Langkah sepasang tungkai dengan heels warna biru tua itu terlihat begitu cepat meninggalkan pintu resto sea food yang berada di lantai dua mall. Nyonya Devardo menggamit lengah Pedra agar segera meninggalkan mall itu. Mereka harus segera pulang.
"Bu, apa ini? Kau menyeretku seperti sedang menyeret koper kosong saja. Kita sedang menikmati kemenangan kita, tapi kau malah mengajakku untuk buru-buru pulang. Dasar menyebalkan!" Pedra yang kesal karena sang ibu mengajaknya pulang tak henti menggerutu sepanjang perjalanan mereka meninggalkan pintu mall."Pelankan suaramu, Pedra. Aku mengajakmu pulang karena ada dua pria yang sedang mengintai kita di resto tadi," tukas Nyonya Devardo dengan wajah kesalnya pada Pedra. Hh, puterinya itu hanya ingin senang-senang saja. Pedra tak tahu kalau ada dua pria yang sedang mengikuti mereka. Bisa saja dua pria itu adalah orang suruhan Tuan Alfredo, pikirnya."Dua orang pria? Memangnya siapa mereka? Kenapa Ibu kelihatan sangat'Ho, pasti Louis sangat puas menikmati tubuh wanita sialan itu!"'Isabell pantas mendapatkan semua itu! Dia harus melayani Louis sebelum kita membuangnya ke dasar jurang. Ho, malang sekali nasibnya!'Rahang Alfredo mengeras mendengar suara Nyonya Devardo dan Pedra dari rekaman yang diputar lewat ponsel pintar yang tergeletak di atas meja kerjanya. Tangan pria itu mengepal kuat dipenuhi emosinya. Benar-benar kejam! Ternyata dugaannya benar, jika wanita tua itu adalah dalang di balik hilangnya Isabell."Dasar wanita iblis! Aku takkan melepaskan mereka!" Alfredo segera bangkit dari kursinya. Amarahnya terukir jelas pada rahut wajahnya. Sepasang pupil matanya melotot merah pada dua pria muda yang tengah berdiri di hadapannya yakni Jack dan Smith. "Sekarang juga kalian harus ikut denganku. Dua wanita iblis itu harus segera dibereskan," lanjut Alfredo pada Jack dan Smith. Pria itu segera memutar tubuhnya membelakangi dua pria itu usai bicara.
"Siapa kau?" tanya Fernando pada pria yang kini berdiri di hadapannya. Dia melihat pria itu bersama Alfredo dan para polisi tadi. Namun melihat penampilannya, pria itu tak seperti seorang petugas kepolisian atau seorang detektif. Sepasang pupilnya masih meniliknya dengan teliti."Aku Jack. Aku datang dari New York. Di kotaku aku melihat seorang penari erotis di bar kasino ternama di sana," jawab Jack sembari menatap pria tinggi kekar yang kini berdiri di hadapannya. Melihat kemarahan Fernando di ruang tamu tadi, tiba-tiba saja dirinya merasa simpati dan ingin membantu pria itu."Itu bukan urusanku. Pergilah dari kamarku," ucap Fernando dengan wajah bosan, kemudian tubuh kekar itu memutar kembali menghadap pada pagar balkon kamarnya. Penari erotis? Dasar gila! Untuk apa pria itu mengatakan hal konyol seperti itu padanya, rutuknya dalam hati sembari mencengkeram tepi pagar balkon."Bos, penari erotis itu sangat mirip dengan istri Anda, Nyonya Isabell Fernand
Langkah Nyonya Devardo begitu cepat mengikuti brankar yang membawa Pedra menuju ruang perawatan. Para petugas kepolisian segera melarikan Pedra ke rumah sakit terdekat karena insiden kekerasan yang dirinya alami di sel tahanan tadi.Nyonya Devardo tak henti mengusap kedua pipinya yang terus basah karena air matanya. Dia sangat mencemaskan keadaan Pedra. Sudah hampir dua jam puterinya itu tak sadarkan diri. Ini semua karena Isabell!Benar, ini semua memang karena wanita sialan itu! Nyonya Devardo masih belum menyadari kesalahannya. Bahkan wanita tua itu malah menyalahkan Isabell atas nasib buruk yang menimpa Pedra hari ini. Padahal ini semua takkan terjadi jika dirinya tidak melakukan hal keji pada Isabell di jurang tiga bulan yang lalu.Mungkin saat ini dirinya dan Pedra sedang duduk bersama di ruang santai. Menonton televisi sembari menikmati segelas tequila yang nikmat. Bahkan mereka bisa berbincang sampai tertawa bersama.Namun kini semuanya ha
"Hei, Nona. Apakah kami bisa bertemu dengan pemilik bar ini?" tanya Jack pada Selia.Sebenarnya dia juga baru mengetahui aturan main di bar itu. Karena malam ini adalah kali pertama dirinya memasuki bar elit itu. Itu pun karena bersama Fernando. Mungkin dirinya takkan diperbolehkan memasuki bar oleh para penjaga, jika dirinya hanya datang seorang diri.Karena rata-rata para tamu di bar ini adalah para pembisnis dan pengusaha kaya raya. Namun dirinya pernah melihat foto Senorita dari brosur yang disebar oleh para pelayan bar itu di tepi jalan. Biasanya mereka menyebar brosur saat mengadakan pertunjukan erotis atau sebuah orgy party."Ho, kau ingin bertemu dengan bosku? Baiklah, namun kau harus membayar lebih untuk bisa berbincang dengan bos kami, Tuan." Selina menjawab usai menghembuskan asap rokoknya ke hadapan Fernando dan Jack. Sepasang mata bulat wanita itu menyipit dengan menaikan sudut bibirnya yang merah karena pewarna. Sepertinya pria itu seorang mi
"Aku setuju, kapan aku bisa bertemu dengan Senorita?"David dan Leonard saling pandang mendengar ucapan Fernando. Pria itu bicara begitu entengnya seolah jumlah dolar yang mereka minta tadi sangatlah kecil. 2 juta dolar, jumlah tarif yang diminta oleh David dan Leonard untuk Fernando bisa berkencan dengan Senorita.Ah, sial! Kalau tahu begitu, sebaiknya tadi mereka pasang tarif yang lebih besar lagi pada Fernando. Sepertinya pria asal Meksiko itu benar-benar milyarder kelas kakap."Jadi, kau setuju untuk membayar 2 juta dolar agar bisa berkencan dengan Senorita?" Kali ini Leonard yang bicara. Sepasang manik kecokelatannya menatap tegas pada Fernando."Ya," jawab Fernando dengan santai namun meyakinkan. Dia sangat ingin bertemu dengan penari bernama Senorita itu. Dia berharap Senorita adalah Isabell, istrinya yang hilang."Wah, rupanya kau sangat menyukai Senorita, ya! Bagus!" David langsung bersorak mendengar kemantapan Fernando. Tangann
"Istrimu? Apakah istrimu bekerja di bar David? Lalu kenapa kau ingin berkencan denganku? Apakah untuk membalas istrimu?" Isabell melempar banyak pertanyaan pada Fernando. Entah kenapa dirinya menjadi ingin tahu tentang pria Meksiko di sampingnya itu. Dia harus tahu."Itu bukan urusanmu? Ayo keluar dari mobilku, Nona!" Dengan agak kasar Fernando mendorong bahu Isabell agar wanita itu keluar dari mobilnya. Tak ada gunanya. Melihat Senorita hanya membuat hatinya sakit akan kehilangan Isabell dan kenyataan, jika penari erotis itu memang bukanlah istrinya."Akh!" Isabell mengerang sembari memegang kepalanya yang terbentur kaca mobil akibat ulah Fernando. Seketika juga dirinya melihat bayangan yang melintas di memorinya. Seorang pria pernah melakukan hal yang sama padanya. Entah siapa dan dimana. Kepalanya sangat sakit jika dipaksakan untuk mengingatnya."Maaf, kau tak apa-apa?" Fernando mendekat pada Isabell yang sedang menahan sakit sembari memegang kepalanya.
Perlahan Fernando merebahkan tubuh Isabell. Tanpa melepaskan pangutan bibirnya, dia mulai menanggalkan kain kain yang menutupi keindahan tubuh wanita itu. Surga cinta pun tercipta. Keduanya mulai saling memberi kenikmatan dalam pergumulan mereka.Desahan dan erangan memecahkan keheningan malam menyambut pagi tiba. Sepasang mata Fernando memperhatikan lekuk tubuh di bawahnya. Tanda lahir itu membuatnya terkesiap. Benar, wanita ini adalah istrinya. Dia pun semakin menggila dibuatnya, larut dalam kenikmatan yang luar biasa.Isabell mencengkeram punggung Fernando sampai kuku dengan nail warna merah itu menggores kulitnya. Entah kapan dirinya terakhir merasakan kenikmatan ini, namun dirinya ingin terbuai dan hancur malam ini dibawah keperkasaan Fernando."Ah, Isabell." Fernando memejamkan matanya merasakan kenikmatan itu. Pinggangnya terus bergerak maju mundur dengan tempo teratur dan kian cepat. Empat bulan lamanya dirinya baru kembali menjemput kenikmatan ini
Langkah panjang Fernando akhirnya tiba di kamar mandi. Bibirnya mengulas senyum melihat Isabell yang masih asik memandangi wajahnya. Dengan perlahan ia membawa wanita itu menuju pada bathtub putih berukuran besar yang berada di tengah kamar mandi.Isabell memekik kaget saat Fernando merebahkan tubuhnya pada bathtub tersebut yang belum terisi oleh air."Berendamlah, kau akan merasa lebih segar," ucap Fernando dengan tatapan lembut pada Isabell.Wanita itu masih terdiam seraya memerhatikan pria itu yang sedang memutar keran air hangat untuknya."Apakah kau tidak mau mandi bersamaku?" tanya Isabell saat Fernando hendak memutar tubuhnya guna meninggalkan kamar mandi.Pria itu menoleh, dan Isabell memberinya senyuman nakal. Sementara tubuhnya yang masih mengenakan lingerie-nya sudah terendam air hangat dalam bathtub."Apakah kau tak masalah jika mandi bersamaku? Dan lagi pula aku sudah mandi." Fernando melempar senyum seringai pada Isabell usai