“Kalian udah yakin mau menjemput Lika?” tanya Nenek Rumana. Pak Samsul mendesah.“Yakin, Bu. saya juga nggak mau lama-lama menghukum Lika. Kata Bu Lexa dia juga sudah banyak berubah,” jawab Pak Samsul. Terdengar suara dia yang lelah, karena perjalanan jauh.“Iya, Bu. Biar dia bisa segera kerja lagi. Terlalu lama dia menganggur, takutnya ilmunya pada ilang,” sahut mamanya Lika. Nenek Rumana mendesah. “Iya, kasihan ilmunya mubadzir terlalu lama di anggu

DMCA.com Protection Status