Dengan kaki pincangnya, Kenzo berjalan beriringan bersama Vindreya. Vindreya sejak tadi tersenyum karena teringat bagaimana hari ini Kenzo memintanya untuk tetap berada di kelas bersamanya dan memintanya untuk pulang bersama. Apakah ini tanda bahwa ….
Bug!
“Aduh!” Vindreya hampir saja tersungkur di atas tanah. Untung saja Kenzo sudah lebih dulu menarik tangan kanan gadis itu.
Puk!
Kenzo memukul pelan dahi Vindreya. Vindreya mendengus kesal sambil mengusap-usap dahinya.
“Ceroboh banget jadi orang,” kesal Kenzo, masih dengan tak mau menatap mata Vindreya.
“Ish. Siapa suruh lubangnya ada di situ?”
“Nggak usah nyalahin lubang. Lo-nya aja yang jalan, tapi pikirannya di tempat lain.”
Vindreya malah cengar-cengir. “Gue lagi mikirin lo tau.”
“Oh. Kalo gitu jangan mikirin gue biar lo nggak jatuh lagi kayak tadi.&rdqu
Gavin dan Freya baru saja pulang dari tempat kerja mereka masing-masing dan sekarang tengah berdiri di depan pintu utama rumah mereka. Gavin menekan bel lalu menunggu Vindreya membukakan pintu agar mereka bisa segera masuk.Ting nung ….Ceklek.Pintu terbuka. Gavin dan Freya tersenyum lebar dan sudah menarik napas mereka, bersiap menyapa Vindreya yang baru saja membukakan pintu. Namun, sepasang suami istri itu malah dibuat kaget melihat wajah murung Vindreya ditambah dengan mata sembabnya.“Lho, Sayang. Ada apa? Kamu habis nangis?” tanya Freya lalu berjalan ke samping Vindreya kemudian merangkul pundak putrinya itu.“Kenzo.” Hanya satu kata itu yang mampu keluar dari mulut Vindreya.Alis Gavin merapat sambil berpikir ada apa lagi dengan Kenzo. Akhir-akhir ini nama itu sering sekali disebut dalam keluarga mereka. Di sisi lain, Freya tampak kecewa karena putrinya masih saja mem
Di sisi lain, Vindreya malah tersenyum lebar. Dia lega karena untung saja bukan Hansa gadis yang disukai oleh Kenzo. Setidaknya, Vindreya masih memiliki harapan.Tok tok tok.Para siswa kompak menengok ke pintu kelas. Tumben sekali ada yang mengetuk pintu. Biasanya juga langsung masuk saja. Tunggu. Itu Elvano, tapi tidak sendiri. Di kanan, kiri dan belakangnya ada beberapa pria berjas dengan kacamata hitam sedang membawa banyak sekali coklat.“Happy valentine day, my Princess Vindreya!” ucap Elvano dengan semangat.Elvano berjalan masuk ke kelas diikuti oleh para pria berjas yang adalah pelayannya hingga akhirnya berhenti tepat di depan meja Vindreya. Semua orang pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Elvano menengok ke belakang untuk memberi isyarat pada pelayan-pelayannya agar meletakkan coklat-coklat itu di meja Vindreya. Alhasi
Siang itu pukul 01.45, tumben sekali angin berembus cukup kencang sehingga membuat siapa pun yang berjalan kaki merasa nyaman, tenang dan tidak perlu kepanasan seperti biasanya.Vindreya lagi-lagi melangkah ringan sambil tersenyum mengingat bagaimana beberapa hari terakhir ini Kenzo tampaknya mulai betah berada di dekatnya. Bahkan, Vindreya juga tahu tadi Kenzo sengaja melempar pulpennya ke kepala Elvano dan meminta Vindreya mengambilkannya. Vindreya lalu cukup dibuat kaget ketika tiba-tiba sebatang coklat yang dipegang Kenzo muncul di depan matanya.“Coklat buat lo,” kata Kenzo.Dengan mata yang terpaku pada coklat dan mulut menganga tak percaya, langkah Vindreya refleks terhenti. Badannya tiba-tiba kaku. Kenzo juga berhenti lalu memegang kedua pundak Vindreya dan mengarahkan badan gadis itu sampai akhirnya mereka saling berhadapan.“Vindreya, gue cinta sama
Pip pip!Sayangnya rencana pelukan itu batal karena mobil Gavin dan Freya baru saja tiba di kediaman megah Sanjaya itu. Kenzo dan Vindreya kompak berdiri dengan tubuh yang mengarah pada Gavin dan Freya yang akan segera turun dari mobil.Perasaan Vindreya bercampur aduk sekarang. Dia begitu senang karena baru saja mengetahui bahwa Kenzo juga mencintainya. Namun di sisi lain, melihat kedatangan Freya seperti ini membuatnya takut jika ibunya itu masih kekeuh tidak ingin menerima Kenzo.“Siang, Om, Tante,” salam Kenzo.Gavin tersenyum. “Siang, Kenzo.”Freya juga tersenyum, tetapi tampak kaku. “Siang.”Mata Gavin dan Freya kompak langsung tertuju pada kaki kanan Kenzo dan sebuah tongkat di sana. Mereka bertanya-tanya, apakah benar kaki kanan itu memang patah? Apakah penyebabnya memang karena untuk melindungi Gavin?“Hai, Kenzo. Gimana kondisi kaki kamu sekarang?
Pagi itu pukul 06.35, Kenzo berdiri di depan bengkel yang berada di samping rumah Vindreya untuk menjemput … kekasihnya itu. Kenzo sebenarnya bisa saja menjemput Vindreya dengan mendatangi langsung rumah gadis itu. Namun, Kenzo merasa tidak enak jika akan diperlakukan terlalu baik oleh Gavin dan Freya. Ya, wajar saja. Selama ini Kenzo hidup dalam dunia yang keras. Jika mendadak mendapat perlakuan yang begitu baik dari orang lain, tentu rasanya akan berbeda dan mungkin aneh.“Pagi, Sayang!” Vindreya tiba-tiba muncul dan langsung merangkul lengan kanan Kenzo.Kenzo tertawa sinis. “Sayang?”“Iya, dong. Kamu kan emang sayangnya aku.”Mata Kenzo berkedip beberapa kali setelah mendengar sesuatu yang aneh dari ucapan Vindreya. “Tunggu. Apa tadi? Kamu? Aku?”“Iya, Sayang. Kita kan udah pacaran sekarang. Ya, panggil aku-kamu lah. Masa lo-gue?”Kenzo
Kala itu di jam istirahat pertama, Kenzo dan Vindreya tengah berada di kantin, duduk berhadapan dengan makanan dan minuman yang sudah berada di atas meja yang berada di tengah-tengah mereka.Mungkin sudah ada 10 menit yang lalu Kenzo dan Vindreya berada di kantin. Namun, Vindreya tak kunjung menyentuh makanan dan minumannya sedikit pun melainkan hanya terus menopang dagunya di atas tangannya yang berdiri di atas meja sambil memperhatikan Kenzo yang sedang menyeruput jeruk hangatnya.“Cepetan makan,” suruh Kenzo.“Masih suka liat kamu. Gimana, dong?”“Ya, nggak tau.”“Sayang, senyum, dong.”Alis Kenzo merapat. “Ngapain senyum?”“Aku suka liat senyum kamu.”Kenzo menghela napas panjang lalu mendekatkan posisi duduknya dengan Vindreya. “Ngerasa aneh nggak sih pake aku-kamu, hah?”Vindreya mengg
Karena sebelumnya Hansa mengatakan ingin berbicara empat mata dengan Vindreya, maka untuk kali ini Kenzo tak pulang bersama Vindreya untuk memberikan waktu pada dua sahabat itu agar bisa bebas mengeluarkan keluh kesah mereka masing-masing.Angin berembus tidak terlalu kencang. Matahari siang itu juga cukup terik hingga membuat kulit terasa tersengat oleh panasnya. Sudah lebih dari 15 menit berjalan dengan langkah sangat pelan, tak ada satu pun di antara Vindreya dan Hansa yang membuka percakapan lebih dulu.Hansa menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. “Vin.”Vindreya langsung menoleh. Sejak tadi dia menunggu Hansa memanggilnya. “Iya, Han?”“Gue … gue juga cinta sama … Kenzo.”Vindreya tersentak, tetapi bukan karena kaget mengetahui ternyata sahabatnya itu juga menaruh hati pada Kenzo. Ya, Vin
Malam itu sekitar pukul tujuh, Vindreya duduk di atas sebuh kursi kayu ukir yang ada di teras rumahnya dengan tatapan kosong ke depan, memikirkan bagaimana perasaan Hansa dan permintaan anehnya sepulang sekolah tadi.“Oy, lagi mikirin apa, sih?” tanya seseorang.Vindreya tersadar dari lamunannya lalu menengok ke sisi kirinya. Matanya seketika membulat sempurna dan jantungnya berdegup dengan begitu kencang.“Huwaaa! Hantu!” teriak Vindreya histeris dan langsung beranjak dari kursinya kemudian lari terbirit-birit masuk ke rumahnya.Vindreya terus berlari sambil meneriaki hantu dan menyusuri tiap bagian di rumahnya untuk mencari tempat berlindung yang paling aman, apa lagi jika bukan tempat kerja Gavin.Bug!Vindreya membuka pintu ruang kerja Gavin dengan kuat sampai menghantam tembok yang berada di bel