Share

Cantik Butuh Modal

Author: Ina Yasri
last update Last Updated: 2021-10-15 17:13:53

"Minumlah!" tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah minuman ke arahku.

Ragu-ragu aku mengambil gelas yang berisi minuman tersebut.

"Te-terima kasih, Bu!"

"Jangan sungkan. Panggil saja Oma Lastri." Ia meneguk air yang berada dalam gelasnya. Lalu menatapku dengan tersenyum.

"Oma lihat kamu nampak bingung? Kenapa? Maaf kalau pertanyaan Oma lancang."

Aku terdiam sejenak, apa mungkin aku kelihatan bingung, mungkin iya lantaran aku tidak terbiasa di tempat seperti ini, semua orang terlihat begitu cantik dan elegan, sementara aku ... Tentunya berbeda jauh.

"Nak, kenapa diam?" tanya Oma Lastri mebuyarkan lamunan.

"Em, eh gak kok, Oma. Aku cuma merasa asing saja berada di sini." ucapku dengan perasaan canggung.

"Oh iya siapa namamu?"

"Naya Putri, Oma."

"Oh, jadi Nak Naya pergi ke sini sama siapa?"

"Em, sama suami, Ibu mertua juga adik ipar."

"Lalu kemana mereka?"

Aku hanya menggeleng pelan bingung mau jawab apa, bagaiamana pun mereka adalah suami dan keluarga bagiku, jadi tidak mungkin aku mengatakan kalau sebenarnya mereka tidak mau aku dekat-dekat mereka.

"Jangan canggung, nikmati pestanya anggap saja pesta kamu sendiri!"

"I-iya, Oma." Aku tersenyum canggung, entah bagaimana caranya aku harus menikmati pesta ini, sementara menatap diriku sendiri, seketika rasa percaya diri hilang karena penampilan yang, kurasa paling berbeda.

Pesta ini sungguh sangat meriah, setelah siang tadi akad, malamnya resepsi. Sepertinya benar-benar pesta kelas orang elit. Dari tadi aku dibuat berdecak kagum, sementara Oma yang sejak tadi bersamaku hanya tersenyum melihat tingkahku. Mungkin aku benar-benar kelihatan seperti orang norak.

Hampir dua jam berada di sini aku tidak melihat Mas Bram, sejak kami datang bersama tadi, kemana dia? Sementara Mama dan Mita dari jauh aku melihat mereka sibuk bersenda gurau dengan tamu yang lainnya entah teman mereka atau bukan.

"Itu, Rania sampai tidur gitu kasian," ujar Oma Lastri melihatku menggendong Rania yang tengah tidur.

"Iya, Oma."

Tanganku sudah mulai terasa kram, karena menggendong Rania terlalu lama. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di dalam mobil saja. Mudah-mudahan mobilnya tidak dikunci Mas Bram karena kelupaan. Aku dan Oma Lastri pun berpisah di parkiran.

"Kamu yakin tidak mau, Oma antar kasian anakmu!" tanya Oma Lastri, perempuan yang baru saja kukenal dipesta ini beberapa jam yang lalu, namun ia terlihat begitu baik.

"Terima kasih atas tawarannya, Oma. Aku nungguin suami sama mertua saja!" tolakku santun.

"Baiklah kalau begitu, Oma duluan!"

"Iya, Oma hati-hati!" 

Oma Lastri hanya tersenyum lalu mengangguk dan segera pergi, entah apa hubungannya Oma Lastri dengan yang punya hajatan aku tidak banyak cerita karena masih merasa canggung. Namun, nampaknya Oma bukan orang sembarangan terlihat dari tampilannya, dan orang-orang pun nampak hormat saat bertemu dengannya.

Aku merasa lega, seperti harapanku Mas Bram lupa mengunci mobilnya dan akhirnya aku dan Rania bisa menunggu dalam mobil sembari tiduran.

Entah sudah berapa lama aku tertidur bersama Rania, tubuhku terasa ada yang mengguncang, pelan aku mengucek mata. Ternyata Mama sama Mita.

"Mana, Bram?" tanya Mama.

"Gak tau, Ma," balasku dengan masih ngantuk.

"Gak tau gimana? Itu kamu bisa masuk ke dalam mobil gimana?"

"Tadi mobilnya gak dikunci, sepertinya Mas Bram lupa nguncinya. Jadilah aku dan Rania bisa masuk."

Mama nampak kesal dengan jawabanku, ia segera merogoh ponsel dalam tas kecilnya, lalu terdengar setelahnya ia tengah berbicara dengan seseorang entah siapa. Tidak lama kemudian Mas Bram datang. Mungkin Tadi Mama menelpon Mas Bram.

"Kamu kemana aja sih, Bram pergi sampai lupa ngunci mobil," cerca Mama setelah Mas Bram datang.

"Em, gitu ya? Maaf tadi buru-buru kebelet pipis," jawab Mas Bram nampak salah tingkah.

"Ya udah ayo pulang!" tegas Mama.

Dan akhirnya kami pun pulang dalam keheningan. Sepertinya Mama dan Mita lelah, dan ngantuk. Syukurlah jadi aku dan Rania bisa melanjutkan tidur sampai rumah tanpa ada yang ngomel-ngomel.

***

"Mas, kok transfer uang bulananya cuma satu juta setengah?" Aku bertanya pada Mas Bram yang sedang santai di bibir ranjang sembari bersenda gurau bersama Rania. Setelah mengecek mutasai rekening dengan M-banking pada ponselku.

"Iya, maaf Mas lupa bilang kalau bulan ini, Mas ada kebutuhan lebih," jawab Mas Bram santai, padahal uang dua juta yang ia berikan buat jatah kebutuhan dapur selama sebulan saja kurang, tidak jarang Mama sama Mita protes saat aku memasak menu tempe atau tahu goreng.

"Padahal aku ingin sekali, Mas bulan ini beli bedak sama lipstik cuma 35 ribu." Aku menyuarakan keinginanku. Karena cantik butuh modal.

"Udah gak usah pake yang begituan kamu sudah cantik."

"Tapi, Mas aku juga mau cantik kayak Mita." Kalau aku benar cantik menurut versinya kenapa waktu di pesta ia malah meninggalkanku bersama Rania?

"Udah syukurin aja yang ada, Mas lagi butuh uang, bukannya membantu malah protes." Wajah Mas Bram mulai terlihat kesal. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berlalu keluar.

Aku jadi merasa bersalah karena telah membebaninya, baiknya aku menyusulnya dan minta maaf.

"Kok cuma segini, Mas? Kuranglah ke salon 150 ribu mana cukup?" protes Mita. Mas Arya pun kembali memberikan  dua lembar uang berwarna merah.

"Nah gitu dong, Mas Bram tersayang sama adik sendiri jangan pelit-pelit," ujar Mita, seraya tersenyum lebar.

Aku yang tadinya berniat minta maaf, seketika merasa dibohongi.

"Mas, bukannya tadi, Mas bilang bulan ini Mas lagi butuh uang saat aku minta beli bedak sama lipstik cuma 35 ribu?" protesku, karena merasa tidak dihargai.

"Apa? Mbak Nay juga mau minta jatah buat beli bedak sama lipstik biar bisa cantik kayak aku?" Mita tertawa. "Nyadar, Mbak. Mbak itu gak bakalan bisa cantik kayak aku," sambungnya lagi sembari tertawa dan mengibas-ngibaskan uang yang baru saja diberi Mas Bram.

Aku tidak pernah melarang Mas Bram memberikan uangnya pada Mama juga Mita, bahkan biasanya Mas Bram akan memberikan uang padaku setelah sisa dari memberi Mama, aku tidak marah bagaimana pun Mas Bram bertanggung jawab terhadap keduanya apalagi Papa sudah tiada.

Tetapi, salahkah aku hanya minta jatah untuk beli bedak dan lipstik yang harganya tidak seberapa?

"Udah jangan protes, Mita lebih butuh!" ucap Mas Bram dingin.

Astaga!

Bersambung ...

Related chapters

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Penemuan tak Terduga

    "Udah jangan protes, Mita lebih butuh!" ucap Mas Bram dingin.Astaga!"Mas, aku cuma ...." Belum sempat aku menyuarakan protes lagi, tiba-tiba Mama mertua datang dari arah kamarnya."Ada apa sih ribut-ribut?" tukasnya tajam, seketika membuat nyaliku terasa ciut. Sudah tentu masalah akan tambah runyam dan panjang."Ini lho, Ma Mbak Naya pengen cantik dandan kayak Mita," jawab Mita, sembari tangan sebelah kirinya berkecak pinggang sementara tangan kanannya menunjuk ke arahku."Hah? Apa Mama gak salah dengar?" Terlihat wajah mengejek, dan Mita hanya mengendikkan bahu sementra Mas Bram, berlalu meninggalkan kami. Ia memang tidak suka berdebat hal semacam ini, baginya tidak ada gunanya. Padahal aku juga ingin pergi meninggalkan perdebatan, kupingku sudah terasa tidak enak hampir tiap hari memdengar ocehan Mama atau pun Mita. Tetapi, itu bukan pilihan yang baik."Udah gak usah dandan segala, tugas kamu itu di rumah, dan di kasur. Jan

    Last Updated : 2021-10-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kecemasan

    Tiba di rumah sakit petugas dengan seragam serba putih dengan sigap segera menaikkan tubuh Oma Lastri ke atas brankar dan mendorongnya menuju ICU.Selama Oma di ICU aku menunggu dengan cemas, sembari memeluk tubuh Rania."Ma, Oma kenapa? Oma gak matikan?" tanya Rania tiba-tiba memecah keheningan.Aku tersenyum getir sambil mengelus rambut sepundaknya. "Kita doain ya semoga, Oma Lastri baik-baik saja." Aku kembali memeluk tubuh putriku."Maaf apa Ibu keluarga pasien?" Tiba-tiba seorang suster datang menghampiri kami."I-iya saya, Sus," jawabku gugup."Silahkan untuk mengurus administrasinya dibagian depan, biar korban bisa segera di tindak lanjuti untuk dilakukan operasi," jelas Suster Mila yang kuketahui namanya dari bed namenya."Tapi, Sus ....""Mari, Bu silahkan!" Suster Mila tersenyum ramah sembari mempersilahkan.Dengan perasaan berdebar aku pun mengikuti suster Mila menuju resepsionis. Tib

    Last Updated : 2021-10-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Fakta Baru

    "Mas!" Lagi aku memanggil Mas Bram, tetapi yang dipanggil masih belum menyahut dan sibuk dengan ponsel pintar miliknya."Lagi chatan sama siapa sih? kayaknya asik banget." Aku sengaja mendekatkan wajahku ke depan wajahnya agar kali ini ia menyadari kedatanganku."Astagfirullahaladzim, Naya!" geram Mas Bram karena kaget, ponselnya hampir saja terjatuh. "Ngagetin aja, bisa gak sih yang sopan manggilnya." Mas Bram masih terlihat kesal, mungkin juga jantungnya kini tengah memompa lebih cepat dari biasanya.Aku menghela nafas lalu membuanganya dengan masygul. "Aku dari tadi udah manggil-manggil, Mas. Masnya aja yang gak dengar dan malah senyam-senyum. Memang chat sama siapa sih?" tanyaku penasaran.Mas Bram langsung kelihatan gelagapan, namun ia segera bisa menguasai dirinya. "Em, bukan siapa-siapa cuma teman." ia memaksakan senyumnya."Ya udah itu tehnya aku mau mandi dulu!""Em, ya mandi sana!" balasnya lalu kembali memainkan pons

    Last Updated : 2021-10-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Bersikap Aneh

    "Memangnya kenapa sih, Mas? Kok kayak panik gitu?" Aku sengaja memancingnya dengan pertanyaan."Em, eh nggak apa-apa kok," kilahnya. Aku tau kalau Mas Bram tengah berbohong.Ternyata sedingin-dinginnya sikap seseorang kalau dalam keadaan salah tetap akan terlihat aura ketakutannya."Ya udah, Mas mau sarapan dulu!" ujar Mas Bram. Terlihat sekali Mas Bram menghindari percakapan.Aku melipatkan tangan di dada melihat kepergian Mas Bram menuju meja makan, dan tersenyum miring."Lihatlah, Mas sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga, dan sepintar-pintar manusia menyimpan bangkai pasti akan tercium juga, dan bangakai yang kamu simpan saat ini mulai tercium." desisku.Aku pun segera membangunkan Rania, dan menyusul ke meja makan."Em, aku berangkat dulu!" ujar Mas Bram memecah keheningan."Kok buru-buru, Mas? Gak dihabisin dulu makanannya?" cercaku melihat gelagat Mas Bram yang terlihat aneh. Sementara

    Last Updated : 2021-10-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kepergok

    "Apa VIP?" tanyaku kaget, siapa yang melakukannya, apa keluarganya Oma? Siapa sebenarnya Oma Lastri?"Iya, Bu. Bu Lastri sudah dipindahkan ke VIP semalam," ucapnya ramah.Berarti setelah aku pulang, ada yang datang menjenguk Oma dan mengurus semuanya. Aku menghela nafas, syukurlah itu artinya keluarga Oma sudah ada di sini."Ayo, Ma kita temui Oma!" celetuk Rania tiba-tiba, seketika membuyarkan lamunanku."Eh, i-iya, Sayang." Aku membalas ucapannya "Oh iya Kalau boleh tau, Bu Lastri di ruangan nomor berapa ya, Mbak?" tanyaku.Nisa kembali melihat ke layar komputer setelahnya menyebutkan nomor ruangan yang di tempati Oma."Bu Lastri di ruangan 203, Ibu lurus aja dari sini nanti ada belokan ke kanan, nah di situ ada tangga ibu langsung naik aja," jelasnya panjang lebar."Baik, Mbak terima kasih," balasku tersenyum dan kemudian langsung pergi sembari menggandeng tangan Rania.Untung sebelum ke sini sudah membel

    Last Updated : 2021-12-20
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kedatangan Tamu tak Terduga

    "Eh, em ... Enggak kok, Mas!" Aduh mati aku kalau sampai ketahuan, ini belum waktunya."Terus kenapa sampai air mata keluar gitu?" Mas Bram semakin mendekat, membuat debaran jantungku berpacu lebih cepat. Tamat sudah riwayatku.Aku asal memencet ponselku, hingga tanpa sengaja memutar sebuah video drama korea."I-ini, Mas gara-gara nonton ini!" Aku memperlihatkan layar ponselku, sebuah drama yang entah ada adegan sedihnya atau tidak. Semoga saja Mas Bram percaya dengan alasanku."Hem, dasar emak-emak korban sinetron," ucapnya kemudian yang terlihat jengkel. Tidak apa, asal jangan sampai ketahuan.Aku segera mematikan ponselku dan bangkit dari sofa menuju ranjang, sementara Mas Bram kembali asik dengan ponselnya, sembari rebahan di tempat tidur. Sepertinya, Mas Bram melanjutkan dengan perempuan si*lan itu.Aku pun segera berbaring pura-pura tidur, sambil memikiran kegilaan Mas Bram. Aku harus cari tau siapa perempuan yang berani me

    Last Updated : 2021-12-20
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Mas Pinjam Kartu ATMnya

    "Waalaikumsalam. Lho, Fatir, Risa kok gak bilang dulu kalau mau kesini, Mama kan bisa nyambut kalian," ucap Mama saat Mas Fatir dan Mbak Risa turun dari dalam mobil."Iya, Ma sengaja. Biar jadi kejutan," balas Mas Fatir sembari tersenyum, lalu menyambut tangan Mama diikuti Mbak Risa."Eyang ...," teriak Galih dan Nadia berbarengan lalu menghambur memeluk Mama, anaknya Mas Fatir dan Mbak Risa. Mama pun balas memeluk kedua cucunya tersebut dengan senang."Duh, cucu-cucu Eyang cantik dan ganteng," puji Mama sambil mencium kedua pipi mereka secara bergantian."Ayo masuk!" ajak Mama setelah kami saling salam-salaman."Gimana kabar, Mama?" tanya Mas Fatir saat kami telah duduk di ruang tamu."Seperti yang kamu lihat, Mama baik." Senyum lebar terkembang dari wajah Mama. Betapa senangnya Mama kedatangan Mas Fatir dan Mbak Risa, binar bahagia begitu kentara dari kedua matanya."Gimana usahanya, lancar?" tanya Mama, berbinar."Alhamdulil

    Last Updated : 2021-12-21
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Terpaksa Berbohong

    "Udah gak apa-apa, Mbak. Pake ini aja!" Di luar dugaan, Mas Bram malah berucap demikian sembari mengeluarkan kartu ATMnya dan memberikannya padaku. Sepertinya harga dirinya sebagai lelaki masih tinggi, tentunya ia tidak ingin terlihat pelit di depan Abang dan Kakak iparnya. Dalam hati aku tersenyum, iyes.Tanpa menunggu lama aku segera mengambil kartu ATM dari tangan Mas Bram, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini."Ya udah kalau gitu," balas Mbak Risa.Dengan kartu ATM ini, aku berencana membeli segala keperluan yang kemarin sempat tertunda gegara, Mas Bram membelikan ponsel untuk wanita si*lan itu. Kali ini aku akan membeli semua yang ku mau. Lihat saja Mas akan kukuras tabunganmu."Aku pamit dulu ya!" ucapku, Lalu bersiap melangkah menuju kamar untuk mengambil jaket."Nay, Mbak ikut ya!" ujar Mbak Risa.Aku menoleh, lalu mengangguk dan tersenyum. Usai mengambil jaket aku kembali ke ruang tamu."Ayo, Mbak

    Last Updated : 2021-12-21

Latest chapter

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Rahasia Tuhan (Ending)

    Usai subuh aku merapikan kamar, hari ini Dewa dan Keluarganya akan pulang ke Amerika setelah menginap beberapa hari di Indonesia.Aku bahagia meski akhirnya tidak bisa bersama setidaknya hubungan ini tetap berakhir dengan baik. Ya meski dalam hati masih ada rasa yang masih tertinggal, semoga itu menjadi doa kebahagian untuk, Dewa dan keluarganya.Hari ini aku juga berencana akan pergi ke pondok pesantren untuk mengunjungi, Rania. Saat aku tengah merapikan seprey yang baru kuganti, Nadifa datang."Mbak, lagi sibuk gak?" tanya Nadifa sembari membukan pintu, dan menampakkan bagian wajahnya."Gak nih, ada apa?" tanyaku balik."Boleh aku masuk?""Masuk aja!" ucapku.Nadifa pun masuk, dan langsung menghempaskan pantatnya di sisi ranjang. Aku pun ikut duduk di sisinya."Mbak, aku mau ngomong serius," ucap Nadifa sembari memutar tubuhnya menghadapku, lalu memegang tanganku."Mau ngomong apa sih, kayaknya serius banget?" ta

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Mereka yang Datang dengan Penyesalan

    Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 35 menit akhirnya aku tiba dirumah. Satpam yang jaga di depan segera membukakan pintu begitu melihat kedatanganku.Perlahan aku menghela nafas lalu membuangnya dengan masygul, ada perasaan tidak enak karena membuat, Oma menunggu. Begitu memasukkan mobil ke parkir aku langsung menuju pintu utama, Oma pasti sudah menungguku.Perlahan aku menekan handel pintu, berharap begitu melihat kepulanganku, Oma menyambut seperti biasanya, dengan senyuman meski kali ini aku telat.Namun, begitu pintu terbuka, mataku membulat melihat tamu yang sangat ini tengah berbincang dengan Oma di ruang tamu. Apa aku tidak salah lihat?Aku tertegun sesaat, bingung dari mana aku harus memulai kata, seseorang yang terkadang membuat rindu kini hadir kembali? Untuk apa? Aku masih menerka-nerka. Lalu perhatianku teralih pada seorang perempuan cantik dengan balutan busana muslimah menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka, itulah yang kulihat.

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Lelaki yang Menyesali Kesalahannya

    Dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu, sejak itu pula aku tidak lagi pernah bertemu, Dewa. Dia benar-benar melupakanku, dan pelan aku pun perlahan berusaha melupakannya, tidak mudah memang, tetapi bukan tidak mungkin.Hari-hari kulalui dengan berat, dan perasaan sedih. Hanya, Oma dan Rania yang selalu memberi semangat. Menyadarkanku untuk senantiasa tegar, sebab satu masalah yang terjadi bukan akhir dari segalanya.Dua kali gagal dalam rumah tangga dan satu kali batal bertunangan cukup membuatku trauma untuk kembali membuka hati pada seorang laki-laki. Bagiku saat ini, masa depan Rania adalah segalanya.Bukankah memulai semuanya dengan hal yang baru jauh lebih baik, dari pada mengingat-ingat masa lalu? Aku bersyukur sampai detik ini Tuhan masih mengizinkan, aku untuk membersamai, Oma di usi beliau yang semakin senja. Aku ingin lebih lama lagi merawatnya."Naya," panggil Oma saat aku tengah membereskan kamar, karena kebetulan hari ini libur."I

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kalimat Berkesan Dari Oma

    Aku mundur ke belakang, tubuh bergetar hebat. Sementara, tungkai kakiku begitu terasa lemas. Tidak percaya dengan yang barusan kulihat. Air mataku semakin deras mengalir bagai hujan yang tiba-tiba turun tanpa aba-aba, rasanya dada begitu sesak.Setelah merasa lebih tenang dengan menumpahkan tangis aku kembali melihat ke jendela, aku sudah tidak melihat, Doni lagi sepertinya sudah pergi. Begitu pun dengan Tante Alana sudah tak terlihat. Apa mereka juga sudah pergi?Saat tengah sibuk mencari keberadaan mereka, aku melihat, Dewa menuju mobil sepertinya sebentar lagi ia akan pergi, sekilas ia menatap ke arah jendela kamarku, buru-buru aku bersembunyi di balik gorden, aku tak sanggup melihatnya. Setelah dirasa cukup lama perlahan aku kembali menyingkap tirai gorden, mobil Dewa perlahan meninggalkan halaman rumah, dadaku semakin terasa sesak yang amat sangat bersama kepergiannya, yang sebenarnya tidak kuinginkan. Tetapi, aku bisa apa hanya bisa pasrah. Semoga ini jalan

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Jangan Pergi

    Sementara itu, tanpa rasa bersalah Doni berjalan melewati aku dan Oma. Kedua tangannya ia masukkan dalam saku celana, sungguh gayanya seakan tidak terjadi sesuatu apapun."Doni, mau kemana kamu?" tanya Oma begitu melihat Doni hendak keluar kamar.Doni memutar tubuhnya. "Urusan saya sudah selesai," jawabnya santai."Apa maksudmu? Saya yakin kamu sengaja mengacaukan semua ini," geram, Oma.Doni hanya mengendikkan bahu dan tertawa."Saya akan melaporkan kamu ke polisi," ancam Oma.Doni menghentikan tawanya dan menatap serius ke arah, Oma."Jangan coba-coba mengancam, saya! Tentunya kamu tidak ingin, 'kan cucu kesayanganmu yang kini tengah beranjak remaja itu kenapa-kenapa?" ucap Doni santai tapi penuh ancaman.Seketika aku teringat, Rania. "Oma, biarkan saja dia pergi!" ucapku, karena aku tidak ingin mengambil resiko lelaki bre*gs*k sepertinya bisa saja melakukan apapun agar tujuannya tercapai.Mendengar perkataanku, Doni t

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Batalkan Saja Pertunangannya

    Dekorasi nuansa putih dengan perpaduan warna ungu menghiasi taman belakang. Para pelayan bagian konsumsi juga nampak sibuk dengan tugasnya masing-masing. Para tamu undangan juga mulai berdatangan.Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, apa lagi kalau bukan hari pertunanganku dan Dewa. Perasaan gugup tidak bisa kutepiskan, padahal ini bukan kali pertama aku akan menikah.Berkali-kali aku mematut diri di depan cermin, mensugesti diri agar tidak gugup. Aku berbalik saat melihat pintu kamar terbuka. Oma tersenyum menatap ke arahku lalu berjalan mendekatiku."Oma ...." ucapku, aku pun duduk di sisi ranjang bersama Oma."Mudah-mudahan pernikahanmu kali ini langgeng ya, Sayang. Oma hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu dan juga Dewa," ucap Oma sembari memegang tanganku."Aamiin ... Terima kasih, Oma itu sudah lebih dari cukup," jawabku tersenyum, lalu memeluk tubuhnya. Oma pun membalas pelukanku sembari mengusap-ngusap punggungku."

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Cincin Pertunangan

    "Bentar ya, Nis! Saya angkat telpon dulu!""Cie yang ditelpon my sweet," goda Nisa saat aku permisi akan mengangkat telpon, namun aku hanya membalasnya dengan tersenyum."Assalamualaikum, iya ada apa, Wa?" tanyaku begitu sambungan telpon terhubung."Waalaikumsalam, sibuk gak?""Gak, nih baru habis meeting, dan mau makan sama, Nisa," jawabku sambil menoleh ke arah Nisa yang tidak jauh dariku."Ok, aku jemput kalian!""Em, kita ketemuan aja di tempat makan biasa," usulku."Ya udah kalau gitu, Assalamualaikum," ucap Dewa mengakhiri percakapan. Aku pun membalas salamnya dan mematikan ponsel.Aku dan Nisa pun langsung pergi menuju parkiran, lalu meluncur menuju tempat yang telah di janjikan bersama, Dewa."Mbak, emangnya gak apa-apa aku ikut? Gak ganggu?" tanya Nisa saat di dalam mobil."Apaan sih, Nis kamu itu udah kuanggap kayak adikku sendiri, jadi santai aja."Mendengar jawabanku, Nisa pun tersenyum. "

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Katanya Salah Paham

    "Apa yang sedang kalian rencanakan?" tegasku, dengan menahan emosi, membuat wajah gadis itu semakin terlihat ciut."Bu-bu, Na-naya." Mita tergugup memyebutkan namaku. Sementara lelaki itu diam membisu, ia tertunduk. Langkahku semakin mendekat ke arah mereka."Ki-kita gak merencanakan apa-apa kok, Bu. Mungkin, Ibu salah dengar," ucap lelaki bernama Ammar itu membela."Diam kamu!" Bentakku dengan keras, membuat tubuhnya sedikit terlonjak."Aku sudah mendengar semuanya, dan kau! saya tidak menyangka kamu melakukan semua ini, aku pikir kamu sudah berubah," ucapku menunding wajah gadis yang masih berdiri tidak jauh dari Ammar."Saya bisa jelaskan semuanya, Bu. Semua ini salah paham," ucap Mita. Namun, aku tidak mempedulikannya."Aku bisa saja melaporkan kalian ke polisi dengan kasus tidak menyenangkan," ancamku penuh penekanan.Seketika Mita langsung memegang pergelangan tanganku memohon dan mengiba agar aku memaafkan kesalahannya.

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Apa yang Kalian Rencanakan?

    Hari ini aku kembali bekerja seperti biasanya. Namun, pikiran tidak bisa konsentrasi, karena mengingat sikap mamanya, Dewa yang begitu terasa dingin terhadapku. Sejak tadi pagi sampai menjelang siang beberapa kali berkas yang kubuat salah, hingga terpaksa mengulang lagi.Setelah merasa terus-terusan salah, sejenak aku menenangkan diri bersandar di kepala kursi, dengan segelas air putih. Nampaknya butuh minuman coklat biar sedikit lebih rileks. Dengan segera aku mengambil gagang telpon dan menelpon bagian OB untuk minta di buatkan minuman coklat hangat.Tidak lama kemudian pesananku datang. "Ini coklat hangatnya, Bu," ucap salah satu OB kantor, Rina namanya."Oh iya, taruh saja di situ!" Aku menunjuk bagian ujung meja yang masih kosong.Dengan telaten Rina pun menaruh minumannya. "Terima kasih," ucapku sembari mengulas senyum.Rina pun mengangguk, lalu pamit keluar. Aku pun membalasnya dengan anggukan.Begitu minum coklat hangat, pikiran sedi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status