Share

Tak Lagi Diam

Author: Pramesti GC
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sari!"Mbak Asya berdiri di pagar rumah ibu, aku sudah ada di depan rumah mbak Yayuk, saat mbak Asya tiba-tiba menyusulku dari belakang. "Bisa kita bicara dulu?"

Aku melihat keadaan sekitar, setelah akhirnya aku menganggukkan kepala. Kuputuskan menggajaknya masuk kerumahku sendiri. Aku selalu membawa kunci di dalam tasku.

"Masuklah mbak"

Aku terkejut, rumah ini tak seperti keadaan rumah terakhir saat aku tinggalakan. Baru beberapa hari aku pergi, rumah ini sudah meirip tempat pembuangan sampah.

"Ada apa ini Sari, Kenapa berantakan sekali?"

Aku dan Mbak Asya memandang tumpukan mangkok di meja, bungkus mie instan. Termos air panas di lantai, sisa nasi bungkus, dan entah kuah bekas apa hingga kecoklatan di mangkok.

"Duduk diteras saja mbak"

Aku tutup kembali pemandangan yang membuat mataku sakit bahkan perutku mual.

"Aku ingin kau jawab jujur Sari, apa betul selama ini kamu hanya diberi satu juta oleh Aldo" mbak Asya menatapku lekat.

Kuhela nafas perlahan. "Iya mbak, bahkan dua bulan in
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Hidayati
perempuan hrs kuat ....bener itu langka yg ditempuh sari. keluarga toxic hrs dijauhi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Membuang Lelaki Sampah!   Wasiat tak terduga

    Hari ini aku mengurus surat gugatan. Mbak Yayuk dan mbak Nur kembali menjemputku. Aku sudah bilang akan mengurusnya sendiri, namun mereka tak tega, membiarkan aku berjalan sendiri dengan kaki yang sakit.Mereka menyarankan aku menemui pengacara. Karena aku ajan memperjuangkan rumah itu, sepertinya aku memang butuh pengacara. Kutemui seorang pengacara, kenalan suami mbak Nur yang seorang pemborong besar. Kami berencana bertanya-tanya dulu tahapan perceraian dan beraba biayanya untuk membayar mereka.Aku menceritakan dulu duduk persoalan dalam rumah tanggaku. Mereka mendengarkan dan memberikan masukkan."Kapan mbak siap, kami akan tunggu. Nanti akan saya carikan pengacara yang bagus." Seorang lelaki paruh baya memandangku. Aku hanya terdiam."Jika boleh tau, berapa biaya untuk seluruh proses ya pak? Kuberanikan diri bertanya Sebab tak ada banyak tabungan aku miliki sekarang."Sekitar dua puluhan mbak, itu jika segera selesai, jika membituhkN banyK waktu, biayanya tentu menyesuaikan" A

  • Membuang Lelaki Sampah!   Warisan untukku

    Ibu menangis terisak, mendengar isi surat Pakde Azhari. Aku ingat betul wajahnya. Dia dulu sering mengantarku sekolah. Saat itu usiaku tujuh tahun. Budhe Sukma meninggal karena sakit. Meninggal bersama janin enam bulan didalam kandungan. Janin yang di nanti begitu lama oleh pakde dan budhe. Namun Allah memanggil mereka bersamaan.Setelah pemakaman budhe, aku ingat pakde mengamuk, memecahkan barang-barang dirumahnya. Dua bulan lebih pakde tak mau bicara. Hanya aku yang dia respon saat kuberikan minum atau makan. Ya, mbah ti sering memintaku memberikan makanan pada pakde. Sebab hanya aku yang diterimanya dengan baik.Hingga suatu pagi, pakde tak ada dirumah. Tak dapat dicari dimanapun. Dan meninggalkan surat yang isinya jangan mengharapkan dia hidup lagi. Dan semua orang diminta untuk melupakannya.Sejak saat itu, tak ada lagi kabar pakde Azhari. Tak sedikitpun kami tau dimana dia. Hidup atau mati. Bahkan ketika mbahti dan mbah kakung meninggal pakde tak datang. Dan sekarang, orang-ora

  • Membuang Lelaki Sampah!   Tertangkap basah

    "Sari!" Suara terkejut mas Aldo dari atas ranjang. Remang kulihat pergerakan lain dibelakangnya. Apa ada orang lain bersamanya?"Mas, ada siapa?"Suara perempuan di belakang mas Aldo. Ku buka tirai dan jendela kamar. Nampaklah dua manusia itu terduduk di atas ranjang. Matanya menyipit karena silaunya cahaya."Kurang ajar kamu mas!"Kulempar mereka dengan berbagai benda di atas meja rias. "Sari, sabar sari. Jangan begini""Aduh sakit mas, aduh" Suara perempuan itu meminta perlindungan mas Aldo. Mas Aldo memeluknya. Ku angkat kursi rias karena melihat mereka berpelukan. Mas Aldo berdiri hanya dengan celana pendeknya."Jangan Sari. Letakkan" Pintanya dengan suara memelas."Mas!" Perempuan itu memanggil mas Aldo. Aku menatapnya nyalang."Turun kamu dari ranjangku!" Aku berjalan mendekatinya. Mas Aldo memasang badan. Panas sudah dadaku melihatnya lebih membela perempuan itu dibandingkan aku."Kamu membelanya mas? Iya!""Bukan membela, mas hanya takut kamu menyakitinya"Aku menatap tak per

  • Membuang Lelaki Sampah!   Keluar dari rumahku

    "Apa maksudmu tak ada yang boleh tinggal dirumah itu!"Mas Aldo mengulang kalimatku dengan nada yang lebih tinggi."Sampai putusan sidang, kamu atau aku. Kita sama-sama keluar rumah itu""Tidak bisa!" Ibu menatapku tajam."Kenapa tidak bisa, Ibu takut rumah itu jatuh ketanganku? Atau ibu takut anakmu dan pacar barunya itu tinggal dirumah ini? Seperti ibu yang dulu keberatan juga aku tinggal disini" Sekalian saja aku bongkar sikap ibu mertuaku selama ini. Semua mata menatap tak percaya. Ibu nampak salah tingkah."Pak RT, maaf. Jika pengurus disini masih mengizinkan rumah itu ditempati mas Aldo dan perempuan itu, saya akan membawa masalah ini kekantor polisi" Ancamku. Meski tak akan aku lakukan. Enak sekali jika hanya masuk penjara, bisa ditebus uang, bahkan mungkin hanya kurungan beberapa bulan. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin lima tahunku di bayarnya setimpal, rasa sakitku terbayar lunas, bahkan penghianatan ini juga!"Bagaimana mas Aldo, saya serahkan pada mbak Sari mau lapor a

  • Membuang Lelaki Sampah!   Tamu tak DI INGINKAN

    Hari ini berkas-berkasku di ambil. Aku menyiapkan segalanya sendiri. Untungnya semua yang mereka minta masih aku rawat. Termasuk buku nikah ibu dan Bapak. Tersimpan rapi dalam tas hitam peninggalan Bapak."Paling cepat dua minggu mbak, sampai satu bulan mungkin akan selesai."Aku menganggukkan kepala pelan. " Kami permisi dulu. Kawan lain sudah menunggu dibandara. Pesawat kami akan berangkat siang ini. Semoga mbak Sari dan ibu sehat. Kita bertemu beberapa minggi lagi. Salam untuk ibu Zharoh""Amin. Terimakasih pak. Nanti saya sampaikan pada ibu"Lelaki itu pergi meninggalkan rumah. Aku mengantarkannya ke jalan. Melihat mobil mereka pergi menjauh, aku baru masuk kedalam rumah."Sari, hutangnya berapa sih? Setiap hari didatangi rentenir" Bu Ika, tetangga samping rumahku berteriak.Aku tau, ini hanya akan jadi bahan gosip mereka. Lihat saja di teras rumah bu Ika, sidah berkumpul ibu-ibu lain untuk merapatkan urusanku. Alasannya sih rujakan, bikin panas kuping, tapi sekalian meracik bumb

  • Membuang Lelaki Sampah!   Menghinaku, ku hina balik

    Katakan bu besan, apa begitu caramu memperlakukan menantu?"Ibu mas Aldo terdiam. Antara terkejut dan binggung. Ibuku termasuk perempuan manut. Tidak pernah sekalipun ibu bicara lantang. Tapi ini?"Perlakuan apa bu, yang ada anakmu yang merampas rumah Aldo. Aku kesini untuk memberi tahukan kelakuanya, tapi mengapa justru dibela ibunya sendiri!" Ibu mertuaku mencibir tak suka."Sejak kapan rumah itu milik Aldo? Sejak kapan rumah bersama itu jadi milik Aldo?""Ya sejak di bangun. Saya keluar uang juga untuk rumah itu." Ibu mertua kekeh membenarkan pendapatnya."Dikira kami tidak keluar uang. Tanahnya saja ibu besan minta dibayar juga. Lupa?" Ibu kembali berkata dengan ketus.Tentu kami tak akan lupa, Ibu mas Aldo meminta kami membayar juga tanah yang sekarang dibanguni rumah itu. "Kita bertemu di pengadilan saja bu, jika ibu merasa rumah itu milik ibu sendiri, silahkan ibu berjuang di pengadilan!" Akhirnya aku bicara. Panas rasanya kuping ini mendengar ucapan ibu mas Aldo."Sombongmu S

  • Membuang Lelaki Sampah!   Kejadian tak terduga

    Oh, aku baru ingat. Mbak Yayuk punya adik lelaki yang tugas di jawa barat. Dia juga seorang tentara seperti suami mbak Yayuk."Yuda, adiknya mbak Yayuk" Dia mengulurkan tangan ramah."Sari" Aku menjabat tangannya."Pulang kerumah dulu ya sar. Antar yuda dulu""Iya mbak, tapi kalau mbak Yayuk repot, Sari bisa pergi sendiri mbak"" Dirumah mbak Yayuk dulu saja Sar, Mereka bilang pagi ini ada banyak sidang. Jadi selesai siang" Mbak Nur tiba-tiba memberi kabar.Karena sudah terlanjur disini, aku putuskan menunggu saja mereka dirumah mbak Yayuk. Sekalian melihat Siti. Selama ini dia kerja dari rumah mbak Yayuk. Karena aku belum bisa membawa dagangan pulang. Mungkin nanti aku akan beritau Siti, aku tak bisa mempekerjakannya lagi."Sar, kok melamun" mbak Nur membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum kikuk. "Oh gak mbak, lupa ini ada sayuran dari kebun ibu sendiri" Kuberikan seplastik besar sayuran pada mbak Yayuk dan Mbak Nur lalu memilih masuk kedalam mobil. Sebentar kemudian, mbak Nur duduk di

  • Membuang Lelaki Sampah!   Kebangetan bu!

    anusia hanya dapat berencana, selebihnya Allah lah pemilik Hak atas hidup kita. Bu Muslimah, setelah melalui malam panjang dengan perjuangan, akhirnya menghembuskan nafas subuh tadi. Aku masih menenangkan Siti. Gadis itu menangis tak juga berhenti. Aku tau rasanya kehilangan orang tua. Saat Bapak pergi, aku juga patah hati. Aisyah selalu didekapan kakaknya, dia tak mau ditinggal kemanapun. Terkadang gadis kecil itu masih mencari Uminya. Berat pasti. Kehilangan sosok wanita, satu-satunya yang mereka miliki. Abbi Siti pergi entah kemana, sejak Aisyah berusia dua tahun. Sejak itu, bu Muslimah berjuanh sendiri untuk membesarkan anak-anak mereka.Sejak kemarin aku tak pulang. Tak tega meninggalkan Siti sendirian. Aku sudab menghubungi ibu. Ibu mengizinkan aku disini lebih lama. Siti masih menangis. Bahkan saat jenazah sudah dikebumikan.Para tetangga mulai pulang. Rumah ini terasa semakin kosong. Hanya beberapa yang masih disini. Merapikan rumah dan menyiapkan untuk kirim do'a nanti mala

Latest chapter

  • Membuang Lelaki Sampah!   Lamaran

    Aku berjalan masuk masuk, perlahan mencoba tersenyum dalam canggung. Mencari jawaban dari Kania dan Ibu. Namun keduanya hanya diam. Kania menarikku kedekatnya."Ada apa Kan?" Dia hanya senyum-senyum tak menjawab. Ingin aku toyor kepalanya, namun tak enak hati, di pandang banyak matan."Apa kabar Mbak Sari?" Seorang wanita dengan jimbab panjang menyapaku. Wajahnya tak asing, tentu saja, aku tau dia ibu mas Atnan."Baik bu, Alhamdulillah. Ibu lurah sehat?""Sehat, bahkan siap untuk mantu."Aku terdiam. Tak tau kemana arah pembicaraan wanita itu."Jadi seperti yang sudah diutarakan keluarga nak Atnan nduk, mereka datang untuk meminangmu."Mataku membulat sempurna. Tak ada angin dan hujan kenapa pelangi datang setelah badai?"Me_melamarku?" Aku menatap wajah mas Atnan denang lekat. Lelaki itu hanya tersenyum simpul.Jawaban apa itu!"Iya nduk, bagaimana? Apakah kamu sudsh siap menerima nak Atnan?" Ibu kembali bertanya.Aku masih terdiam. Sejujurnya aku nyaman bersamanya, namun apakah hat

  • Membuang Lelaki Sampah!   Anak yang terusir kini pulang

    Ku gandeng ibu mas Aldo turun. Aku memang harus memapahnya masuk. Mata sayu wanita itu berkaca. Menatap kedepan kami. Aku melihat kemana arah mata itu sekarang. Rupanya wajah yang ia kenal tengah sibuk mengurus kertas-kertas di depannya. Sehingga ia tak memperhatikan siapa yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya.Iya, aku membawa  ibu Ida menemui Akmal. Anak lelakinya yang dia usir dari rumah. Namun justru merubah hidup lelaki itu jauh lebih baik. Akmal kini memiliki tempat fotocopy dan percetakan. Ia membuka usaha itu dengan kerja keras dan bantuan mas Yuda.Dia jadi lelaki yang halus dan santun. Bahkan jambang dan janggutnya terlihat memanjang sekarang. Akmal kini jauh lebih dewasa dan meneduhkan."Assalamualaikum" Aku mengucap salam."Waalaikumsalam. Ada perlu a..." Dia terdiam, saat melihatku memapah ibu kandungnya berdiri, tepat di depan matanya sekarang. "Ibu?" Begitu kalimat yang kudengar. Entah mengapa membuat darah

  • Membuang Lelaki Sampah!   Menyapa tahanan

    "Mengapa kau membawa Fatih pergi?" Aku bertanya tanpa berbasa-basi lagi. Kesabaranku pada mas Aldo sudah ada diujungnya.Dia terdiam, membuang wajahnya kearah lain. Aku menemuinya di kantor polisi. Mas Aldo ternyata juga masuk daftar pencarian orang. Penipuan, adalah kasus yang kini juga menjeratnya."Baiklah, jika kamu hanya diam, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ini terakhir kalinya aku kemari!"Aku berdiri, melangkah menuju pintu. "Aku hanya ingin memeluk anakku!"Suaranya sumbang. Membuat kakiku berhenti melangkah. Aku berbalik, melihat punggungnya yang kecil di balik baju orange bertuliskan Tahanan itu."Anak siapa? Fatih bukan anakmu!""Dia anakku! Aku tau dia anakku Sari!" Dia kini berdiri, namun belum melihatku."Anak yang tak kau akui sejak dalam kandungan? Bukankah mulutmu sendiri yang bilang 'hanya anak Rani darah dagingku'. Itu kan yang kau katakan?" Dia diam, tak ada jawaban."Lalu sekarang dimana Veronica? Hem... Kau bahkan tak bisa menjadi ayah yang baik untuk bayi malan

  • Membuang Lelaki Sampah!   masalah terakhir

    Kugendong Fatih yang menangis. Kupeluk dan kutenangkan dia dulu. " anak bunda sayang. Ini bunda" kutimang dia dalam dekapan. Kini tangisnya mulai reda. Dia memegang botol susunya dengan erat. Aku berjalan menuju pintu, tapi kudengar suara air dari dalam kamar mandi. Aku mendekat kearah pintu kamar mandi. Ada orang di dalam!Kutempelkan telingaku didaun pintu. Bunyi air itu sumakin jelas. "Sebentar nak, uti lagi buang air. Ini sudah selesai. Kamu jangan nangis lagi dong. Nanti mereka dengar!" Ibu ternyata ada di dalam. Aku kunci saja ibu dari luar. Biar saja dia berteriak-teriak didalam."Siapa itu! Hey siapa itu" suaranya berteriak mencoba membuka pintu."Jangan pernah lagi menyentuh anakku bu Ida!" Aku bicara dari luar. "Sari? Buka sari. Kembalikan Alex cucuku?"Alex? Keren amat namanya. Dikasih nama Muhammad Fatih kok jadi Alex. Kayak nama kedai Bakso di dekat Radio umum."Lha emang ibu punya cucu nama Alex?""Diam kamu. Keluarkan aku!""Diam ibu! Aku panggil polisi mau? Anakku b

  • Membuang Lelaki Sampah!   Mencari Fatih

    "Assalamualaikum..." Suara itu membuatku melihat kearahnya. "Mas Atnan?"Saat aku sedang kalut. Mas Atnan datang tepat didepanku. Bisakah aku meminta bantuanmu juga mas?"Ada apa mbak?" Ia tampak terkejut melihatku yang tergugu"Bisa bantu saya mas. Anak saya hilang mas.""Aisyah?Aku menggelengkan kepala. "Fatih mas""Kok bisa? Dia kan masih kecil mbak. Yasudah kita kemobil dulu. Kita cari sama-sama. Nanti mbak bisa cerita kronoliginya sambil jalan."Aku menganggukkan kepala. Segera saja aku pergi menuju mobilku. Mas Atnan meminta kunci mobilku dan membukakanku pintu untuk masuk. Aku duduk di samping kemudi dan mas Atnan menyusul masuk. Tanpa berfikir panjang, kami pergi.***"Jadi Fatih di ambil mantan suami mbak kemarin itu? Aku menganggukan kepala."Secara biologis dia memang ayahnya mas. Tapi secara hukum fatih masuk anak saya dan mas Yuda. Entah bagaimana mas Yuda menuliskan Fatih anaknya yang sah.""Lalu Aisyah?""Dia anak angkat saya."Mas Atnan terdiam. "Mbak masih ingat kema

  • Membuang Lelaki Sampah!   Fatih Hilang

    "Assalamualaikum " ibu datang bersama Kania dan anak-anak. Melihat mas Atnan dudukdi dalam saung bersamaku, membuat ibu menatapku penuh tanya."Ibu ingat, ini mas Atnan. Anaknya Bu lurah."Ibu duduk memperhatikan lelaki itu. "Oh, ibu ingat yang kemarun pas kita pulang ambil satur sama mak Idah kan?""Betul bu, itu saya. Apa kabar...""Baik mas, baik. Kok bisa sama-sama disini?" Kembali ibu mewawancara diriku."Oh, ini tempat makan punya mas Atnan bude" Kania ikut menjelaskan. Gadis sok tau inu tersenyum menggodaku. Dasar!Ibu nampak terkejut. Seban baru tau jika anak bu lurah itu polisi yang sukses punya tempat makan."Jadi beli sayur di rumah sana itu untuk di bawa kemari?""Iya bu. Betul. Tadinya kakak yang mengelola. Tapi sekarang diserahkan kesaya. Yasudah kalau begitu silahkan pesan. Saya pindah meja saja" Mas Atnan."Makan bareng saja nak, biar ramai" ibu memberikan tawaran."Iya mas, tadi bilang mau ikut bergabung. Gak apa-apa." Aku juga meminta."Betul mas, gak perlu gak enak

  • Membuang Lelaki Sampah!   Berterima kasih

    Sejak pagi mas Aldo masih terus menghubungi. Bahkan semalam dia pergi kerumah. Entah berapa lama dia ada di depan gerbang. Mungkin srbsiknya aku pindah saja. Rasanya tak nyaman diteror hamoit setiap hari.Dan setelah kufikirkan semalaman. Ada baiknya memang aku menerima tawaran untuk datang ke warung mas Atnan. Rasanya berterimakasih saja tak cukup. Mas Atnan sudah membantuku dari mas Aldo.Akhirnya menjelang siang, Kuberanikan diri mampir kewarung mas Atnan. Aku membawakan beberapa cemilan dan buah juga. Sebagai rasa terimakasih sudah membantuku kemarin saat mas Aldo kembali datang menganggu."Ada yang bisa dibantu kak?" Seorang pelayan wanita memberikan menunya padaku.Aku menerimanya. "Eh, saya mau pesan nasi ayam saja mbak. Untuk dua puluh delapan orang. Kirim untuk makan siang di toko depan ya"Wanita itu mencatat pesananku. Aku masih mencoba mencari-cari dimana mas Atnan berada."Em, maaf.. ada lagi yang lain bu?""Oh, tidak. Itu saja. Dimana kasirnya?" Wanita itu mengantarkan

  • Membuang Lelaki Sampah!   Datang menyelamatkanku

    "Aku hanya ingin bersamamu dek sari!" Mas Aldo mencegahku pulang dari toko.Entah hari keberapa ini, dia terus datang kemari. Tanpa henti dan tak kenal lelah. Aku bahkan merasa benar-benar sudah terganggu."Biarkan aku bersamamu dek..." Dia mencengkeram tanganku dengan erat. Kucoba melepasnya, namun tetap saja tak bisa. " Dengarkan dulu sari, aku dulu begitu takut pada ibu. Sekarang aku tak takut lagi." Dia mulai memaksa."Lepaskan! " Teriakku akhirnya. Setalah berkali kali kucoba bersabar.Satpam tokoku sedang di dalam, membantu mengurusi barang yang masuk. Jadilah aku didepan sendiri. Mengurusi manusia tak tau malu ini."Aku tak bisa lagi melepaskanmu Sari. Aku masih mencintaimu" Dia menatapku memelas. Dia fikir aku akan tersentuh? Dimataku, Aldo hanyalah barang bekas yang sudah kubuang. "Apa maumu mas?""Kembali padamu. Aku mohon. Mas janji dek, mas tak akan menyakitimu. M

  • Membuang Lelaki Sampah!   Akhir kisah cinta segitiga

    Ibu masih terlihat menangis. Beberapa warga memeluknya dengan erat. Sebentar kemudian mobil lain mendekat. Lalu seseorang turun daru dalam mobil."Mas Alan" Ucapku pelan. Tiba-tiba aku begitu khawatir, terlihat mas Alan datang dengan membawa Arcila dan Almira, tanpa mbak Asya.Mbak Nur tiba-tiba berlari kearah kami. "Mbak, siapa yang meninggal?""Kamu belum dengar Sari?" Mbak Nur berbalik tanya.Aku menggelengkan kepala. "Mana aku tau mbak. Memang siapa?""Asya..."Astagfirullah...!Tubuhku tiba-tiba bergetar karena terkejut. Mbak Asya meninggal? Kenapa mbak Asya bisa meninggal? Bukankah kudengar terakhir kali dia akan menikah lagi."Jangan bercanda kamu Nur, bukanya Asya mau menikah bulan depan?" Mbak Yayuk bertanya. Sepertinya sama sepertiku, mbak Yayuk juga terkejut dan tak percaya."Masak berita orang mati aku buat-buat to mbak. Kalau aku buat-buat, menurut mbak siapa yang ada dalam peti itu?""Gak tau Nur, Aldo mungkin lebih pantas!" Ucap mbak Yayuk. "Lelaki tak tau diri itu pa

DMCA.com Protection Status