Share

Menantu Bungsu Keluarga Ramanda
Menantu Bungsu Keluarga Ramanda
Author: Zhunea

Kesekian Kali di Fitnah

“Cuih!” Ludah Jonathan mendarat tepat di hidung Aksara Hakam.

Hakam melonjak refleks mengusap air liur yang ada di hidungnya dengan tangan.

“Aku sangat membencimu, Hakam. Kenapa kamu tidak hilang saja dari atas bumi ini?” Jonathan mencekik leher Hakam, sementara Hakam meronta meminta dilepaskan.

“Lepaskan aku!” katanya dengan suara terbata.

“Tidak akan. Aku akan membunuhmu, pria yang sudah berani mendekati wanitaku!” Jonathan seperti pria kesetanan.

Matanya melotot, tangannya terus mencengkeram leher Hakam agar pria itu tak bisa bernapas lagi.

Ia sangat marah dan geram lantaran tadi di pantry kantor, Hakam membantu Sarah yang hampir jatuh. Bahkan ia melihat Hakam menempelkan bibirnya ke bibir Sarah, membuat darah di tubuh Jonathan serasa mendidih.

Mata Hakam semakin mendelik, ia kehabisan napas. Tangannya terus meronta memegang tangan Jonathan dan menariknya.

“Matilah, matilah, hahaha!” seru Jonathan yang kesetanan.

“Jonathan hentikan!” Adam berlari dan menarik tubuh Jonathan membuat Hakam terlepas dan tersungkur ke lantai.

Ia terbatuk-batuk dan kemudian meraup semua oksigen yang ada di sekitarnya. Ia selamat.

“Apa kamu sudah tidak waras?!” Seru Adam memandang wajah iblis Jonathan.

“Biarkan dia mati. Aku ingin dia hilang supaya aku bisa mendapatkan Sarah!”

“Ya tapi jangan dimatikan di sini, Jonathan. Apa kau mau dapat banyak masalah?!” Rudi yang datang bersama Adam tadi ikut memberi pengertian. “Kau bunuh saja di tempat lain!”

Adam dan Rudi adalah dua teman Jonathan. Apapun yang dilakukan Jonathan entah itu salah atau benar keduanya terus mendukung karena mereka selalu mendapat imbalan yang tinggi dari Jonathan.

“Apa maksudmu?”

“Kita bawa dia ke markas, baru kau bisa melakukan apapun padanya di sana, tanpa ada orang lain yang melihat kecuali kita.” Adam memberi saran.

“Kita siksa dia dulu, biar dia mati secara perlahan. Terlalu mudah jika langsung mati.” Tambah Rudi.

Jonathan menyetujui ide kedua temannya. Mereka melihat keadaan lorong yang sepi. Kemudian membawa Hakam keluar kantor. Belum sampai di luar Sarah memergoki mereka.

“Apa yang kalian lakukan padanya?!” Buru-buru ia menghampiri Hakam yang tak berdaya dan hanya pasrah saja.

“Sarah?” Jonathan jatuh ke lantai dengan napas terengah memegangi perut. “Dia memukul perutku dengan sangat keras, sampai aku kesulitan berdiri.” Ia memulai dramanya bagai seorang aktor yang pernah menyabet sebuah gelar.

“Dan kami akan membawanya untuk memberinya pelajaran. Kasihan Jonathan. Tidak melakukan apapun padanya, tapi harus kesakitan karena ditinju suamimu yang hanya OB ini!” Ucap Adam semakin menyudutkan Hakam.

Sarah menjatuhkan tatapannya ke Hakam. Hakam menggeleng kemudian.

“Aku tidak melakukan apapun.” Katanya dengan suara serak.

“Dia bohong. Bisa dilihat CCTV lorong ini jika kamu tidak percaya!” Adam berseru penuh percaya diri. Padahal jika Sarah setuju melihat CCTV, tentu saja dia akan kalah karena kenyataannya Jonathan lah yang melukai Hakam dengan mencekiknya.

“Iya, buka CCTV jika kamu tidak percaya, Sarah. Suami kamu ini sudah sering melukai Jonathan seperti ini tanpa sepengetahuan kamu. Kami selaku teman Jonathan tentu saja tidak terima jika teman kami diperlakukan seperti ini. Luka hati yang kamu berikan pada Jonathan karena menikahi Hakam sejak 3 tahun ini, itu belum pulih. Sekarang malah dianiaya secara fisik. Kejam!” Rudi membantu Jonathan berdiri.

“Biar aku membawa Hakam pergi. Aku sendiri yang akan menghukumnya!” Putus Sarah kemudian membawa Hakam pergi dari hadapan 2 orang itu.

Setelah Sarah dan Hakam tidak terlihat, Jonathan tertawa bersama dua sahabatnya. Bertepuk tangan merayakan keberhasilan mereka memfitnah Hakam di depan Sarah.

“Mari kita ikuti mereka. Ini kesempatan bagi kita untuk semakin menyudutkan Hakam!” Ajak Jonathan.

Kemudian ketiganya menuju mobil Jonathan dan mengikuti mobil Sarah yang sudah melaju lebih dulu.

“Aku tidak melakukan apapun, Sarah!” ucap Jonathan. Ia memandang Sarah yang saat ini sedang mengemudi.

“Ini sudah kesekian kalinya kamu berurusan dengan mereka. Bukankah sudah aku bilang, kamu hanya memiliki status sebagai suamiku supaya Jonathan tidak mendekatiku. Jangan bertindak seenaknya dengan melakukan penganiayaan!”

“Yang ada mereka menganiaya aku, Sarah!”

Sarah memutar bola matanya. Ia tidak percaya dengan yang dikatakan Hakam, karena pernah dia melihat Hakam memukul Jonathan. Padahal saat itu Hakam sedang membela diri. Ia yang dipukul Jonathan lebih dulu. Hanya saja Sarah tidak melihat kejadian secara keseluruhan.

Sampai di rumah, Surya papa Sarah itu melihat wajah marah putrinya. Seketika ia menuding Hakam sebagai penyebab Sarah berwajah marah.

“Apalagi kehebohan yang sudah kamu lakukan pada putriku. Geram sekali aku sama kamu, Hakam. Tidak bisa membuat Sarah nyaman, yang ada kamu selalu membuat semua harinya berantakan!”

“Aku tidak melakukan apapun, Pa. Sungguh!”

“Hallah, mulutmu itu tidak bisa dipercaya. Benalu ya tetap benalu, selalu merepotkan!”

Tak berapa lama mobil yang dikendarai Adam sampai. Mereka bertiga masuk dan mengatakan kalau Hakam memukul Jonathan di bagian perut.

Tentu saja cerita mereka semakin mematik amarah Surya. Ia berseru lantang memaki Hakam hingga istri dan kedua anaknya yang lain yang semula berada di lantai atas berbondong-bondong datang ke ruang tamu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

“Kalau bukan Sarah yang membawamu kemari, sudah sejak dulu aku membuangmu, Pria miskin!” Seru Surya.

“Astaga, Hakam membuat ulah lagi!” Ujar Sari memijat kepalanya yang berdenyut. Ia adalah istri Surya.

“Kenyamanan rumah ini telah hilang sejak dia menginjakkan kakinya di sini.” Sintya, kakak pertama Sarah pun turut memijat kepalanya.

“Lihat, suami pilihan kamu itu. Tidak ada kontribusi membahagiakan keluarga ini, yang ada hanya menyusahkan. Masih mau pelihara dia di sini?” Sella berkacak pinggang di depan Sarah.

“Semua diamlah. Biar aku yang memberinya pelajaran supaya dia tidak membuat keributan lagi!” Sarah menarik tangan Hakam hendak membawanya ke kamar. Tapi ditahan oleh ibunya.

“Pelajaran seperti apa itu? Pasti hanya bicara dan memperingatinya seperti biasa, kan? Percuma, Sarah. Pelajaran itu tidak akan membuatnya jera. Usir dia dari sini!”

“Mamamu benar. Usir dia dari sini. Papa capek memelihara dia yang tidak ada untungnya sama sekali!”

Hakam hanya diam dan tak melakukan apapun. Ini sudah kesekian kalinya dirinya difitnah Jonathan dan berakhir diadili keluarga Surya Ramanda. Mau dijelaskan pun percuma. Dia hanya akan terus menjadi bahan cercaan dan tersangka yang harus diberi hukuman kejam.

“Aku yang membawa Hakam kemari. Jadi biarkan aku yang memberinya hukuman atas kesalahannya. Untuk Jonathan, jika dia sakit dan perlu perawatan, kenapa tidak ke rumah sakit saja, kenapa malah kemari dan ikut membuat panas keadaan keluarga ini?” Sarah melirik sinis pada Jonathan yang saat ini tergagap bingung.

“Yang sopan bicara sama Jonathan!” Sella berseru. “Dibandingkan Hakam, Jonathan lebih segalanya dan lebih pantas jadi suami kamu dan menjadi adik iparku!”

Sarah tak peduli. Ia masuk ke dalam kamar sambil menyeret Hakam.

“Hakam, siapkan semua bajumu. Lebih baik jika kamu pergi dari sini!”

“Sarah?” Hakam membulatkan mata. Ia tak percaya Sarah mengusirnya.

“Kamu dulu pernah menolongku. Kemudian menolongku lagi karena memang aku butuh pertolongan darimu supaya aku tidak diganggu terus sama Jonathan. Aku pun menjadikan mu suamiku dan tinggal di rumah ini dengan kehidupan yang layak. Tapi ternyata aku salah membuat keputusan. Kau terlalu peduli padaku sampai membuatmu susah di rumah ini bahkan di tempat kerja kita.”

Sarah menarik napas dalam.

“Aku melepaskanmu, Hakam. Pergilah dan hiduplah di luar sana dengan layak. Uang hasil kerjamu sebagai OB pasti masih ada, kan? Aku tidak pernah memintanya sebagai nafkah, mestinya masih ada. Pergilah dengan uang itu dan carilah tempat tinggal serta pekerjaan baru!”

“Sarah, aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku mencintai kamu sekarang!”

Keduanya saling menatap dengan tatapan berkaca-kaca.

“Tidak ada kebahagiaan di rumah ini untuk kamu. Pergilah, lanjutkan hidupmu. Dan terima kasih selama ini sudah menolongku!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status