Langkah panjang Fernando akhirnya tiba di kamar mandi. Bibirnya mengulas senyum melihat Isabell yang masih asik memandangi wajahnya. Dengan perlahan ia membawa wanita itu menuju pada bathtub putih berukuran besar yang berada di tengah kamar mandi.
Isabell memekik kaget saat Fernando merebahkan tubuhnya pada bathtub tersebut yang belum terisi oleh air."Berendamlah, kau akan merasa lebih segar," ucap Fernando dengan tatapan lembut pada Isabell.Wanita itu masih terdiam seraya memerhatikan pria itu yang sedang memutar keran air hangat untuknya."Apakah kau tidak mau mandi bersamaku?" tanya Isabell saat Fernando hendak memutar tubuhnya guna meninggalkan kamar mandi.Pria itu menoleh, dan Isabell memberinya senyuman nakal. Sementara tubuhnya yang masih mengenakan lingerie-nya sudah terendam air hangat dalam bathtub."Apakah kau tak masalah jika mandi bersamaku? Dan lagi pula aku sudah mandi." Fernando melempar senyum seringai pada Isabell usaiSetelah mengirim uang yang diminta oleh David, Fernando pun segera membawa Isabell terbang ke Meksiko. Sementara David sibuk menghitung uangnya, namun Leonard sedikit menaruh rasa curiga pada Fernando. Tidak mungkin tiba-tiba saja pria itu muncul di bar mereka, lantas sekarang membawa Isabell begitu saja.Bahkan Fernando tidak menolak sedikit pun saat mereka meminta jumlah yang besar padanya. Pria itu sangat mencurigakan. Sepertinya ada sesuatu antara Fernando dan Senorita, pikirnya."David, kurasa ada yang janggal di sini. Fernando telah membawa Senorita ke Ausie. Kenapa tidak ke Meksiko? Bukankah pria kaya raya itu berasal dari Meksiko?" Leonard berkata pada David saat keduanya minum bersama di ruangan David yang berada di lantai dua bar."Kau ini. Terserah saja dia mau membawa Senorita kemana saja, yang terpenting pria itu sudah mengirim banyak uang untuk kita. Kau lihat ini? 50 juta dolar!" David tertawa sembari meraup setumpukan uang yang berada di at
Sore itu saat para tahanan di lapas Meksiko digiring kembali masuk ke sel tahanan mereka masing-masing, setelah melakukan kerja bakti berupa mencabut rumput di halaman belakang lapas. Berto dan Louis berjalan agak lambat dan berada di barisan paling belakang. Kedua pria itu mengenakan stelan tahanan yang sama dengan yang dikenakan oleh para tahanan lainnya, yakni stelan dengan warna biru tua berlengan pendek.Sudah hampir dua bulan mereka mendekam di dalam tahanan ini, setelah lebih dulu menjalani sidang. Tuan Alfredo menuntut mereka dengan hukuman penjara seumur hidup. Tuntutan itu sempat ditentang oleh pengacara Nyonya Devardo, namun dengan uangnya Tuan Alfredo berhasil memenangkan sidang.Kini mau tak mau para bajingan itu harus mendekam dalam penjara sampai mati. Bahkan Tuan Alfredo dan Fernando masih kurang puas dengan hukuman ini. Karena kejahatan mereka sangat berat pada Isabell.Seperti saat jenazah Pedra dikremasikan beberapa pekan yang lalu. Fern
Louis mempercepat langkahnya dari kejaran para polisi. Suara sirine itu membuatnya sangat panik. Dia berlari sampai menabrak beberapa orang yang berpapasan dengannya di gang sempit itu.Oh, shit! Sepasang matanya membulat penuh melihat satu unit mobil polisi sudah bertengger menunggu dirinya di ujung gang. Pria dengan stelan tahanan itu segera mundur untuk menghindari para polisi yang sudah keluar dari mobilnya."Jangan lari, hei!" teriak para polisi itu segera berlari menuju padanya.Louis menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung. Bagaimana ini? Tak mungkin dirinya kembali tertangkap dan harus mendekam di tahanan lagi. Tanpa pikir panjang pria itu segera memutar tubuhnya untuk kabur. Entah kemana dirinya harus berlari dari kejaran para polisi itu. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Yang pasti dirinya mesti kabur jika tak mau masuk penjara lagi."Ayo kejar!" Para polisi terus mengejar Louis di gang sempit itu."Brengsek
Sore itu Isabell sedang berjalan-jalan di sekitar mansion Tuan Alfredo. Sepasang matanya menangkap potret besar yang terpampang pada dinding di hadapannya. Langkah heels putih itu terhenti.Dipandanginya potret di hadapannya itu dengan seksama. Sebuah potret berukuran besar. Menampilkan dirinya, Tuan Alfredo dan seorang wanita paruh baya. Entah siapa. Tawanya dalam potret itu terlihat sangat bahagia. Tak sadar bibirnya mengulas senyum melihatnya."Itu potret keluarga kita, Sweety. Potret itu diambil di hari pertunanganmu dengan Fernando."Leher Isabell memutar menuju sumber suara itu. Tuan Alfredo tersenyum manis padanya. Rupanya pria paruh baya itu sudah berdiri di belakangnya."Anda," tukas Isabell yang masih terlihat sungkan pada ayahnya."Isabell, panggil aku Ayah, Nak. Kau adalah puteriku. Dan ini adalah Ibumu. Apa kau tak bisa mengingatnya?" Alfredo mendekat. Tangannya menunjuk pada wanita paruh baya namun masih terlihat cantik pada potr
Mobil Lamborghini Huracan dengan cat warna merah melaju dengan kecepatan tinggi. Fernando yang sedang mengemudikan mobil sport itu menuju mansion Tuan Alfredo yang berada di kaki bukit. Ayah mertuanya itu memang sengaja membangun mansion-nya jauh dari keramaian kota. Semua itu karena permintaan mendiang istrinya, Anna Maria.Anna adalah seorang penulis novel. Mereka pindah ke menasion itu setelah menikah. Anna mengatakan pada Alfredo, jika dirinya membutuhkan susana yang hening dan sejuk untuk menghasilkan karya yang berkwalitas.Sejak saat itu Anna sibuk dengan menulis, sementara Alfredo harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari mansion itu menuju kantornya. Namun pria 50 tahun asal Spanyol ini tak pernah mengeluh. Baginya Anna sangatlah penting. Membangun sebuah mansion di tepi bukit dan tinggal di sana memanglah tak masuk akal baginya. Namun logikanya tak berfungsi karena rasa cintanya pada sang istri.Setelah satu tahun menikah dan menjalani hidup jauh dari keramaian kota, ak
David dan Leonard saling pandang setelah mendengar penuturan Vanessa tentang Fernando dan Isabell. Keduanya berpikir, sepertinya mereka harus melupakan Senorita mulai sekarang. Karena tak mungkin mereka bisa mendapatkan wanita itu lagi setelah mengetahui betapa kuat koneksi ayah Isabell di Meksiko."Kalian tak perlu cemas, aku bisa membantu kalian untuk mendapatkan Isabell kembali," tukas Vanessa setelah hening cukup lama di ruang tamu itu. Wanita itu menaikan sudut bibirnya saat David dan Leonard menoleh padanya."Maksudmu?" Leonard segera menyela dengan wajah curiga. Dia tak bisa percaya begitu saja pada wanita asing ini. Bisa saja wanita ini sedang mencari keuntungan sendiri, pikirnya."Ya, aku bisa membawa Isabell pada kalian lagi, tapi kalian harus membawa Isabell jauh dari tempat ini. Ke luar negeri atau kemana saja agar Fernando dan Tuan Alfredo tak bisa menemukannya lagi," jawab Vanessa masih dengan seringai liciknya. Dia berharap dua pria mau bekerja sama dengannya. Karena ini
Pagi itu di bandara New York, terlihat sekelompok pria berpakaian serba hitam yang berjalan beriringan. Mereka mengenakan stelan jas hitam dilengkapi topi hitam dan kacamata dengan warna senada. Penampilan para pria itu mengingatkan kita pada sekelompok antek-antek mafia dalam film action.Siapa mereka? Dari gurat wajahnya mereka tidak seperti warga lokal. Hm, rupanya mereka adalah orang-orangnya Tuan Alfredo. Ini terlihat jelas karena pembisnis besar itu tampak berjalan di depan mereka. Rupanya Tuan Alfredo baru saja tiba di kota New York. Big bos itu membawa banyak pengawal kali ini."Bos, mata-mata sudah mengirim lokasi dimana para pria itu tinggal. Apakah kita langsung ke sana sekarang?" tanya Gaston yang berjalan bersisian dengan Tuan Alfredo. Wajahnya tampak antusias sembari menggenggam ponsel di tangan kanannya."Kita akan ke sana setelah sarapan," jawab Alfredo dengan wajah datar dan tanpa menoleh pada asistennya itu. Dia tak ingin buru-buru membereskan dua pria bajingan itu.
Matahari mulai naik ke atas. Sinar jingganya menerpa bangunan megah yang berdiri kokoh di atas puncak bukit. Mansion Tuan Alfredo terlihat begitu memukau diterpa sinar matahari pagi itu.Sinar jingga itu diam-diam menerobos masuk lewat celah-celah kecil jendela kamar Isabell. Kamar yang berada di lantai dua bangunan megah itu. Kamar yang dulunya ditempati oleh Anna, ibu Isabell untuk menulis karya novelnya. Dan merupakan kamar dimana sang ibu meregang nyawa satu tahun yang lalu.Isabell yang meminta pada Alfredo untuk menempati kamar penuh hawa mistis itu. Isabell mengatakan, dirinya bisa merasakan kehadiran sang ibu jika berada di kamar itu.Meski awalnya kamar itu sempat dikosongkan beberapa bulan setelah penyelidikan para polisi selesai. Alfredo memutuskan untuk mengunci kamar ini. Namun entah kenapa tiba-tiba Isabell menginginkan kamar itu. Dia sempat menolaknya, namun puterinya itu terus merengek dan memohon.Kamar dengan ukuran yang lebih luas dari kamar lainnya di mansion itu,