Share

Menantu Bungsu Keluarga Ramanda
Menantu Bungsu Keluarga Ramanda
Author: Zhunea

Saling Membutuhkan

Author: Zhunea
last update Last Updated: 2024-09-24 09:30:55

“Cuih!” Ludah Jonathan mendarat tepat di hidung Aksara Hakam.

Refleks Hakam mengusap air liur itu dengan lengannya. "Ada apa, Jonathan?" tanyanya tak mengerti.

“Bedebah kamu memang!" tangan Jonathan mencekik leher Hakam dengan erat.

“Lepaskan aku!” Hakam berusaha melepaskan diri.

“Jangan harap, karena aku ingin nyawamu melayang saat ini juga!" katanya semakin mempererat cekikannya di leher Hakam. "Enak saja kamu menikmati bibir Sarah saat di pantry tadi. Aku tidak terima. Dia adalah wanitaku, Hakam!"

Wajah Hakam mulai membiru. Dia tidak bisa berkutik. Melawan Jonathan sama saja dengan membawa petaka baginya. Dia memilih untuk diam dan berdoa dalam hati, semoga ada seseorang yang menyelamatkan hidupnya sekarang.

"Matilah, matilah, hahaha!” Jonathan tertawa. Kedua mata membola lebar. "Meskipun kamu adalah suami Sarah, aku tidak peduli. Aku yang lebih dulu mengenal Sarah dan aku yang lebih pantas bersanding dengannya daripada OB miskin seperti kamu!"

“Jonathan hentikan!”

Jonathan menoleh ke arah belakangnya. Mendapati Adam dan Rudi berlari ke arahnya, Jonathan melepaskan Hakam hingga pria itu terjatuh keras di lantai gedung perusahaan Hendra.

Hakam menggelinjang di lantai, terbatuk-batuk sambil memegang lehernya yang sakit.

“Apa kamu sudah tidak waras, huh?!” Adam memegang kedua bahu Jonathan.

"Aku ingin dia mati., Adam. Dengan melenyapkannya, aku bisa mendekati Sarah lagi."

Adam menggeleng. "Jangan bodoh. Apa kamu sudah berpikir apa yang akan terjadi setelah kamu menghabisi Jonathan di sini? bagaimana cara membawa jasadnya keluar dari gedung ini hah?"

Jonathan terdiam.

"Bawa saja ke lain tempat hidup-hidup. Jangan di sini. Membunuh Hakam di sini hanya akan menjadikan masalah." Rudi memberi saran.

“Apa maksud kalian?” Jonathan memicing.

"Mau kamu bunuh langsung, atau kamu siksa lebih dulu silakan. Tapi kita lakukan di markas saja. Kami pasti akan membantu kamu, Jonathan."

Mendengar itu Hakam hanya mendesis menahan amarah.

"Kamu benar." Ketiganya kini memandang ke arah Hakam bersamaan.

Perasaan Hakam tidak enak. "Mau apa kalian?"

Ketiganya tersenyum bersamaan.

Adam menutup mulut Hakam dengan tangan, sementara Jonathan dan Rudi menarik paksa tubuh Hakam melewati lorong sepi untuk bisa keluar dari gedung.

Namun, belum sempat keluar, ketiganya melihat Sarah.

"Hakam!" Sarah berseru saat melihat Hakam tergeletak di lantai.

Jonathan pun berjongkok di lantai sambil memegang perutnya. Ia seolah sedang kesakitan di bagian perut.

"Ada apa ini?" tanya Sarah sambil membantu Hakam berdiri.

"Hakam. Suamimu ini baru saja menonjok perutku. Aku terpaksa mendorongnya ke lantai!" ucap Jonathan.

"Bohong." Hakam menggeleng.

"Kami saksinya. Tiba-tiba saja Hakam datang dan memukul Jonathan hingga dia tak berdaya. Untuk berdiri saja tidak bisa." Ucap Adam memperkuat ucapan Jonathan.

Sarah menjatuhkan tatapannya pada Hakam.

“Aku tidak melakukan apapun, Sarah. Percayalah."

“Dia bohong. Bisa dilihat CCTV lorong ini jika kamu tidak percaya!” Adam berseru penuh percaya diri. Padahal jika Sarah setuju melihat CCTV, tentu saja dia akan kalah karena kenyataannya Jonathan lah yang melukai Hakam dengan mencekiknya.

“Ini bukan pertama kalinya Hakam menganiaya Jonathan, tapi sudah kesekian kali. Jika tidak memukul perut, Hakam meminta Jonathan membantunya menyelesaikan pekerjaannya. Sarah, suamimu ini licik. Percayalah, kami melihat sendiri bagaimana dia sering menyiksa Jonathan, sementara Jonathan hanya diam saja tak melawan, karena dia menghargai kamu sebagai istrinya Hakam dan orang yang disukai Jonathan sejak dulu." Rudi menguatkan drama yang tengah dilakukan Jonathan dan Adam.

“Maaf atas sikap Hakam. Aku akan membawanya pulang." Ucap Sarah. Mereka kemudian pergi dari hadapan 3 aktor antagonis yang saat ini menahan tawa.

"Akting kalian bagus." Jonathan bertepuk tangan.

"Sarah pasti membawa Jonathan pulang."

"Ayo kita ikuti!"

Dengan membawa mobil Jonathan mereka bertiga menuju ke rumah keluarga Ramanda.

"Maafkan aku kalau sudah membuat kekacauan lagi." Ucap Hakam

“Sudah kesekian kalinya kamu bertengkar dengan Jonathan. Ribut terus ribut terus. Lama-lama aku juga lelah, Hakam."

"Mereka menganiaya aku lebih dulu. Jika aku tidak menghargai kamu, sudah pasti aku akan membalas semua perbuatan mereka."

Sesampainya di rumah, Surya menghentikan langkah dua orang tersebut. Sarah dan Hakam pun berhenti tepat di dekat sofa ruang tamu.

"Masih jam segini kalian sudah keluar dari tempat kerja. Ada apa lagi? Apa Hakam membuat ulah?" tuduhnya.

"Tidak ada apa-apa, Papa. Kami izin ke kamar sebentar!" Sarah sudah menarik tangan Hakam, tapi Surya menahan mereka.

"Kalau tidak ada apa-apa, kenapa kalian pulang? Bilang saja terus terang kalau Hakam membuat ulah di kantor. Jangan terus melindunginya, Sarah!" bentak Surya hingga Sarah menyingkat kaget.

"Sudahlah, Papa. Kalaupun ada masalah, akan kami selesaikan sendiri. Kami ini suami istri!"

"Lelaki tidak berguna seperti ini masih bisa kamu sebut suami?"

"Jangan menghinanya!" seru Sarah tak Terima Hakam dihina.

"Memang itu kenyataannya. Kamu menemukannya di jalanan dengan hanya memakai satu stel pakaian, gelandangan, tunawisma, tidak ada kerjaan. Pecundang, miskin, benalu-"

"Pa!" Sarah menggenggam erat tangan Hakam. Hakam merasa terlindungi.

Ia memandang Sarah dengan tatapan bahagia. Baru kali ini dirinya dibela oleh seorang wanita, setelah masa lalunya yang pernah dikhianati oleh wanita.

Tiga serangkai datang. Siapa lagi jika bukan Jonathan, Adam dan Rudi.

Mereka melaporkan kejadian tadi, dimana Hakam katanya memukul perut Jonathan tanpa alasan. Padahal yang sebenarnya Jonathan yang mencekik Hakam lantaran cemburu melihat Hakam mencium bibir Sarah di pantry kantor tadi siang.

"Bukankah tadi aku sudah minta maaf, Jonathan. Jangan diperpanjang lagi. Dan untuk apa juga kamu datang kemari mengatakan itu semua ke papaku?" protes Sarah tak terima masalahnya di perpanjang.

"Karena kamu itu dibodohi sama Hakam, Sarah. Sebagai lelaki yang sangat mencintai kamu sejak dulu, aku tidak terima."

"Yang dikatakan Jonathan benar. Papa juga tidak terima pria tunawisma ini membodohi kamu terus-terusan. Ceraikan saja dia Sarah!"

Suara keras Jonathan dan Surya membuat Sari, Sella dan Sintya yang ada di lantai atas turun untuk sekedar ingin tahu apa yang terjadi.

“Astaga, selalu saja Hakam membuat ulah!" Ujar Sari memijat kepalanya yang berdenyut. Dia adalah istrinya Surya, ibu Sintya, Sella dan Sarah.

“Kenyamanan rumah ini telah hilang sejak dia menginjakkan kakinya di sini.” Sintya, kakak pertama Sarah turut menuding Hakam sebagai biang kerok atas ketidaknyamanan dalam keluarga Ramanda.

“Lihat, suami pilihan kamu itu. Tidak ada kontribusi membahagiakan keluarga ini, yang ada hanya menyusahkan. Masih mau pelihara dia di sini?” Sella berkacak pinggang di depan Sarah.

“Semua diamlah. Biar aku sendiri yang menyelesaikan masalah ini!" Sarah jengah. Ia menarik tangan Hakam hendak membawanya ke dalam kamar.

“Cara menyelesaikan yang seperti apa itu?" Sari menghadang. "Pasti hanya bicara dan memperingatinya seperti biasa, kan? Percuma, Sarah. Pelajaran itu tidak akan membuatnya jera. Usir dia dari sini!”

“Mamamu benar. Usir dia dari sini. Papa capek memelihara dia yang tidak ada untungnya sama sekali!”

Hakam hanya bisa diam, tak menanggapi atau ikut bicara. Karena jika sekali dia bicara, 5 atau 8 orang dihadapannya itu akan menyerangnya dengan hinaan, cercaan dan apapun itu sejenisnya. Hakam memilih diam dan memberikan semua kepada Sarah untuk mengatasi.

“Aku yang membawa Hakam kemari. Biarkan aku yang mengatasinya. Aku mohon." Ucap Sarah dengan penuh permohonan. "Dan untuk Jonathan, jika kamu sakit karena ditonjok Hakam, kenapa kemari? Datanglah ke rumah sakit untuk meminta bantuan dokter, bukan malah membuat panas udara di sini!"

“Yang sopan bicara sama Jonathan!” Sentak Sintya. “Dibandingkan Hakam, Jonathan lebih segalanya dan lebih pantas jadi suami kamu dan menjadi adik iparku!”

Sarah tak peduli. Ia masuk ke dalam kamar sambil menyeret Hakam.

Ia mengusap air matanya yang menetes di pipi.

“Aku bantu mempersiapkan pakaian mu!"

"Kita akan kemana?" tanya Hakam.

"Bukan kita, tapi kamu. Pergilah dari sini. Aku tidak tega melihatmu dihina terus oleh keluargaku!"

"Tidak. Sarah-"

Sarah mengangkat tangannya.

“Aku melepaskanmu, Hakam. Pergilah dan hiduplah di luar sana dengan layak. Kamu orang baik, tidak pantas berada di tempat ini. Terima kasih sudah mau menjadi suami pura-pura ku selama 3 tahun ini." Kata Sarah dengan berat hati.

Hakam menggeleng. "Aku tidak peduli hinaan mereka."

"Kamu ini hanya orang yang aku bayar untuk menjadi suami pura-pura supaya Jonathan tidak terus-terusan mengejarku, Hakam. Dan semenjak itu semua orang menghina kamu. Jangan membuatku semakin bersalah. Kamu dihina karena menolongku!"

Hakam menunduk. "Bukankah kita ini simbiosis mutualisme?"

"Ya. Kamu butuh uang aku butuh kamu menjadi tameng ku dari Jonathan."

Hakam menggeleng. "Tidak. Sejak awal aku tidak butuh uangmu. Tapi, aku mendedikasikan diri membantumu. Dan tanpa kusadari, aku mencintaimu."

Keduanya saling menatap intens.

"Jangan mengusirku!" Hakam memohon.

Namun Sarah menggelengkan kepalanya. "Pergilah, akan lebih baik jika kamu tidak di sini."

Related chapters

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Bangkitt!

    Semua tertawa senang saat Sarah memutuskan mengusir Hakam dari keluarga Ramanda. Kata mereka keputusan Sarah sudah sangat tepat. Mengusir benalu untuk mendapatkan masa depan lebih baik dan tenang. Hinaan, cercaan terdengar mengiringi langkah Hakam keluar dari rumah. Hakam hanya bisa menghela napasnya menerima semua keputusan Sarah saat ini. Bug Sebuah tas ransel terlempar ke arahnya. “Tasmu tertinggal. Bawa gih, jangan sampai semua barangmu ada yang tersisa di sini. Menjijikkan!" cibir Sintya lalu tertawa. Mata Hakam terarah pada Sari, Surya, Sintya dan Sella yang terus mengejeknya. Mereka, empat orang yang akan selalu ia ingat bagaimana mereka memperlakukan dirinya selama tiga tahun ini. Suara deru mobil dari arah belakang. Hakam menoleh mendapati Randu dan Septian keluar dari mobil yang sama. “Kenapa dia bawa tas?" tanya Randu mengarahkan telunjuknya tepat di depan wajah Hakam. "Diusir Sarah." Jawab Sintya selaku istrinya. “Baguslah. Itu lebih baik. Gelandan

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Makanan Mahal Gratis

    Sarah sudah berdiri di depan gedung perusahaan Hendra sejak 10 menit lalu, namun taksi pesanannya tak kunjung datang juga. Ia tertegun saat tiba-tiba ada sebuah mobil sport merah datang menghampiri. Mata Sarah sampai menyipit untuk tahu siapakah gerangan pengemudi mobil yang sudah tak sopan berhenti tepat di depannya. “Tolong minggirlah, nanti taksi pesananku tak melihat aku di sini!” Kata Sarah mencoba berkomunikasi dengan si pengemudi mobil sport merah yang tak terlihat wajahnya. Jonathan diikuti Adam dan Rudi mendatangi Sarah. “Apa ada masalah, Sarah?” “Mobil ini menghalangi. Aku sedang menunggu taksi online.” Jawab Sarah. “Astaga, kamu pesan taksi online? Jika mau pulang, katakan padaku, aku siap mengantarmu pulang. Untuk apa menunggu taksi yang ber pengemudi asing. Bukankah lebih baik pulang bersamaku yang sudah kamu kenal sejak 5 tahunan.” Sarah membuang napas kesal. “Lebih baik aku naik taksi daripada pulang denganmu!” Ketus Sarah. “Kau ini. Sudah diting

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mengesahkan Pernikahan

    Di dalam mobil Hakam tak kuasa lagi menahan tawanya. Sampai matanya basah karena sudah berhasil mengerjai Jonathan tanpa direncana sebelumnya. Ia tidak tahu jika Jonathan mengikuti dirinya dan Sarah ke restoran. Dia datang, Hakam sempat terkejut. Namun dengan ketenangannya, ia berhasil mendapatkan celah luar biasa hingga Jonathan berhasil mengeluarkan ratusan juta untuknya. Bukan salah Hakam, bukan? “Sesekali dia harus mendapatkan pelajaran. Mulutnya yang sombong itu harus dibungkam dengan erat.” Ucap Hakam setelah ia berhasil meredakan tawanya. "Tapi, Jonathan pasti akan membalas perbuatanmu, Hakam." “Sebelum itu terjadi, aku akan menghadangnya." Hakam memegang tangan Sarah. "Percayalah." Sarah menghela napasnya. “Darimana kamu mendapatkan semua fasilitas ini, Hakam? Uang, Kartu hitam, mobil mewah. Aku khawatir kamu melakukan hutang." “Ini semua punyaku.” Sarah kesal, lalu memutar bola matanya. Bagaimana bisa dia percaya. Mereka sudah hidup bersama selama 3 tahun. Haka

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Semua Iri

    “Tanyakan pada Sarah dimana mereka bulan madu?” Sari mendekati Sintya yang sedang duduk bersama Randu di dekat kolam renang. “Tidak mau, untuk apa aku tanya begitu. Kurang kerjaan!” “Apa kamu tidak melihat mobil Hakam? Dia juga memiliki pengawal dan penampilan Hakam beda sejak dia meninggalkan rumah ini." Ucap Sari. Sintya menghentikan aktifitas mengemilnya. “Sadar tidak?” bentak Sari. Baru tadi pagi keluarga Ramanda melihat mobil sport merah nan mewah terparkir di halaman rumah mereka. Tepatnya sebelum mereka berangkat ke KUA. Sempat bertanya-tanya siapa gerangan pemilik mobil mewah tersebut. Rupanya Hakam dan Sarah memasuki mobil itu membuat semua terkejut. Karena itulah mereka diam saat Hakam melakukan ijab qabul di KUA. Banyak ide yang menari di kepala masing-masing. Termasuk Sari yang sejak dulu menyukai uang. “Pasti mereka juga bulan madu di tempat yang mewah!” ucap Sari lagi semakin membuat Sintya kelabakan karena iri. Dulu saja saat baru menikah dengan Randu 6 tah

    Last Updated : 2024-09-27
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Hadiah Yang Sesuai Dengan Perbuatan

    Hakam dan Sarah pulang dari Bali. Mereka bergandeng tangan dengan senyum yang tak surut sejak tadi. Hal itu membuat Sintya kesal melihatnya. Matanya melirik pada dua koper besar yang mereka tarik. “Kita sudah sampai, Sayang. Kamu lelah?” tanya Hakam pada istri tercintanya. Satu minggu berada di Bali untuk berbulan madu, memadu kasih dan senang-senang bersama, membuat mereka tampak bahagia. “Iya. Aku sangat lelah!” jawab Sarah memegang tengkuknya. Hakam memeluk, bahkan mencium Sarah tanpa peduli pasang mata yang melihatnya dengan memicing. Ia pamerkan kemesraannya dengan begitu totalitas. “Pergilah lebih dulu ke kamar. Istirahat yang nyenyak, ya. Aku akan mengeluarkan oleh-oleh kita di sini!” Sarah mengangguk lalu berlalu menuju ke kamarnya. Hakam yang saat ini duduk di ruang tengah, membuka kopernya dan mengeluarkan isi di dalamnya satu persatu. Ada jam tangan bermerk, ada sepatu, ada tas branded, ada pernak-pernik khas Bali. “Waah, gaun itu bagus sekali!” Sintya

    Last Updated : 2024-10-10
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Perombakan Posisi

    Saat memasuki gedung perusahaan Hendra, Hakam dan Sarah mendengar bisik-bisik para karyawan terkait pimpinan baru mereka yang akan hadir hari ini. Bagi mereka semua, pergantian pimpinan terkesan mendadak. Karena sebelumnya tidak ada selentingan sama sekali terkait hal tersebut. Sejak dulu Hendra sudah memimpin setelah ayahnya turun dan memutuskan pensiun. Hendra tak memiliki kakak ataupun adik. Tak mungkin dia tiba-tiba menjual perusahaannya ke orang lain tanpa alasan. Jika dilihat dari sisi keuangan dan kredibilitas perusahaan, di mata para pegawai semua baik-baik saja. Apa yang terjadi, dan dimana Hendra sekarang ini? “Sar, pimpinan kita baru. Pak Hendra sudah memutuskan tidak memimpin lagi disini!” Riska memberitahu Sarah yang baru saja sampai di kubikelnya. “Lalu pak Hendra kemana?” Riska menggeleng. Tepat pukul 9, pimpinan baru itu hadir, menyita perhatian semua yang ada di dalam gedung. Bisik-bisik mulai terdengar, terutama dari kalangan pegawai wanita.

    Last Updated : 2024-10-10
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Salah Paham

    “Hakam menjadi asisten pimpinan baru perusahaan Hendra. Ada tidak salah?” Sintya tak berhenti mondar-mandir sejak ia mendapatkan kabar adik iparnya itu mendapat posisi baru di perusahaan Hendra, meninggalkan posisi sebelumnya sebagai OB. “Memikirkan Hakam terus lama-lama kepalamu botak nanti. Berhentilah berjalan terus, kemarilah!” Bentak Randu yang kesal melihat istrinya mengomel, menggerutu kebingungan seperti itu. “Ran, kenapa Hakam tiba-tiba berubah seperti orang kaya. Caritahu apa yang sebenarnya terjadi, aku ingin segera tahu jawabannya!” Sintya tak menghiraukan bentakan suaminya, justru melemparkan titah. Dia sangat penasaran dengan perubahan Hakam yang sangat mencolok sejak dia menghilang beberapa hari kemarin. “Aku tidak peduli sama Hakam. Jangan urus dia terus. Lebih baik layani aku!” Randu mendekati Sintya hendak menciumnya, tapi Sintya menolak dan bahkan menunjukkan ekspresi bingung dan sedang sibuk berpikir. “Tunda itu dulu. Aku ingin caritahu siapa Hakam se

    Last Updated : 2024-10-11
  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Jangan Lupa Hadiah Untukku!

    ‘Sepertinya tidak baik jika Sarah tahu siapa aku untuk saat ini. Sintya sedang mencaritahu latar belakangku.’ “Iya, kan? Kau mau menjualku?!” cecar Sarah yang tak terima. “Tidak. Ibu dan ayahnya Arya tidak tahu saja kalau kau adalah istriku!” “Kalau begitu katakan ke mereka kalau aku adalah istrimu. Jangan sampai ada kesalahpahaman.” “Iya iya, nanti aku akan cerita!” Kemudian Sonya datang dan mengajak Sarah untuk membuat kue di dapur. Keduanya terlihat sangat akrab. Bahkan Sonya terus bercerita soal dirinya saat muda dulu. Hakam hanya melihat, ditemani Arya di sebelahnya. “Sebenarnya diceritakan saja tidak masalah. Toh kau bisa melindungi Sarah kapanpun. Pengawalmu tersebar. Ada juga pengawal bayangan yang selalu mengikuti Sarah kemanapun dia pergi.” Ujar Arya. “Biarlah begini dulu. Sarah akan lebih aman.” Putus Hakam. Sementara itu di luar gerbang, terdapat mobil Sintya yang terus mengawasi. “Sepertinya ini rumah pimpinan baru perusahaan Hendra. Aku lihat

    Last Updated : 2024-10-11

Latest chapter

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Ipar adalah Maut

    “Jangan pergi, aku mohon.” Sarah menahan Hakam yang hendak pergi. Setelah kejadian menegangkan tadi, rasanya Sarah enggan untuk berpisah dengan Hakam. Dia takut seseorang sedang mengincar Hakam sekarang. “Hanya sebentar. Aku janji akan segera kembali.”Sarah menggelengkan kepalanya. “Kali ini saja, jangan pergi.”Terpaksa Hakam menuruti keinginan istrinya. Ia pun duduk kembali dan memeluk Sarah. “Ya sudah.” Seketika Sarah menarik napas lega. **Jonathan menahan napas mengetahui anak buahnya gagal menghabisi nyawa Hakam. “Kamu sudah membersihkan semuanya?” Tanyanya pada Javiar. “Sudah. Dua orang anak buahku mati bunuh diri untuk menghindari mereka.”Senyum Jonathan melebar. “Bagus, cari anak buah yang seperti itu lagi. Sebelum Hakam menghilang dari muka bumi ini, aku tidak akan melepaskannya.” Javiar menganggukkan kepala. Di kepala Jonathan kini dirinya sedang menyusun rencana lain untuk Hakam. Penghinaan yang Hakam berikan tidak akan pernah ia biarkan begitu saja. Dia akan me

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mati Semua

    “Aku sudah mengacaukan beberapa orang secara bersamaan. Jonathan yang angkat kaki dari gedung ini, Randu menantu pertama papa mungkin sekarang ini sedang frustasi karena tidak memiliki mobil lagi dan mulai curiga istrinya selingkuh.” Hakam menyesap kopinya. “Hatiku senang.” Katanya kemudian tertawa. “Dibalik itu semua, sebenarnya posisimu tidak aman. Mereka bisa saja mengincarmu!” Ucap Arya. “Aku tahu itu. Tapi biarkan saja mereka melakukannya. Bukti yang nantinya aku kumpulkan akan membuat mereka semua mendekam di penjara, karena itulah tujuan akhirku kepada mereka. Mungkin mereka berpikir aku diam dan menerima saja saat dihina. Nyatanya mereka membangunkan macan tidur. Mereka akan tahu dengan siapa mereka berhadapan sekarang.”Sorot mata Hakam tajam. Siap melahap apapun yang menghalanginya. Sekali dirinya dikerjai, maka tiga kali lipat dirinya akan membalas. “Kamu memang bukan orang baik!” Arya tertawa. “Tidak ada orang yang mengatakan aku baik. Bahkan aku sendiri menyebut dirik

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mulai Suka

    Keluar hotel di pagi buta. Wajah cerah tapi bibir bengkak. Sintya berjalan cepat menuju taksi yang sudah ia pesan. “Sungguh Jonathan sangat luar biasa.” Gumamnya sembari memandang wajahnya di kaca bedak. Pertarungan ranjang semalam membuat hati Sintya sangat bahagia hari ini. Bahkan ia lupa rasanya bercinta dengan suami sendiri, karena dia terlanjur merasai tubuh pria lain. Sampai di rumah, Sintya disambut tatapan tajam Randu. “Darimana kamu?!”Sintya gugup. “Menginap di rumah teman.”“Teman yang mana?”Sintya tak segera menjawab. Randu mencekal lengan istrinya membuat wanita itu memekik. Dengan kasar Randu mengusap bibir bengkak Sintya. “Dengan siapa kamu tidur semalam, hah?”“Randu, jangan menuduh Sintya sembarangan!” Sari berjalan cepat menolong putrinya. “Dia bilang ke mama semalam kalau akan ke rumah temannya dan menginap.”“Teman pria atau wanita sehingga bibirnya bengkak seperti ini

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Menyimpan Banyak Rahasia

    Di sebuah diskotik, gemerlap lampu warna-warni menyala terang ditemani musik berisik yang membuat semua pengunjungnya berjoget ria. Namun tidak dengan Jonathan yang juga ada di sana. Ia memilih duduk meneguk minuman beralkohol hingga habis dua botol. Tubuhnya mulai sempoyongan. “Siapa yang mau menemaniku, hah?” Serunya. Wajahnya nampak putus asa dan lelah. Dirinya sudah keluar dari perusahaan Arya. Sudah ada di depan mata bahwa dia tak akan sering bertemu dengan Sarah lagi. Belum lagi papanya masih menuntut dirinya membayar hutang makanan kaviar yang dimakan Hakam dan Sarah waktu itu. Dan tuntutan dari ibunya yang ingin putranya membawa kembali motor yang sudah ia belikan. Bukan tak bisa membeli motor sport lagi, namun Hanum ingin Jonathan bangkit dan membalas kekalahannya pada Hakam. Dia tidak terima keluarganya direndahkan oleh orang tak jelas seperti Hakam. DerrtPonsel Jonathan bergetar di atas meja. Segera ia membuka ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya.

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Sekongkol

    “Sekarang kamu percaya padaku, kalau aku tidak ada hubungan apapun dengan Alea.” Ucap Hakam. “Meski begitu kamu juga harus menghargai perasaanku. Jangan lagi dekat dengan Alea, atau siapapun itu!” “Aku suka kamu cemburu. Itu artinya cinta kita sudah terikat.” Ucapan Hakam membuat wajah Sarah memerah. “Jangan membicarakan cinta, kita bukan remaja yang sedang pubertas.” Katanya mengarahkan pandangannya ke arah lain. Sarah malu membicarakan perkara cinta dengan Hakam di tempat umum seperti ini. Melihat rona merah di pipi istrinya membuat Hakam tertawa kecil. “Ya sudah. Kita bicarakan di atas ranjang nanti.”Sarah menghela napasnya panjang. “Lalu ada urusan apa kamu ada di kafe ini? Bukannya di rumah membujuk ku supaya tidak marah.”“Klien asal Jerman benar-benar datang malam ini. Kami membicarakan pekerjaan. Tidak lama ia kembali ke hotel tempatnya menginap. Besok dia akan datang ke kantor untuk meneruskan pembicaraan ini.”“Benar?” Sarah menelisik kebenaran di mata Hakam. “Iya. Ya

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Obsesi

    Seperti kesempatan bagi Jonathan menyaksikan Sarah dan Hakam bertengkar. Malam ini ia sudah berada di rumah keluarga Ramanda dengan membawa berbagai makanan instan yang ia beli dari sebuah restoran. “Om Surya, ini adalah rendang kesukaan, Om. Silakan dimakan!”Surya hanya mengangguk. Wajahnya terlihat malas menanggapi Jonathan, tak seperti dulu, dia sangat antusias jika Jonathan datang. “Jo, kalau om tidak suka, biar tante saja yang makan!” Sari mengambil rendang itu untuk menghargai pemberian Jonathan. Baru akan menyendok, Surya menariknya pergi dari ruang tamu. Jonathan membuang napas seketika. Tanpa sengaja Sintya lewat. Ia baru saja keluar dari dapur dan melihat Jonathan dengan wajah senang. “Jo!” Jonathan melambaikan tangan, tapi sebelumnya ia melirik kanan kiri supaya tidak ada yang melihat aksinya. “Kapan kita bertemu lagi?” Ucap Sintya dengan suara yang sangat pelan. “Hubungi saja jika kamu membutuhkanku!”Sintya mengangkat dua jempol. Sialnya Randu muncul di belakangn

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Piranha Peliharaan

    Alea terus mematut diri di depan cermin. Memastikan penampilannya tidak ada yang kurang satu pun. Kesan seksi tentu tersemat lantaran dirinya memakai dres sangat ketat hingga menonjolkan bagian dada dan pantatnya. “Parfum. Aku harus menambah parfum supaya Hakam senang!” Katanya. Ia menyemprot seluruh tubuhnya dengan parfum bahkan aromanya menguar memenuhi kamar hotel yang sudah dipesan. Selesai menggunakan parfum, ia berlari mematikan lampu kamar, menyisakan lampu tidur remang-remang di pojok dekat ranjang. “Jantungku!” Ia memegang dadanya yang berdetak lebih cepat. Ia lihat ada pesan dari Hakam. Katanya dia akan segera datang. “Akhirnya aku bisa bermalam dengan Hakam.” Ia kegirangan. Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka. Sosok tinggi menyerupai Hakam berjalan pelan mendekat ke arah ranjang. Jantung Alea semakin berpacu. Ia yang bahagia berlari keluar dari tempat persembunyian dan memeluk pria yang dia kira Hakam. “Hakam, aku sudah menunggu kedatanganmu!” Katanya berbunga-bu

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Rencana Jonathan

    “Aku melihatmu bersama Hakam di pantry kemarin!” Ucap Jonathan mengejutkan Alea. “Lalu kenapa?” Alea tak peduli. “Kamu ingin Hakam, aku ingin Sarah. Bagaimana jika kita bekerja sama?”Tangan Alea yang hendak mengambil minum terhenti seketika. Tawaran Jonathan sangat menarik. Tidak ada salahnya jika dia setuju, asal dia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa rencanamu?”Jonathan mendekat, membisikkan sesuatu pada Alea yang membuatnya tersenyum. “Baiklah. Kita lakukan nanti malam.”**“Sarah, aku harus pergi untuk bertemu klien bersama pak Arya. Apa tidak masalah?”“Tapi ini sudah malam Hakam.”“Iya. Klien baru datang dari Jerman, dan besok ia harus terbang ke Jerman lagi. Jadi dia mengatur pertemuan untuk malam ini.”“Ya sudah. Hati-hati.”Hakam mengecup kening istrinya lalu pergi. Sebenarnya, bukan soal klien. Ini terkait tantangan yang diberikan Jonathan malam ini. “Hans, sudah kamu siapkan motornya?”“Sudah beres. Kamu yakin akan melakukan ini?” Tanya Hans yang saat ini sudah

  • Menantu Bungsu Keluarga Ramanda   Mendominasi Ruangan

    “Kamu mendapatkan posisimu karena Sarah mendekati pak Arya. Jika tidak, mana mungkin OB seperti kamu itu bisa tiba-tiba jadi asisten pimpinan baru!” Katanya. “Benarkah?”“Kamu harus menyelidiki istrimu!” Alea menuang segelas air putih pada gelas yang ia ambil. Ia mendekati Hakam, begitu dekat wajahnya hingga membuat Hakam risih. Namun ia tidak menghindar. Ia ingin tahu apa yang ingin dilakukan gadis yang pernah meminta dirinya untuk menjadi pacarnya itu. “Sebelum kamu datang saja dia ada di ruangan pak Arya. Sungguh mencurigakan!” Katanya hingga napasnya mengenai wajah Hakam. Pemuda itu mengerucutkan bibir. “Kalau begitu aku harus menanyai Sarah soal itu!” Hakam menaruh gelasnya. Dengan gerakan cepat, Alea memegang pinggang Hakam dan mendekatkan tubuhnya pada suami Sarah itu. “Aku masih mencintaimu. Aku dengar pernikahanmu dengan Sarah hanyalah pura-pura. Kenapa dia kejam sekali melakukan itu padamu?!”Kedua tangan Hakam mendorong pelan bahu Alea untuk jauh darinya. “Beberapa w

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status