Bukan hal yang aneh jika orang Indonesia dengan sengaja tidak menutup pintu rumah atau tempat tinggalnya ketika sang pemilik sedang berada di sana. Itu juga yang sedang dilakukan Kenzo sekarang. Dia membiarkan pintu kostnya terbuka, sementara dia sedang duduk di dalamnya sambil mengerjakan beberapa tugas sekolahnya.
“Wah, ketemu,” ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke kost Kenzo.
Kenzo mendongakkan kepalanya dan melihat dengan tatapan tanpa ekspresi pada orang yang sekarang tengah berdiri di depannya.
Ceklek.
Orang itu menutup pintu tanpa meminta izin terlebih dulu pada Kenzo yang jelas-jelas adalah si pemilik kamar.
“Nggak susah ternyata nyari tau di mana tempat tinggal baru kamu,” kata orang itu lagi.
Kenzo menghela napas sedikit lalu kembali mengerjakan tugasnya. “Aku emang nggak berniat se
“Selama om aku masih berkeliaran, dia bakal lakuin segala cara untuk lenyapin Om, termasuk melibatkan keluarga Om di dalamnya demi dapatin bayaran mahal atas kematian Om nantinya. Sekarang, Vindreya juga ikut jadi sasarannya. Untuk mastiin bahwa Om dan Vindreya aman, aku nggak bisa kalo minta kalian untuk selalu ngurung diri di dalam rumah. Aku sendiri juga sadar bahwa aku nggak selamanya bakal bisa lindungin kalian. Maka dari itu, untuk mengakhiri semua teror pada keluarga Sanjaya, Om harus memenjarakan om aku. Sebagai orang yang menjadi sasaran om aku, Om lah yang paling berhak untuk laporin dan memenjarakan pria jahat itu.”“Nggak, Ken. Kita bisa lakuin cara lain. Ini terlalu berisiko.”“Cara lain apa? Apa aku harus bunuh om aku? Nggak. Aku udah janji sama Vindreya bahwa aku nggak bakal jadi pembunuh lagi. Om, ini adalah satu-satunya cara terbaik untuk menghentikan setiap ancaman pembunuhan pada keluarg
Di kantor polisi, Aldo duduk dengan keadaan tangan masih diborgol. Di depannya duduk seorang polisi dan ada beberapa polisi lainnya yang berdiri di sekitar sana.“Pak, saya nggak salah!” teriak Aldo.“Bawa para saksi ke sini,” titah salah satu polisi.“Siap, Pak!” jawab polisi yang lain dengan tegas lalu pergi.Tak lama kemudian, polisi yang tadi pergi itu kini kembali dengan membawa semua mantan anak buah Aldo yang sebelumnya memberikan kesaksian mengenai semua kejahatan Aldo yang mereka ketahui.“Kamu kenal mereka, ‘kan?” tanya polisi yang duduk di depan Aldo pada Aldo.Aldo terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia tertawa frustasi karena sadar bahwa percuma saja jika dia mencoba untuk mengelak sekarang.Aldo menatap enteng pada polisi di de
Freya menghela napas lega lalu masuk ke rumahnya dan mengunci pintunya. Di ruang keluarga, dia menemui Gavin yang sedang duduk anteng di sofa dan menonton TV.“Vin, mereka beneran dateng,” kata Freya yang masih berdiri di sebelah sofa.Gavin berhenti melihat pada TV dan berbalik fokus pada Freya. “Udah aku duga semuanya akan diproses secepat ini. Frey, gimana pun juga, kita harus lindungin Kenzo. Ya, dia memang bersalah atas kematian beberapa orang yang dia bunuh sebelumnya. Tapi, semua kebaikan dan pengorbanan dia selama ini, harusnya dia masih bisa selamat dari jeruji besi itu.”Freya mengangguk paham. “Kita akan sama-sama lindungin dia. Ngomong-ngomong, Kenzo masih ada di sana, ‘kan? Vindreya juga masih belum tau mengenai keberadaan Kenzo sekarang, ‘kan?”Kali ini giliran Gavin yang mengangguk. “Sampai detik ini, semuany
Elvano yang melihat ekspresi murung Vindreya juga tidak berani untuk terlalu banyak bicara dulu dengan gadis itu. Akhirnya, mau tidak mau dia harus rela dulu jika Vindreya masih saja sulit untuk didekati, bahkan di saat tidak ada Kenzo sekalipun.Vindreya menjatuhkan bokongnya di bangku Kenzo dan langsung menatap Hansa dengan raut murungnya. Hansa yang menyadari bahwa Vindreya sedang membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah langsung memasukkan bukunya ke kolong meja lalu fokus pada sahabatnya itu.“Lo tau apa yang buat Kenzo sampe dipanggil ke ruang kepala sekolah, Vin?” tanya Hansa.Vindreya hanya menggeleng pelan.“Positive thingking aja, Vin. Mungkin dia udah ngelakuin sesuatu yang membanggakan. Lo ingat ‘kan waktu itu gue juga pernah dipanggil ke ruang kepala sekolah karena memenangkan olimpiade Biologi?”Vindreya han
Di sisi lain, Vindreya adalah satu-satunya siswi di kelas itu yang terlihat tenang. Dia masih betah duduk di sebelah Hansa sambil menatap kosong ke papan tulis, sementara Hansa beberapa kali menoleh pada Vindreya dengan tatapan bingung sambil menutup telinga.“Lho. Itu dia.” Samar-samar terdengar suara salah satu siswa.Lamunan Vindreya langsung buyar ketika dia merasa tangannya digenggam oleh seseorang. Gadis itu mendongakkan kepalanya ke sisi atas kirinya dan mendapati Kenzo sedang berdiri sambil memegang tangannya.“Ayo,” ucap Kenzo sambil menarik tangan Vindreya.Vindreya yang kaget sekaligus bingung menurut saja. Dia bangkit dari bangkunya dan berjalan mengikuti ke mana Kenzo membawanya.Duarrr!“Aaa! Mami! Vano takut!” teriak Elvano yang sejak tadi bersembunyi di bawah meja sambil m
Vindreya terisak. Kepalanya juga tertunduk semakin rendah. “Apa sesulit itu mempertankan kebahagiaan, Ken?”“Nggak tau. Yang gue tau, gue sayang sama lo.”Tanpa bisa melihat wajah Vindreya, Kenzo memegang dagu gadis itu lalu mengangkatnya perlahan hingga membuat wajah cantik Vindreya bisa kembali dilihat oleh Kenzo.Kenzo tersenyum sinis melihat mata sembab Vindreya. “Gue sendiri juga heran. Kenapa semua yang gue lakuin selalu nyiptain air mata lo? Gue jadi ragu. Sebenarnya lo bahagia atau nggak sih sama gue, hah?”“Ih!” Vindreya memukul lengan kiri Kenzo. “Ngapain nanya kayak gitu? Gue bahagia lah!”“Kalo lo bahagia, ya jangan nangis, Vin. Senyum, dong.”Vindreya menggeleng cepat dengan bibir manyunnya dan sesekali terisak.“
Lalu, samar-samar terdengar gemuruh dari langit dan membuat ketiga remaja yang tengah berada di tepi jalan itu kompak mendongak ke atas. Tampak langit kembali menghitam dan udara juga terasa semakin sejuk.“Udah mau hujan! Yuk, langsung masuk ke mobil gue aja!” ajak Elvano lagi.Vindreya melihat pada Kenzo sambil menggenggam erat tangan laki-laki itu. Dia tersenyum untuk meyakinkan Kenzo bahwa untuk hari ini tidak apa-apa jika mereka harus pulang bersama Elvano dulu.“Ayo, Ken,” ajak Vindreya lembut sambil menarik pelan tangan Kenzo.Kenzo menghela napas panjang lalu mengangguk sedikit. Elvano yang melihat itu langsung semringah dengan mata berbinar-binar.“Ayo-ayo!” Elvano bersemangat sambil mulai melangkah menuju mobilnya.…Di dalam mobil Elvano yang tengah
Di luar mobil, si supir menghampiri orang yang tadi ditabraknya. Orang itu sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengucur di pelipisnya.“Bawa ke rumah sakit, Pak! Aduh, gimana sih Bapak bawa mobilnya,” ucap salah satu warga.Si supir dengan sigap mengangkat tubuh korban, sementara salah satu warga membukakan pintu tengah taksi. Di sana, tampak Vindreya masih duduk terpaku karena kaget sekaligus takut.“Dek, keluar atau ke depan dulu. Korbannya mau ditaruh di sini,” suruh salah satu warga.Belum sempat Vindreya melakukan yang diminta oleh warga itu, si supir sudah datang dengan menggendong si korban. Mata Vindreya melotot melihat orang yang berada di sepanjang tangan supir itu.“Dek, ayo turun dulu. Atau Adek mau di situ dan megangin orang ini biar nggak jatuh pas mobil jalan?” tanya si warga.&nbs