Beranda / Romansa / Mempelai yang Tak Diharapkan / Ternyata masih peduli.

Share

Ternyata masih peduli.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-23 20:52:09
Setelah pembicaraan kemarin Satya jadi murung. Dia mulai tak yakin bisa kembali bersama Tari. Perasaan bersalahnya makin membesar setelah tahu Tari sempat tak menginginkan kehadiran Sabia. Dan itu pasti karena kebencian Tari kepada dirinya.

Seharian Satya melamun, memikirkan langkah apa yang seharusnya dia ambil. Bolehkan egois dan memaksa untuk bersama? Atau hatuskah berbesar hati mengikhlaskan Tari bahagia dengan kehidupannya sendiri?

Semalaman dia tak bisa tidur, bayangan kehilangan Sabia dan Tari menghantuinya setiap kali menutup mata. Jadilah sampai adzan shubuh dia tak sekalipun tertidur. Dan pagi ini dia melamun lagi di teras.

Panggilan Bik Tutik yang sudah ketiga kalinya pun tak membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Mas Satya," panggil Bibi sekali lagi sambil menepuk pundak Satya. Sontak membuat pria itu terkesiap. "Sarapannya sudah siap,"

"Oh iya Bik," jawab Satya, bangun dari duduknya lalu melangkah masuk mengikuti Bik Tutik.

Di meja makan sudah ada Sa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Elsa muthia Handini
tunangan s Rendra KD mata" nya s Rendra jg x y
goodnovel comment avatar
Umisalamah Salamah
hmm, koq aq nething sma Rendra y? aplgi tunangan'y rekan kerja Satya bs ajj kan dia ingin menghancurkan usaha yg sdg d rintis Satya krn msh dendam n menyukai Tari
goodnovel comment avatar
Bertha Tamonob
Ternyata wanita itu tunangan Rendra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ternyata wanita itu

    Dengan sangat terpaksa Satya mempersilahkan dua orang itu ikut masuk ke ruangannya. Duduk di sofa ruang kerjanya. Sedangkan Tari disuruhnya duduk di kursi kerjanya dan dia sendiri berdiri di samping Tari seperti bodyguard. Satya memang sengaja meminta Tari untuk duduk di kursi kerjanya agar tidak berdekatan dengan Rendra. Meski sudah mengetahui Rendra tunangan Erika namun tetap saja, ada rasa kesal jika melihat Tari berdekatan dengan pria yang sudah terang-terangan mengakui akan merebut ibu dari putrinya itu. Apalagi Erika sendiri pernah bercerita jika dirinya tidak mencintai calon suaminya dan ingin mengakhiri pertunangan yang diatur oleh orang tuanya. "Jadi, apa ada yang bisa menjelaskan?" ucap Erika setelah mereka saling diam. "Jujur, aku sangat penasaran." Erika menatap Satya, Tari dan Rendra bergantian. Tapi ketiga orang itu kompak diam. "Baiklah aku mulai dulu. Aku dan Rendra dijodohkan tapi kami sama-sama menolak. Jadi hubungan kami. hanya sebatas teman saja," ungkap Er

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   "Jangan pernah maafkan aku,"

    Di dalam mobil suasana menjadi hening, baik Satya atau Tari sama-sama diam. Sampai mobil memasuki tol dua orang itu masih diam. Sesekali Tari melirik Satya yang memangku Sabia. Pria itu tersenyum sambil memandangi wajah Sabia yang tertidur pulas. Pipi bayi itu terus jadi sasaran kegemasannya, ditoel dan dielusnya. "Emm..." Tari ingin bicara tapi bingung merangkai kata jadinya kembali diam. Wajahnya dibuang ke arah jendela. Menyadari itu, Satya pun membuka mulutnya. "Kenapa ada yang mau ditanyakan?" Satya menoleh. "Katakan saja, jangan selalu menyimpan perasaanmu yang akhirnya menjadikan kita salah faham." Tari mendengus kasar. "Ternyata wanita itu tunangan Pak Rendra. Aku pikir dia..." Tari menggantung kaliamatnya. Pelan dia menoleh, menatap Satya yang juga menatapnya. "Apa kamu menyukai Rendra?" tanya Satya yang membuat Tari tersentak. Matanya mengerjap beberapa kali karena bingung, sampai akhir dia menyadari kesalahannya. "Bukan-bukan... Bukan begitu maksudnya. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   "Luapkan kemarahan dan kebencianmu,"

    "Maaf.... aku ti..." Kalimat Tari terputus. Satya memegang tangannya erat "Tidak, aku tidak mau mendengar kata maaf. Bukankah aku bilang jangan memaafkan aku. Hukum aku Tari, hukum sesukamu tapi jangan memintaku menjauh." Satya tak sanggup mendengar penolakan dari wanita itu. Dengan ragu-ragu Satya mengakat tangan hendak menyentuh pipi Tari. Namun wanita cantik terlihat langsung memejamkan matanya dengan kerutan di keninganya, seperti ketakutan.Traumanya ternyata masih ada dan itu membuat hati Satya seperti teriris, perih sekali. Meski tak yakin Satya melanjutkan niatnya untuk menyentuh wajah cantik di depannya. Perlahan Tari membuka matanya. "Kamu takut?" ucapnya dengan air mata yang berderai. Sakit sekali hatinya menyadari orang yang dicintai takut pada dirinya. Entah kerasukan setan apa sampai Satya tega memukul wanita baik-baik seperti Tari. Dulu Hatinya pasti buta sampai menuduh gadis lugu dan suci itu jala*n dan pelakor. Melihat tangis Satya Tari pun ikut menangis.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Cemburu

    Sebelum melanjutkan perjalanan Tari meminta untuk mampir ke apotik sebentar. Saat Satya ingin ikut turun Tari melarang. "Cuma sebentar, tunggu di mobil saja sama Sabia." Satya menurut, meski begitu dari dalam mobil matanya terus mengawasi setiap gerakan Tari di dalam toko yang bagian depannya bertembok kaca. Hanya beberapa menit dan Tari sudah kembali dan mobil kembali melaju di jalanan. Tari mencuri pandang ke Satya terus menerus sampai membuat Satya bingung. "Ada apa?" tanya Satya. "Aku obatin," katanya ragu-ragu sambil menunjukkan obat yang tadi dibelinya. Sebuah senyum langsung menghiasi.wajah Satya. "Iya," jawabnya lalu memajukan wajahnya. Dengan pelan Tari mengoleskan salep ke wajah Satya yang terdapat luka goresan memanjang bekas kukunya. Tak hanya satu, ada tiga goresan. Satu di atas hidung dan dua di pipi kanan. Lalu pipi kiri Satya terlihat merah agak kebiruan, jika diperhatikan seperti bentuk jari tangan. Beruntung bentuknya tidak terlalu jelas karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Sikap bucin Abisatya.

    "Nanti kalau ketemu Jihan kamu pura-pura kita lagi marahan. Kamu kesal sama aku," ucap Satya. Saat ini, Satya, Tari dan Ganendra berada dalam satu mobil yang melaju menuju rumah Jihan. "Kenapa?" tanya Tari sambil memegangi putrinya yang asyik melihat keluar jendela. "Ya supaya kita punya alasan untuk menginap di rumah Jihan," jawab Satya dari bangku depan. Tangannya sibuk diatas layar ponselnya. Dery, sang asisten mengirimkan banyak email tentang pekerjaan yang harus dia periksa. "Tanpa berbohong aku bisa menginap di rumah Jihan." "Terus aku sama Ganendra bagaimana?" tanya Satya menoleh sebentar. "Hanya ini caranya sapaya aku punya alasan untuk meminta izin menginap." Dari balik kemudi Genendra hanya menyimak saja penting dua orang itu. Dia sudah kehabisan cara jadi kali ini akan coba mengikuti rencana Satya. "Nggak, aku nggak mau berbohong sama Jihan." Tari menolak, dia tak mau ikut campur rencana yang dibuat kakanya dengan Satya. "Kok gitu?" Satya menengok

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Isi hati Bestari yang sebenarnya.

    Bersama ayahnya Jihan, Satya dan Ganendra sholat berjamaah di mushola ujung gang. Setelah berbagai rayuan dan bujukan akhirnya Satya bisa mendapatkan izin untuk menginap di ruanh Jihan. Awalnya Jihan hanya mengizinkan Satya yang menginap tapi dengan alasan Ganendra tidak enak badan Jihan pun luluh. "Sejak di perjalanan Ganendra muntah terus. Mungkin asam lambungnya naik, dia juga mengeluh ulu hatiny sakit." Satya berbohong. "Tolonglah, aku tidak mungkin membiarkannya balik ke Jakarta sedirian. Kalau sampai kecelakaan atau bahkan me...." "Ok... silahkan menginap," kata Jihan terpaksa. Seperti yang dikatakan Tari, kakaknya dna Satya adalah dua orang yang memiliki kepribadian hampir sama, sombong dan menghalalkan segala cara untuk mendapat keinginannya. "Kita ngobrol di sini dulu, sambil nunggu makan malam disiapkan." Ayah Jihan mengajak dua pria itu susuk di teras rumah. Menikmati langit yang dipenuhi bintang sambil berbincang-bincang. Membahas banyak hal, tentang duni

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Perkelahian.

    "Astaghfirullah...." pekik Tari saat sampai di teras rumah. Di halaman nampak Ganendra dipegangi ayah Jihan dan Satya berdiri dengan tangan mengepal, sedang di tanah seorang pria tersungkur dengan wajah lebam dan dan darah di bagian mulutnya. "Ya Alloh....," Jihan ikut menjerit lalu segera menarik lengan Ganendra yang sedang dipegangi oleh ayahnya. "Kak Satya sama Kak Ganendra ngapain?" tanya Tari dengan mata melotot. "Tari," panggil Sandra melangkah mendekati Rendra. "Mereka berdua mengeroyok Pak Rendra sampai babak belur," adunya sambil menuding Satya dan Ganendra. "Astagfirulloh...." Karea kasihan Tari melangkah mendekati Sandra yang sedang membantu Rendra. Namun saat melewati Satya lengannya langsung ditahan. "Jangan kesana!"ucap Setya tegas. Tak mau membantah, Tari pun menghentikan langkahnya dan kembali mundur ke belakang tubuh Satya. "Sandra, buka matamu. Bajing*n itu hanya ingin manfaatkan kamu saja. Jadi, jangan tertipu dengan mulut manisnya," ucap Ganendra

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Keras kepala Sandra.

    "Lihat apa yang sudah kamu lakukan?" ujar Alfa menatap mata tajam Sandra yang hanya menunduk. "Hampir saja kamu membuat aku dan Satya berkelahi." Bagaimana tidak, saking inginnya kabur menyusul Rendra yang dibawa ke klinik Sandra membuat Tari jatuh dan mengalami luka di kepalanya karena terbentur tangga teras. Satya yang melihat darah mengucur dari kening Tari langsung terbawa emosi sampai mengangkat tangan hampir memukul Sandra. Beruntung Ganendra dengan sigap menangkis tangan Satya sehingga pukulan itu tak sampai mengenai Sandra. "Emang sehebat apa pria itu sampai membuatmu menyakiti saudaramu sendiri?" omel Alfa lagi. "Berapa lama kamu mengenalnya? Lebih lama dari persaudaraan kamu dan Tari?" Alfa pria yang cuek dan jarang bicara namun sekalinya marah dia bisa berjam-jam memberi kuliah gratis pada adiknya itu. Seperti saat ini, ini sudah jam 12 malam tapi Alfa masih belum puas memarahi adiknya. Sudah tiga kali Ganendra menegur dan menyuruh mengakhiri kuliah dadakann

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Sah?" ucap penghulu setelah selesai0 Guntur mengucapkan janji suci atas nama Anindya dengan menjabat tangan Farhan, ayah kandung dari wanita yang saat ini sedang menunggu di ruang tunggu pengantin dengan jantung berdegup kencang. Hanya dengan satu tarikan nafas, lafadz itu berhasil Guntur ucapkan tanpa kesalahan, meski disertai rasa gugup dan detak jantung yang tak beraturan. Ac ruangan seolah tak bisa mendinginkan tubuhnya entah kenapa mengeluarkan keringan sebesar biji jagung dari kedua pelipisnya. "Sah," seru Ibra dan seorang pria dari pihak keluarga mempelai laki-laki. Guntur memejamkan matanya sembari menghela nafas panjang, berusaha menetralkan degup jantungnya yang sudah seperti genderang perang. "Alhamdulillah....." ucapnya yang entah kenapa berbarengan dengan Anindya yang ada di ruang tunggu. Gadis itu menakupkan kedua telapak tangannya saat lantunan do'a terdengar. Tak hanya kedua mempelai yang merasa terharu hampir semua yang hadir di ruangan private wedding itu

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Banyak hal dalam hidup Guntur yang sudah kau ambil. Apa otak cerdasmu itu tidak mampu menghitungnya?" "Memangnya apa yang sudah aku ambil, Pa? Tolong jelaskan aku benar-benar tidak faham," tanya Gibran berusaha sopan meski ada rasa tidak terima bergemuruh di dalam dadanya. Selama hidupnya, Gibran tidak pernah mengusik Guntur. Apapun yang dilakukan kakaknya itu Gibran tak pernah sekalipun ikut campur. Jangankan melarang, memprotes saja tidak. Sebaliknya, Guntur yang selalu ikut campur urusan Gibran. "Kenapa Papa diam? Ayo jelaskan," pinta Gibran tak sabar. Ario, mendesah berat. Ada rasa enggan untuk membahas apa yang sudah berlalu. Ibarat membuka luka lama. Namun, putra keduanya itu harus tahu sebesar apa pengorbanan Guntur untuk dirinya. Ario menghela nafas panjang sebelum bicara. "Apakah hatimu sedingin itu sampai tak bisa melihat betapa besar pengorbanan kakakmu itu?" "Maksudnya apa? Tolong bicara yang jelas," ujar Gibran tak sabar. Ario pun tak lagi segan. "Hal

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Kudengar kamu menemui wanita itu?" tanya Ario pada Gibran saat makan malam. Hari ini Gibran pulang lebih awal dari biasanya. Tentu karena permintaan sang papa. Katanya ada yang perlu dibicarakan. Meski enggan Gibran menuruti permintaan papanya itu. Gibran mengangkat wajahnya memandang Ario sedang menatapnya sembari mengunyah makanan di mulutnya. "Hemm," jawab Gibran singkat, lalu kembali menunduk fokus dengan makanannya. "Untuk apa wanita itu menemuimu?" tanya Ario lagi. Gibran mendesah berat, mereka sedang makan malam bersama setelah beberapa waktu tidak ada waktu untuk berkumpul seperti ini. Diliriknya Gia yang terlihat menghentikan gerak tangannya. Gadis itu juga nampak menahan tak senang. Dalam hati Gibran merutuki sikap papanya yang tidak tahu tempat. Tidak pernah bisa mencari waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu yang tentu saja sangat sensitif untuk dibahas di rumah mereka. Saat ini mereka sedang makan malam bersama, meski masalah itu penting setidakny

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part.

    "Coba tebak kenapa aku tidak menolak?" tanya balik Atika. Sebuah ekspresi yang sulit Gibran baca. Satu alis Gibran terangkat. Matanya berusaha membaca ekspresi wajah Atika. Dari sorot mata wanita itu tersirat luka dan kekecewaan yang mendalam. Tatapan itu juga menyimpan dendam yang amat sangat. Entah itu pada keluarga Gibran atau malah pada Gibran sendiri. "Coba tebak," ujar Atika mengangkat dagunya. Gibran mendesah berat. "Sayangnya saya tidak suka main tebak-tebakan," katanya enggan. Pria itu tidak mau menunjukkan rasa penasarannya. Tidak ingin memberi kesempatan untuk Atika kembali mempermainkan rasa ibanya. Kalaupun Atika tidak mau bercerita, Gibran masih punya banyak sumber informasi lain yang bisa dia tanyai. Sadar umpannya tak mengenai sasaran, Atika menghela nafas panjang. Meski begitu wanita itu tak putus asa. Jika kali ini tidak berhasil dia akan mencari cara lain. Gibran adalah putra yang dibesarkannya dari bayi sampai dewasa, tentu saja dirinya tahu aoay ya

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Pagi ini Gibran kembali menerima pesan dari Atika. Mantan ibu tirinya itu memberi kabar, jika dirinya sudah sampai di Indonesia sejak kemarin malam. Dan siang ini wanita itu meminta waktu untuk bertemu. Meski enggan tapi pria itu tak sampai hati menolak permintaan wanita yang dulu pernah amat sangat disayanginya. Di sela-sela kesibukannya, putra kedua keluarga Wiratama itu menyempatkan datang ke sebuah resto di pusat kota, tempat yang dipilih Atika untuk menunggu pria itu. Pukul satu lebih Gibran baru sampai di resto bergaya Italia itu. Satu jam lebih lambat dari permintaan Atika. Sebuah meeting dadakan yang cukup penting tidak mungkin diakhirinya demi menemui wanita yang sudah menipunya puluhan tahun. Gibran melangkah masuk dengan diikuti Andi, asisten setianya. Dia sudah tidak berharap Atika masih menunggu, kalaupun wanita itu sudah pergi tapi setidaknya dirinya dan sang asisten harus makan siang. Tapi ternyata Gibran salah, wanita berwajah kalem itu masih duduk tenan

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    "Dua tahun aku mengalah. Menahan diri untuk memperjuangkan rasaku padanya demi untuk memberimu kesempatan untuk memperjuangkan cintamu. Tapi apa, kamu hanya diam di tempat. Kamu membiarkan di sana dia sendiri bersama lukanya. Apakah itu yang kamu sebut cinta?" "Aku menunggunya untuk..... untuk...." Mendadak otak Gibran kosong. Tak ada kata yang tepat untuk membenarkan sikapnya yang hanya diam saja selama dua tahun ini. Guntur mendesah berat, ada rasa iba melihat adiknya kembali kehilangan orang yang dicintainya, namun dirinya juga tidak ingin melepaskan cinta yang sudah diperjuangkannya dengan mempertaruhkan harga dirinya juga kedudukan sebagai CEO pun dilepasnya demi Anindya. "Dia tidak terluka karena kamu. Harusnya kamu masih bisa mendekatinya sebagai teman. Menemaninya mengobati luka hatinya," kata Guntur lagi. "Aku pikir dengan memberinya waktu adalah cara terbaik untuk menyembuhkan lukanya. Bukankah waktu adalah obat terbaik?" Gibran menatap lekat Guntur. "Salah, wa

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Gibran sampai rumah pukul delapan pagi setelah menggunakan penerbangan pertama dini hari dari bandara Juanda Surabaya. Semalaman Gibran ditemani Andi menjelajahi kota yang terkenal dengan kota pahlawan itu. Untuk mengalahkan rasa sakit hatinya pria dingin itu menyewa tour guide lewat onlin untuk mengantarkan mereka mencari tempat makan unik dan kuliner khas kota itu di malam hari. Dari Bandara mobil yang di kendarai oleh Andi berhenti di halaman rumah mewah keluarga Wiratama. "Kamu bawa saja mobilnya. Pagi ini kamu tidak perlu ke kantor. Suruh Cika menghandle semuanya," ucap Gibran begitu mobil berhenti. "Baik Pak," "Jangan lupa siang nanti kita ada meeting, kamu jemput saya." Tambahnya sebelum turun. Dengan langkah lebar Gibran memasuki rumah yang sudah dua tahun ini terasa sangat sepi. Apalagi saat pagi. Ario, sang papa pasti sibuk di kantor dan Anggia, adik bungsunya sepengetahuannya masih menghabiskan waktu libur kuliahnya di Surabaya.Atika sang Mama, yang dulu

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part

    Sudah satu jam Gibran duduk termenung di salah satu kursi tunggu di bandara Juanda Surabaya. kepalanya menunduk menatap ujung sepatunya dengan tangan saling bertautan kuat. Berusaha menahan rasa pilu dari luka yang kini menganga di hatinya. Suara lembut Anindya beberapa jam yang lalu masih terus terngiang-ngiang di otaknya. "Iya, aku menerimanya. Dua minggu lagi kami akan menikah." Seperti di gempur tsunami dari samudera, ucapan Anindya seketika memporak-porandakan hatinya sampai hancur berkeping-keping. Bagaimana hatinya tidak terluka, wanita yabg dia cintai akan menikahi kakak kandungnya. Dirinya saja bekum bisa merelakan perpisahan mereka dan hanya kurang dari empat belas hari cintanya itu akan jadi kakak iparnya. Tidak adakah pria lain yang bida dicintai Anindya selain Guntur? Tidak bisakah gadis itu memikirkan perasaannya? Entah sudah berapa kali desahan berat keluar dari bibir tipisnya. Sesak itu benar-benar terasa menyesakkan dadanya hingga membuat pria yang

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Extra part .

    Anindya jadi kesal sendiri jika teringat kejadian lamaran kemarin. Ternyata semua sudah direncanakan oleh Guntur. Natalie dan semua keluarga mereka sengaja diminta pria itu untuk mengikuti skenario yang dibuat olehnya. Entah apa yang sudah dilakukan oleh Guntur sampai bisa meluluhkan hati Farhan dan Satya sampai-sampai dua pria keras kepala itu setuju membantu Guntur untuk mendapatkan Anindya meski dengan jalan menipu gadis itu. Satu bulan sebelum hari H berbagai persiapan sudah mulai dilakukan oleh kedua belah keluarga. K3dua mempelai hanya bisa pasrah karena kesibukan pekerjaan dan kuliah. Jadilah seluruh persiapan diambil alih oleh pihak keluarga. Dari keluarga Anindya tentu saja Aisyah dan Tari yang pegang kendali. Mertua dan menantu itu sangat bersemangat dalam mengurus segala keperluan untuk pernikahan Anindya dan Guntur. Saking sibuknya sampai membuat Satya sempat marah karena takut membahayakan kondisi Tari yang sedang hamil anak kedua mereka. "Serahkan pada EO aja.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status