"Aku setuju, kapan aku bisa bertemu dengan Senorita?"
David dan Leonard saling pandang mendengar ucapan Fernando. Pria itu bicara begitu entengnya seolah jumlah dolar yang mereka minta tadi sangatlah kecil. 2 juta dolar, jumlah tarif yang diminta oleh David dan Leonard untuk Fernando bisa berkencan dengan Senorita.Ah, sial! Kalau tahu begitu, sebaiknya tadi mereka pasang tarif yang lebih besar lagi pada Fernando. Sepertinya pria asal Meksiko itu benar-benar milyarder kelas kakap."Jadi, kau setuju untuk membayar 2 juta dolar agar bisa berkencan dengan Senorita?" Kali ini Leonard yang bicara. Sepasang manik kecokelatannya menatap tegas pada Fernando."Ya," jawab Fernando dengan santai namun meyakinkan. Dia sangat ingin bertemu dengan penari bernama Senorita itu. Dia berharap Senorita adalah Isabell, istrinya yang hilang."Wah, rupanya kau sangat menyukai Senorita, ya! Bagus!" David langsung bersorak mendengar kemantapan Fernando. Tangann"Istrimu? Apakah istrimu bekerja di bar David? Lalu kenapa kau ingin berkencan denganku? Apakah untuk membalas istrimu?" Isabell melempar banyak pertanyaan pada Fernando. Entah kenapa dirinya menjadi ingin tahu tentang pria Meksiko di sampingnya itu. Dia harus tahu."Itu bukan urusanmu? Ayo keluar dari mobilku, Nona!" Dengan agak kasar Fernando mendorong bahu Isabell agar wanita itu keluar dari mobilnya. Tak ada gunanya. Melihat Senorita hanya membuat hatinya sakit akan kehilangan Isabell dan kenyataan, jika penari erotis itu memang bukanlah istrinya."Akh!" Isabell mengerang sembari memegang kepalanya yang terbentur kaca mobil akibat ulah Fernando. Seketika juga dirinya melihat bayangan yang melintas di memorinya. Seorang pria pernah melakukan hal yang sama padanya. Entah siapa dan dimana. Kepalanya sangat sakit jika dipaksakan untuk mengingatnya."Maaf, kau tak apa-apa?" Fernando mendekat pada Isabell yang sedang menahan sakit sembari memegang kepalanya.
Perlahan Fernando merebahkan tubuh Isabell. Tanpa melepaskan pangutan bibirnya, dia mulai menanggalkan kain kain yang menutupi keindahan tubuh wanita itu. Surga cinta pun tercipta. Keduanya mulai saling memberi kenikmatan dalam pergumulan mereka.Desahan dan erangan memecahkan keheningan malam menyambut pagi tiba. Sepasang mata Fernando memperhatikan lekuk tubuh di bawahnya. Tanda lahir itu membuatnya terkesiap. Benar, wanita ini adalah istrinya. Dia pun semakin menggila dibuatnya, larut dalam kenikmatan yang luar biasa.Isabell mencengkeram punggung Fernando sampai kuku dengan nail warna merah itu menggores kulitnya. Entah kapan dirinya terakhir merasakan kenikmatan ini, namun dirinya ingin terbuai dan hancur malam ini dibawah keperkasaan Fernando."Ah, Isabell." Fernando memejamkan matanya merasakan kenikmatan itu. Pinggangnya terus bergerak maju mundur dengan tempo teratur dan kian cepat. Empat bulan lamanya dirinya baru kembali menjemput kenikmatan ini
Langkah panjang Fernando akhirnya tiba di kamar mandi. Bibirnya mengulas senyum melihat Isabell yang masih asik memandangi wajahnya. Dengan perlahan ia membawa wanita itu menuju pada bathtub putih berukuran besar yang berada di tengah kamar mandi.Isabell memekik kaget saat Fernando merebahkan tubuhnya pada bathtub tersebut yang belum terisi oleh air."Berendamlah, kau akan merasa lebih segar," ucap Fernando dengan tatapan lembut pada Isabell.Wanita itu masih terdiam seraya memerhatikan pria itu yang sedang memutar keran air hangat untuknya."Apakah kau tidak mau mandi bersamaku?" tanya Isabell saat Fernando hendak memutar tubuhnya guna meninggalkan kamar mandi.Pria itu menoleh, dan Isabell memberinya senyuman nakal. Sementara tubuhnya yang masih mengenakan lingerie-nya sudah terendam air hangat dalam bathtub."Apakah kau tak masalah jika mandi bersamaku? Dan lagi pula aku sudah mandi." Fernando melempar senyum seringai pada Isabell usai
Setelah mengirim uang yang diminta oleh David, Fernando pun segera membawa Isabell terbang ke Meksiko. Sementara David sibuk menghitung uangnya, namun Leonard sedikit menaruh rasa curiga pada Fernando. Tidak mungkin tiba-tiba saja pria itu muncul di bar mereka, lantas sekarang membawa Isabell begitu saja.Bahkan Fernando tidak menolak sedikit pun saat mereka meminta jumlah yang besar padanya. Pria itu sangat mencurigakan. Sepertinya ada sesuatu antara Fernando dan Senorita, pikirnya."David, kurasa ada yang janggal di sini. Fernando telah membawa Senorita ke Ausie. Kenapa tidak ke Meksiko? Bukankah pria kaya raya itu berasal dari Meksiko?" Leonard berkata pada David saat keduanya minum bersama di ruangan David yang berada di lantai dua bar."Kau ini. Terserah saja dia mau membawa Senorita kemana saja, yang terpenting pria itu sudah mengirim banyak uang untuk kita. Kau lihat ini? 50 juta dolar!" David tertawa sembari meraup setumpukan uang yang berada di at
Sore itu saat para tahanan di lapas Meksiko digiring kembali masuk ke sel tahanan mereka masing-masing, setelah melakukan kerja bakti berupa mencabut rumput di halaman belakang lapas. Berto dan Louis berjalan agak lambat dan berada di barisan paling belakang. Kedua pria itu mengenakan stelan tahanan yang sama dengan yang dikenakan oleh para tahanan lainnya, yakni stelan dengan warna biru tua berlengan pendek.Sudah hampir dua bulan mereka mendekam di dalam tahanan ini, setelah lebih dulu menjalani sidang. Tuan Alfredo menuntut mereka dengan hukuman penjara seumur hidup. Tuntutan itu sempat ditentang oleh pengacara Nyonya Devardo, namun dengan uangnya Tuan Alfredo berhasil memenangkan sidang.Kini mau tak mau para bajingan itu harus mendekam dalam penjara sampai mati. Bahkan Tuan Alfredo dan Fernando masih kurang puas dengan hukuman ini. Karena kejahatan mereka sangat berat pada Isabell.Seperti saat jenazah Pedra dikremasikan beberapa pekan yang lalu. Fern
Louis mempercepat langkahnya dari kejaran para polisi. Suara sirine itu membuatnya sangat panik. Dia berlari sampai menabrak beberapa orang yang berpapasan dengannya di gang sempit itu.Oh, shit! Sepasang matanya membulat penuh melihat satu unit mobil polisi sudah bertengger menunggu dirinya di ujung gang. Pria dengan stelan tahanan itu segera mundur untuk menghindari para polisi yang sudah keluar dari mobilnya."Jangan lari, hei!" teriak para polisi itu segera berlari menuju padanya.Louis menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung. Bagaimana ini? Tak mungkin dirinya kembali tertangkap dan harus mendekam di tahanan lagi. Tanpa pikir panjang pria itu segera memutar tubuhnya untuk kabur. Entah kemana dirinya harus berlari dari kejaran para polisi itu. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Yang pasti dirinya mesti kabur jika tak mau masuk penjara lagi."Ayo kejar!" Para polisi terus mengejar Louis di gang sempit itu."Brengsek
Sore itu Isabell sedang berjalan-jalan di sekitar mansion Tuan Alfredo. Sepasang matanya menangkap potret besar yang terpampang pada dinding di hadapannya. Langkah heels putih itu terhenti.Dipandanginya potret di hadapannya itu dengan seksama. Sebuah potret berukuran besar. Menampilkan dirinya, Tuan Alfredo dan seorang wanita paruh baya. Entah siapa. Tawanya dalam potret itu terlihat sangat bahagia. Tak sadar bibirnya mengulas senyum melihatnya."Itu potret keluarga kita, Sweety. Potret itu diambil di hari pertunanganmu dengan Fernando."Leher Isabell memutar menuju sumber suara itu. Tuan Alfredo tersenyum manis padanya. Rupanya pria paruh baya itu sudah berdiri di belakangnya."Anda," tukas Isabell yang masih terlihat sungkan pada ayahnya."Isabell, panggil aku Ayah, Nak. Kau adalah puteriku. Dan ini adalah Ibumu. Apa kau tak bisa mengingatnya?" Alfredo mendekat. Tangannya menunjuk pada wanita paruh baya namun masih terlihat cantik pada potr
Mobil Lamborghini Huracan dengan cat warna merah melaju dengan kecepatan tinggi. Fernando yang sedang mengemudikan mobil sport itu menuju mansion Tuan Alfredo yang berada di kaki bukit. Ayah mertuanya itu memang sengaja membangun mansion-nya jauh dari keramaian kota. Semua itu karena permintaan mendiang istrinya, Anna Maria.Anna adalah seorang penulis novel. Mereka pindah ke menasion itu setelah menikah. Anna mengatakan pada Alfredo, jika dirinya membutuhkan susana yang hening dan sejuk untuk menghasilkan karya yang berkwalitas.Sejak saat itu Anna sibuk dengan menulis, sementara Alfredo harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari mansion itu menuju kantornya. Namun pria 50 tahun asal Spanyol ini tak pernah mengeluh. Baginya Anna sangatlah penting. Membangun sebuah mansion di tepi bukit dan tinggal di sana memanglah tak masuk akal baginya. Namun logikanya tak berfungsi karena rasa cintanya pada sang istri.Setelah satu tahun menikah dan menjalani hidup jauh dari keramaian kota, ak