Share

Keluar dari rumah.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2024-08-14 09:24:07
"Selangkah kamu keluar dari rumah ini, jangan pernah kembali." Suara Kak Satya lantang.

Aku menghentikan langkahku, menarik nafas panjang lalu menoleh pada sang pria. Sebuah senyum sinis muncul di bibirnya.

"Aku tidak akan kembali. Terima kasih untuk semuanya. Hutangku sudah kubayar lunas hari ini. Selamat tinggal."

Senyum sini itu langsung lenyap. Mimik wajah Kak Satya langsung berubah garang. Tapi aku tak peduli. Gegas aku berbalik.

Dengan penuh keyakinan aku berjalan keluar dari rumah yang selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalku. Tempat singgah sementara yang hanya dipenuhi dengan pertengkaran.

Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak luruh namun begitu mobil berjalan keluar melewati pagar rumah cairan bening itu meluruh tanpa bisa dicegah.

Tak bisa bohong, hatiku sakit. Rasa kecewa itu begitu besar. Aku tak menyangka Kak Satya tega menamparku demi membela kekasihnya. Bagaimanapun aku adalah istrinya meski hanya diatas kertas. Tapi, dia sudah melafalk
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (79)
goodnovel comment avatar
Ani Sumarnings
ternyata sama sj pake kunci2an
goodnovel comment avatar
Ari Yanti
bagus krn iklan jadi nggak mood baca
goodnovel comment avatar
Endang Susilowati
bagus tp buka2 kunci bikin bacanya kelamaan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ketahuan.

    Pov Author. Pagi ini Ganendra mendapat pesan dari Jihan, teman dekat sang adik. Memintanya untuk bertemu di depan kampusnya. Sempat merasa bingung namun rasa penasaran membuat pria berwajah tampan itu menyisihkan waktunya untuk menemui teman adiknya itu. Dan feeling-nya benar. Gadis itu tak mungkin iseng ingin bertemu dengannya. Pasti ada sesuatu yang penting sampai gadis yang ia tahu pendiam dan pemalu itu berani mengirim pesan padanya. Tepat pukul 10 pagi Ganendra menghentikan mobilnya beberapa meter dari gerbang kampus dimana Jihan sudah menunggunya. Lima menit sudah mereka berbicara di dalam mobil dan ekspresi Ganendra yang tadinya santai berubah penuh amarah. Ganendra mencengkeram kuat stir mobil. Darahnya serasa mendidih mendengar cerita yang mengalir lancar dari bibir Jihan. Sahabat Bestari itu menceritakan kebenaran tentang rumah tangga adiknya yang selama ini ternyata penuh dengan kebohongan. Abisatya Putra Aditama yang dia kira ikhlas menerima perjodohan ternya

    Last Updated : 2024-08-14
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Jujur.

    "Apa kamu sudah kehilangan otakmu karena cinta? Sampai rela dipukul dan dihina?" Ganendra menatap tajam adiknya itu. Tahu salah, Bestari pun menundukkan kepalanya. "Kenapa kamu menyembunyikannya?" tanya Ganendra geram. Tak tega, pria itu mengalihkan pandangannya ke arah jalanan di depannya. Sedang Bestari tetap menunduk dengan mulut tertutup rapat. "Sampai kapan? Sampai kamu kehilangan nyawamu? Barulah kami tahu?" Sontak Bestari menatap sang kakak. Tak menyangka sebesar itu prasangka buruknya pada Satya. "Kak Satya tidak sejahat itu," bantahnya. Ganendra terkekeh, "Ternyata cinta sudah benar-benar mengosongkan isi otakmu," Ganendra menata adiknya miris. "Lihat dirimu sekarang!!" sentaknya dan langsung membuat Bestari berjingkat kaget. Seumur hidupnya sekalipun Ganendra tidak pernah memarahinya, ada apalagi membentak. Dan ini kali pertama Bestari dibentak kakak kandungnya itu. Tak urung membuat gadis itu meneteskan air matanya. Tak berhenti, Ganendra terus member

    Last Updated : 2024-08-17
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Amarah Ganendra.

    "Pacar siapa? Tolong ulangi," tanya Ganendra dengan ekspresi geram yang membuat Rendra menatap Bestari. "Ah... dia Kakak saya, Pak." Bestari merangkul lengan kakaknya sambil mencubit, berusaha menahan kakaknya untuk tidak berbicara. Namun sayangnya, Ganendra tak menggubris kode yang diberikan adiknya. Pria itu kembali mengutarakan rasa penasaran di hatinya lewat pertanyaan yang sama. "Kalau tidak salah dengar, tadi Anda bilang Satya punya pacar?" "Iya," jawab Rendra menaikan satu alisnya. "Siapa?." "Maaf Pak, kakaknya saya ini temannya Pak Satya, jadi sedikit kepo." Bestari menyela ucapkan kakaknya. "Sepertinya kami harus pergi, permisi." Dengan memaksa Bestari menarik lengan kakaknya pergi. "Plis....." Mohonnya memelas. Ganendra pun terpaksa Ganendra mengikuti adiknya untuk pergi. Melihat sikap Bestari yang seperti menyembunyikan sesuatu membuat Rendra merasa curiga.Tidak biasanya mahasiswinya itu bersikap canggung dan gugup seperti itu. Dan ada apa terjadi dengan wa

    Last Updated : 2024-08-17
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Pulang ke rumah.

    Sudah seminggu sejak kepergian Bestari dari rumah Satya dan kini Gadis itu sudah pulang kembali ke rumah orang tuanya. Tentu saja dengan alasan rindu pada mamanya. Dengan kondisi jantung Farah yang kadang tidak stabil, menjadi pertimbangan Ganendra untuk merahasiakan dulu rencana pembatalan pernikahan Bestari dan Satya. Ganendra tidak memutuskan sendiri, beberapa hari sebelumnya dia sudah memberitahu papanya. Ibra Khasif Rahardian, sangat kecewa namun tak bisa melampiaskan amarahnya. Pria itu hanya diam dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Hutang budi dan persaudaraan menjadi alasannya. "Jangan lakukan apapun, cukup urus surat pembatalan pernikahan." Setelah mendengar jika putri dan menantunya tidur dikamar terpisah, Ibra pun memutuskan untuk mengambil jalan pembatalan pernikahan ketimbang perceraian. Status putrinya yang dipikirkannya. "Tapi yang dia lakukan pada Tari sudah melewati batas. Aku tidak bisa menerimanya, Pa." "Dia brengs*k tapi kita harus punya et

    Last Updated : 2024-08-18
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Sebuah rahasia.

    "Ini yang cerita Andika," Bestari mengangguk, tahu Andika saudara sepupu Danisa yang dekat sama Sandra. Saling suka tapi belum jadian juga. "Dia bilang sebelum kecelakaan Danisa mengaku sempat bertemu kamu di rumah Tante Aisyah Di sana Tante Aisyah memuji-muji kamu dan mengatakan jika kamu adalah menantu pilihannya untuk Satya. Tante Aisyah sengaja melakukan itu untuk membuat Clarisa cemburu. Padahal saat itu kata Danisa Satya dan Clarisa sedang menjalin hubungan." Iya, Bestari ingat kejadian itu. Tapi kenapa sedikit berbeda dengan cerita Sandra. "Mendengar ucapan Tante Aisyah Clarisa marah. Apalagi Satya tidak membelanya, jadinya Clarisa langsung pergi bersama Danisa. Tapi, bukannya pulang karena kesal dan marah Clarisa malah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju pusat kota. Tapi di perempatan jalan mobil lepas kendali dan menabrak truk. Karena kecelakaan itu Clarisa meninggal." Mendadak tubuh Bestari lemas, terhempas ke belakang dan menyandar pada pinggiran

    Last Updated : 2024-08-18
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Ancaman Aisyah.

    Dengan menahan amarah Aisyah menunggu putra sulungnya tiba. Sudah lebih dari tiga puluh menit namun Satya yang katanya sudah di jalan nyatanya belum sampai juga. Di dalam ruang tamu Aisyah mondar-mandir sambil melampiaskan kegelisahannya pada ponsel yang digenggamnya erat. Sepuluh menit yang lalu wanita yang masih terlihat awet muda itu menghubungi suaminya, menceritakan tentang surat panggilan dari pengadilan agama untuk putra mereka. Ingin menenangkan, sang suami pun memintanya menahan emosi dan mengkonfirmasi lebih dulu pada Satya, siapa yang mengajukan gugatan itu ke pengadilan agama. Aisyah langsung menoleh saat terdengar pintu pagar terbuka. Dari dalam ruang tamu terlihat Satya berjalan cepat masuk ke dalam rumah. "Mama?" pekik Satya kaget untuk beberapa saat namun setelah berusaha bersikap tenang. "Kenapa Mama di sini?" tanyanya lagi lalu mengarahkan pandangannya pada Bik Sumi yang berdiri di belakang sofa. Bukankah tadi pembantunya itu bilang Ganendra yang datan

    Last Updated : 2024-08-19
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Cemburu

    Setelah berpikir semalaman, pagi ini Satya memutuskan untuk menemui Bestari di kampus. Kebetulan pagi ini dirinya juga ada jadwal mengajar. "Pagi Pak," sapa beberapa mahasiswi yang lewat di depan Satya. Setengah tujuh pagi Satya sudah berangkat ke kampus. Semalam Satya sudah mengirim pesan ke nomor Bestari tapi centang satu. Sepertinya nomornya sudah diblokir. Karena itu pagi ini Satya berdiri di lobi gedung management, niatnya untuk menunggu Bestari dan memintanya datang ke ruangannya setalah jam pelajaran pertama. Setelah setengah jam menunggu akhirnya gadis itu pun muncul. Dari kejauhan terlihat Bestari sedang berbicara sambil tersenyum malu-malu dengan seseorang yang berjalan di sampingnya. Entah siapa dia? Seseorang itu wajahnya tertutup mahasiswa yang berjalan di depannya. Mata Satya menajam dengan alis menukik saat dua orang itu mulai menapaki tangga teras gedung. 'Rendra,' sebutnya dalam hati. Dalam pandangan Satya dua orang itu seperti dua sejoli yang sed

    Last Updated : 2024-08-19
  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Terenggut dengan paksa.

    "Melihat respon Mama Farah, aku yakin beliau belum tahu tentang masalah kita." Satya tersenyum puas saat melihat wajah panik Bestari. "Lihat, ekspresi wajahmu tidak bisa berbohong. Waktumu lima menit. Bersiaplah, aku akan meminta izin Mama Farah." Satya berjalan menyusul Mama Farah ke halaman samping. Tak punya pilihan, Bestari pun naik ke kamarnya di lantai atas untuk menaruh buku kuliahnya juga berganti pakaian. Setelahnya ia pun turun dan Satya sudah menunggu bersama Mamanya. "Kalau kamu pergi ke luar kota, tolong antar Bestari kesini. Mama tau kalian butuh waktu untuk saling menerima tapi, bagaimana pun sekarang Bestari itu tanggung jawabmu. Jadi, tolong jaga dia baik-baik," ucap Farah saat Satya hendak mencium tangannya untuk berpamitan. "Tolong maklumi jika Tari terlalu manja. Karena di sini dia sangat dicintai." Sambungnya dengan tatapan sendu. Mendengar ucapan Farah, hati Satya merasa tersentuh. Ada debaran aneh di dadanya. Sedangkan Bestari segera membuang muka u

    Last Updated : 2024-08-20

Latest chapter

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Tamat.

    "Aku ingin waduk dan jembatan gantungnya jadi background utamanya. Tetap fokus pada modelnya tapi perlihatkan keindahan waduk dan langitnya." Seorang wanita cantik sedang memberi arahan pada dua orang pria yang memegang kamera. "Ok," jawab sang fotografer mengacungkan jempolnya. Di sisi yang lain kameramen juga mengacungkan jempolnya. "Siap, Nin!" Wanita dengan kemeja putih dan celana jeans itu pun mengangguk lalu melangkah mundur, membiarkan rekan-rekannya mulai bekerja. Bola mata berwarna coklat itu mengamati setiap pergerakan orang-orang di depan sana. Sesekali matanya indah itu menyipit dengan bibir mengerucut, saat adegan didepannya menurutnya kurang pas. Wanita berambut panjang itu berulang kali menyelipkan anak rambutnya yang tertiup angin tanpa sedikitpun mengalihkan fokusnya mencatat dalam otaknya mana adegan dan eagle mana yang perlu diedit. Wanita itu mendesah lega saat terdengar suara salah satu rekan kerjanya. "Cut," ucap pria bernama Andre, sambil membawa

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   "Hatiku masih sangat lemah Mbak

    "Wah..... bagus banget rumahnya," seru Anindya begitu keluar dari mobil. Matanya langsung disambut oleh pemandangan rumah dengan desain modern farmhouse American yang membuatnya tan henti-hentinya berdecak kagum. Ini kali pertama dirinya datang ke rumah kakak iparnya itu. "Semoga kamu betah di sini ya," ucap Tari sambil menggendong Sabia yang terlelap. Sementara Satya mengeluarkan koper dan tas mereka yang ada di dalam bagasi mobil. "Pasti, aku pasti akan betah." Anindya mengurai senyum lebar. "Ingat jangan kecewakan Tari," ujar Satya setelah meletakkan koper dan tas di di teras rumah yang langsung di ambil alih bibi dan pak sopir. "InsyaAllah, aku tidak akan mengecewakan semua orang lagi." Entah sudah ke berapa kalinya kalimat itu Anindya. Sejak kemarin kakak laki-lakinya juga kedua orang tuanya terus mengingatkannya sehingga membuatnya harus mengulangi janjinya. "Sudah gak usah di dengerin," bisik Tari menggamit lengannya. "Ayo masuk," ajaknya mengajak adik ipar

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Keputusan

    "Maaf saya tidak bisa melanjutkan pernikahan dengan Mas Gibran. Dari awal pernikahan niat kami berbeda dan tidak mungkin akan bisa satu arah. Bertahan hanya akan membuat kami saling menyakiti," ucap Anindya di depan keluarganya dan keluarga Gibran. Gadis itu berbicara dengan tenang dan penuh percaya diri. Tak ada sedikit pun rasa gugup dan takut yang terlihat di wajah ayunya meski semua orang menatap kearahnya dengan berbagai reaksi. Gibran terkesiap, wajah tampannya nampak kaget dan kecewa. Matanya menatap lekat wanita yang masih berstatus istrinya itu dengan bibir bergetar. "Tidak bisakah kamu pikirkan lagi? Pernikahan kita belum juga satu tahun, masih ada waktu untuk memperbaiki niat dan tujuan kita," kata Gibran dengan mimik memelas. Anindya bergeming. Hatinya sudah sangat yakin untuk mengakhiri pernikahannya dengan Gibran. Baginya mempertahankan pernikahan tanpa cinta itu hal yang paling bod*h untuk dilakukan karena pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang memb

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Pada akhirnya kamu akan mengikhlaskannya.

    "Astaga.. Anin.. Berapa kali lagi, Mbak harus jelaskan? Gak separah itu sayang," keluh Tari merasa frustasi. "Jangan bohong lagi, Mbak. Kemarin Mbak bilang semuanya baik-baik saja, semua gosip dan rumor itu sudah diseleaikan oleh Kak Ganendra. Tapi ternyata apa? Mbak bohong," bantah Anindya tak kalah frustasi. "Sekarang Mbak harus jujur apa saja dampak dari rumor itu? Aku yakin tidak sesederhana itu, Danisa pasti punya alasan besar kenapa memintaku menyebarkan rumor itu. " Belum puas dengan penjelasan Tari di kafe, sampai rumah Anindya langsung memberondong kakak iparnya itu dengan banyak Sekali pertanyaan. Tari menghela nafas panjang. "Anin, kami semua tahu itu bukan salahmu. Kamu dalam pengaruh dan ancaman Danisa. Tidak ada yang menyalahkan kamu, jadi berhenti merasa bersalah," Anindya terdiam ucapan Tari tak membuatnya tenang. Tiba dia teringat sesuatu. "Om Ibra pasti sangat marah kan Mbak, itu sebabnya Om Ibra dan Kak Ganendra juga Jihan tak pernah datang menjengukku?

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Bangkit.

    Pagi ini setelah sarapan pagi Tari akan menemani Anindya ke kampusnya. Setelah sebulan lebih menenangkan diri kini Anindya sudah bersiap untuk menata kembali hidupnya yang sempat kacau karena balas dendam Hal pertama yang Anindya sudah lakukan adalah mengikhlaskan segalanya dan memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya. Selanjutnya gadis 20 tahuan itu akan kembali fokus pada tujuan dan cita-citanya. "Kalian mau Papa antar?" tanya Farhan setelah menyelesaikan sarapannya pagi ini. "Nggak usah Pa, kampus sama kantor kan berlawanan arah. Aku sama Mbak Tari diantar sopir," tolak Anindya tak ingin merepotkan papanya. "Jangan khawatir Pa, ada Pak Johan yang ikut dengan kita. Kalau gak salah Papa ada meeting penting kan pagi ini?" Tari ikut menimpali, teringat telpon dari Satya semalam untuk menyampaikan kepada Farhan tentang meeting penting pagi ini. "Iya, Papa ada meeting penting pagi ini dengan Ibra dan Ganendra dan perwakilan pemegang saham lainnya," jawab Fa

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   "Mulai sekarang jadilah Anindya yang baru."

    "Aku tahu, tidak seharusnya aku membawa orang lain dalam masalah kita. Tapi, kenyataan Tari sudah terseret dalam masalah kita. Dan jika kita bercerai sekarang, maka rumor itu akan muncul kembali. Tari akan jadi pihak bersalah yang akan terus dihujat. Jadi, kumohon pikirkanlah." Sejak semalam ucapan Gibran terus terngiang di telinga dan pikiran Anindya. Sama seperti pagi ini, kalimat itu membuat hatinya resah dan tak tenang. Rasa bersalah semakin menggunung dihatinya. Sholat dan dzikir sedikit memenangkan hatinya shubuh tadi. Namun pagi ini gelisah itu kembali merajai hatinya. Helaan nafas terdengar berat dari mulut gadis yang saat ini sedang melipat kedua kakinya diatas sofa kamar dengan tatapan keluar jendela. Bola mata berwarna kecoklatan itu menatap sendu langit pagi yang tertutup mendung seperti hatinya yang sedang gundah. Sejak semalam hujan mengguyur kota metropolitan itu dengan begitu derasnya. Dan pagi ini hawa dingin menyelimuti seluruh kota sampai terasa ke hatinya.

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Permintaan Gibran

    Sudah sebulan ini keluarga Rahardian menjadi topik utama pemberitaan di semua acara berita di televisi nasional maupun portal berita online. Hampir semua infotainment memberitakan tentang rumor hubungan gelap antara Tari dan Gibran karena beredarnya foto-foto mereka saat masuk ke sebuah hotel ketika menemui Anindya. Gambar dan judul berita yang menggiring opini jika rumah tangga Anindya Aditama dan Gibran Narendra Wiratama sedang terguncang dan sedang dalam proses perceraian karena kehadiran Bestari Ayu Rahardian sebagai orang ketiga. Selain menyeret nama Rahardian, salah satu keluarga terkaya di negara ini, gosip itu juga membawa-bawa nama salah satu keluarga keturunan kerajaan di jawa yang membuat rumor itu sedikit sulit diredam dan semakin meluas. Beberapa pihak memanfaatkan berita itu untuk mendapatkan keuntungan dengan mencari antusias netizen yang selalu haus akan berita dan rasa keingintahuan yang tinggi. Jadilah berita itu terus bergulir dan sempat membuat nilai sa

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   "Kau harus menebus semua kesalahanmu dengan nyawamu."

    "Membun*hmu," ucap Anindya dengan mengacungkan pist*l yang dibawanya tepat di kening Danisa. Sekektika tubuh Danisa membeku, matanya melebar dengan degup jantung berdentum kencang. "Yakin mau membun*hku?" ujarnya berusaha untuk tenang. "Katakan, mereka dulu atau kamu?" tanya Anindya yang langsung membuat dua orang kawan Danisa seketika panik. Dengan menahan sakit dua orang itu pun berusaha untuk bangun. "Diam atau satu peluru akan lepas dari tempatnya," ujar Anindya seraya mundur dua langkah memastikan ketiga targetnya dalam pengawasannya. "Kamu tidak akan bisa melakukannya. Kamu mencintaiku begitu juga aku. Kita terikat satu sama lain," ucap Danisa berusaha mempengaruhi pikiran Anindya. "Kamu tidak boleh lupa saat-saat kita bersama. Kita melakukan banyak hal untuk pertama kalinya. Akulah satu-satunya orang yang selalu memprioritaskan kamu. Aku yang selalu menuruti keinginanmu." Danisa berusaha membawa Anindya kembali pada kenangan-kenangan kebersamaan mereka dulu. "A

  • Mempelai yang Tak Diharapkan   Tidak. Selama Danisa masih hidup, dia pasti akan kembali,"

    "Ini semua harus berakhir dan akulah yang harus mengakhirinya," gumam Anindya dengan keteguhan hati. "Kamu mau menyusul mereka?" Dilla terlihat tidak setuju dengan keputusan Anindya. "Kamu tahu kemana mereka pergi?" Tak menjawab Anindya malah mengajukan pertanyaan. Dilla berdecak kesal. Pertanyaannya malah dijawab dengan pertanyaan lagi. Meski begitu tetap menjawab. "Ke dermaga, di sana sudah menunggu kapal yang akan membawa mereka ke Batam setelah itu ke Singapura." Anindya menganggukkan kepalanya. "Danisa bilang akan membawamu tapi aku tinggal di sini sampai kuliahku selesai baru menyusul kalian. Tapi tenyata..... " Dilla tidak pernah menyangka orang yang dianggapnya sebagai seorang kakak yang datang ketika dirinya terpuruk ternyata orang jahat yang hanya memanfaatkannya dan setelah merasa tak butuh berniat menghabisi nyawanya. Beruntung Dilla mengikuti ucapan Anindya. Meski sempat tak percaya. "Turuti kataku, jika aku salah kamu juga takkan rugi. Namun jika ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status