Share

Bab 45 - Belajar

Penulis: Ocean Na Vinli
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 15:42:06

Fabrizio mendekatkan bibirnya ke telinga Theodore lalu menyebutkan satu nama yang membuat Theodore mengembangkan senyum licik.

"Hmm, aku akan mempertimbangkannya Fabrizio, untuk saat ini aturlah strategi agar rencana kita ke depannya berjalan dengan mulus," sahut Theodore, kemudian menyesap kembali rokok.

Fabrizio menegakkan badan lalu menyeringai tajam. "Baik Mister, serahkan saja semuanya padaku. Mister tidak usah khawatir."

Theodore tak menanggapi, malah membuang asap kelabu ke udara.

"Martin, inilah waktunya kau hancur," desisnya pelan sambil menyeringai tipis.

***

Kembali ke mansion Martinez. Akibat ketegangan tadi, Lauren diancam Martin untuk jangan mendekati Angelo dan Angela. Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, Lauren berlalu pergi dengan raut wajah merah padam.

Usai kepergian Lauren, penghuni rumah kembali ke aktivitasnya masing-masing. Martin memilih pergi ke kamar hendak tidur kembali. Diana pun pergi ke kamarnya ingin membersihkan diri. Sementara Angelo dan Angela ten
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 46 - Cemburu

    Martin mengepalkan kedua tangannya seketika. Sorot matanya begitu tajam dan dingin sekarang. "Iya, benar biarkan B saja yang mengajari Diana!" seru Cordelia menyetujui rencana B. Tadi, sebelum mamanya pergi dari mansion. Lauren berpesan untuk berhati-hati pada Diana. Diana memiliki rencana terselubung. Cordelia penasaran lantas bertanya. Tetapi, Lauren hanya diam saja. Mungkin bermaksud menjaga perasaannya yang tengah berbadan dua sekarang. Dengan muka tak berdosa, B mengangguk cepat sambil tersenyum sumringah."Hei, jangan, bial Daddy saja!" Angela langsung angkat bicara. Tak mau jika rencananya dan Angelo akan gagal."Hei, apa aku melewatkan sesuatu!" Di belakang B, Lopez menepuk kuat pundak B. Pria itu saja tiba dan mengedarkan mata di sekitar kala merasa hawa di ruangan sedikit mencekam."Lopez!" panggil Martin, dengan rahang masih mengetat keras. Lopez melemparkan pandangan ke arah B sekilas. "Iya Mister?" "Potong gaji B 90 persen!" Martin menyeringai tajam setelahnya. Mata

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 47 - Wanita Bermuka Dua

    Diana panik bukan main. Dengan sekuat tenaga mendorong dada Martin. Namun, tenaganya tak mampu menandingi Martin. Sosok di hadapannya itu melempar senyum aneh tiba-tiba."Martin, apa kau sudah gila! Lepaskan aku, kau mau apa?" teriak Diana, tanpa berhenti memberontak.Diana seketika membeku kala Martin memegang lehernya dan tengah melihat lehernya sekarang hingga membuat dagu Diana terangkat sedikit. "Kenapa kau panik? Aku hanya ingin periksa keadaan lehermu, biru atau tidak, aku penasaran mengapa tidak biru padahal aku mencekikmu lumayan kuat," kata Martin seraya menilik keadaan leher Diana. Yang tidak ada bekas sama sekali. Tadi, saat sudah selesai mandi, Diana menutupi bekas cekikikan dengan foundation dan concealer agar tak terlihat. Dengan susah payah Diana menelan ludah. Mencoba bersikap tenang walau jantungnya serasa ingin melompat dari sarangnya juga sekarang. "Kau tenang saja, aku baik-baik saja kok, sudah, sebaiknya kau turunkan tanganmu itu!"Diana menyentak kasar tanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 48 - Aku Membencimu

    Kepala Martin memutar ke kanan sesaat. Matanya membola ketika mendapat tamparan dari Diana barusan. Dengan cepat menoleh ke depan. Melihat wajah Diana merah padam."Berhenti mengikuti aku, Martin! Apa ini rencanamu untuk membuat aku selalu dituduh istrimu itu!" seru Diana menahan amarah. "Aku tahu, aku ini hanyalah anak buangan yang kebetulan diangkat pria kaya raya lalu menggantikan putrinya untuk menikah denganmu dulu!" Diana mulai menumpahkan curahan hatinya kepada Martin. Tanpa permisi air mata membasahi kedua pipinya sekarang. "Di antara kita sudah tak ada apa-apa lagi, Martin, aku mohon jangan terlalu dekatku, jagalah perasaan Cordelia ...." Martin membuat Diana serba salah. Di satu sisi Diana merasa senang dengan sikap aneh Martin, yang akhir-akhir ini kerapkali menyentuhnya. Namun, di lain sisi juga ia tak mau menjadi orang ketiga di hubungan Cordelia dan Martin. Dia sudah berjanji pada mendiang Philip untuk menjaga Cordelia. Meski sebenarnya ada sedikit kebencian hinggap di

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 49 - Other Side

    "Ya ampun, maafkan aku ...."Diam-diam, Cordelia menyungging senyum kemenangan. Melihat darah mengalir pelan dari ujung jari telunjuk Diana sekarang. Kali ini rencananya untuk mencelakai Diana telah berhasil. Dia baru saja sampai di ruangan. Ide brilliant melintas cepat di benaknya barusan. Lantas dengan cepat dia mengejutkan Diana dari belakang tadi. Tergesa-gesa, Martin mendekat, tak lupa memasukkan samurai ke sarung dan menaruh benda tajam itu ke lantai. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya, cemas. Seraya menekan jari Diana dan mengambil alih pedang. Diana meringis sejenak. Sedikit kesal dengan sikap Cordelia. Yang bertingkah seperti anak kecil. Diana memilih diam. Martin menoleh, melihat Cordelia, dengan tatapan tajam."Cordelia, apa yang kau lakukan di sini! Bukankah sudah aku katakan jangan dekat-dekat!" Martin membentak Cordelia seketika, matanya melotot keluar. Hingga Cordelia terkejut. Niat hati ingin mencelakai namun hatinya yang terluka sekarang. "Aku tidak sengaja, Martin, a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 50 - Love

    "Gila?" Martin mengulangi perkataan Diana dengan raut wajah datar. Diana melotot. "Iya, apa kau sudah gila, mengajakku bermain kuda-kudaan di siang begini, kita ini bukan pasangan suami-istri lagi!" Martin menyeringai tipis. "Aku tahu kita tidak memiliki hubungan lagi. Maksudku, kita bermain kuda di lapangan pacuan kuda, kau tidak lupa 'kan di sisi kiri mansion ada lapangan, aku naik kuda punyaku dan kau juga naik kuda khusus punyamu, apa kau sedang membayangkan kuda-kudaan yang lain?" 'Astaga, Diana, mengapa pikiranmu mesum sekali!'Memerah muka Diana. Dia salah tanggap. Sejak tadi pikirannya sudah melanglang buana entah kemana. Salah tingkah jadinya."Mem—bayangkan kuda apa? Iya, iya, maksudku kuda yang itu!" sahutnya ketus dan agak kaku. Kemudian membuang muka ke samping.Diana tak sadar. Ada rona merah terpatri jelas di kedua pipinya sekarang.Martin telah berhasil melempar pancingan. Sayangnya sang ikan berusaha mengelak. Sambil mengulas senyum, Martin bersedekap di dada, hing

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 51 - Body

    "Mister."Belum juga Martin mendengar pembicaraan dari kamar, suara seorang di belakang membuatnya memejamkan mata sesaat lalu mendengus kesal. Martin amat penasaran apa jawaban Diana. Dengan cepat memutar badan, melihat Ursula berdiri di hadapannya sambil tersenyum kikuk.Martin melototkan mata, kesal karena kegiatannya diganggu. "Apa?" tanyanya ketus. Ursula malah menyengir kuda. "Maafkan saya, menganggu waktu Mister. Saya mau menyampaikan pesan dari Nona Cordelia. Kalau Nona ingin bertemu dengan Mister sekarang, Nona muntah lagi tadi di kamarnya."Sebagai wanita single, Ursula pun kebingungan kala sang majikan memberi perintah, menyuruh Martin ke kamarnya sekarang.Martin menarik napas dalam sejenak, sama sekali tak berniat menggubris Ursula. Dengan riak muka kesal ia mengayunkan kaki menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Diana.Ursula tercengang, sang tuan tak memberi tanggapan sama sekali. Dia terlihat serba salah. "Aduh, bagaimana ini? Nanti Nona Cordelia pasti marah pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 52 - Panic Attack

    Tanpa mengalihkan pandangan dari Martin, Cordelia melangkah masuk. Martin mengumpat di dalam hati karena lupa mengunci pintu tadi. Lantas dengan cepat ia mengambil remote control di samping lalu menekan tombol khusus agar tembok tembus pandang tersebut tak dilihat Cordelia. Ekor mata Martin dapat melihat bila Diana tengah mengosok tubuhnya dengan sabun.Sekarang, dengan dada naik dan turun, Cordelia berdiri tepat di hadapan Martin. Napasnya memburu, menahan amarah. Martin masih bergeming duduk di sofa dan sesekali melirik tembok di depan."Martin!" seru Cordelia. "Hm, ada apa?" Demi mengatasi rasa gugup melanda karena hampir ketahuan, Martin berdeham rendah."Martin, mengapa kau berubah?!" Cordelia berteriak dengan mata memerah.Alis tebal Martin bertautan, sedikit heran dengan sikap Cordelia. "Berubah apanya?"Pecah tiba-tiba tangis Cordelia. Dengan pundak bergetar pelan, secara perlahan ia merosot ke lantai dan terduduk di hadapan Martin. Kemudian menatap dalam maniknya. Kedekatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 53 - Annoying

    "Martin, cepat jawab aku! Kenapa kau membawa aku ke sini hah?!" Martin tak menjawab namun tersenyum tipis, sebuah senyuman yang membuat bulu kuduk Diana berdiri tiba-tiba. Merasa ada yang tidak beres, Diana berlari menuju pintu hendak memutar gagang. Namun, sayang gerakannya kalah cepat. Martin telah berhasil mencekal tangannya dan menyudutkannya ke sudut ruangan."Martin, please, kau mau apa sih?" Diana sedang memberi ruang sedikit di antara mereka. "Menurutmu aku mau apa?" Martin menekan tubuh Diana hingga Diana membuang muka ke samping. "Aku tidak tahu, makanya aku bertanya padamu!" lontar Diana seraya mendorong dada bidang Martin dengan kedua tangan. Diana tak mau Martin sampai mendengar detak jantungnya yang berdegup cepat seperti lomba pacuan kuda sekarang. Martin malah terkekeh."Jangan seperti ini Martin, kau membuat aku takut tahu!" Diana mulai jengkel. Deru napas Martin mengenai kulit lehernya membuat Diana meremang. Senyum jahil tiba-tiba mengembang di wajah Martin. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02

Bab terbaru

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 147 - Sisi Lain

    "Angelo, aku mencintaimu, kembalilah padaku!" Kalimat yang dikeluarkan Claudia barusan. Membuat rahang Angelo semakin mengetat. Kini wajah wanita itu terlihat kumal dan kusam. Pakaian tahanan melekat dengan sempurna di tubuhnya saat ini. Claudia memandang Angelo dengan tatapan memuja. Angelo menebak bila Claudia melarikan diri dari penjara. Dia menahan kesal mengapa Claudia bisa meloloskan diri. Namun, mengingat ayah Claudia juga memiliki latar belakang di kemiliteran. Hal itu bukanlah hal yang sulit untuk Claudia bisa melarikan diri. Terlebih, saat ini ia dapat melihat sedikit bercak darah di pakaian Claudia. "Apa kau sudah gila! Aku sudah menikah!" seru Angelo dengan mata berkilat. Mendengar hal itu, mata Claudia yang semula berseri-seri langsung menyala bak kobaran api. Dengan napas mulai memburu ia pun berteriak,"Iya aku sudah gila, dan itu semua karena ulahmu! Aku tidak peduli, kau harus menjadi milikku!"Sesudah menanggapi, terdengarlah suara tawa keras di sekitar. Claudia t

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 146 - Merasa Bersalah

    Kening Jane lantas mengernyit. "Ada apa?" tanyanya. Amat penasaran ia, mengapa mimik muka Angelo mulai berubah menjadi lebih dingin sekarang, seolah-olah tengah marah pada seseorang. Angelo tak membalas, sejak tadi mendengar dengan seksama penjelasan Eliot. Di mana Adam, papa Claudia merupakan salah satu tersangka yang terlibat di dalam penculikan Jane."Pantas saja kita kesulitan mencari letak lokasi tempat penyekapan Jane, ternyata lelaki bedebah itu yang menutupinya, mama tiri Jane benar-benar gila! Seandainya saja kalau dia masih bernapas aku akan membakarnya hidup-hidup." Di ujung sana Eliot memberi pendapat. Tarikan napas berat pun terdengar bersamaan. Ia begitu kesal karena orang dipercayainya telah berkhianat dan membuat proses penyelamatan sempat terhambat kemarin. Angelo enggan menanggapi, namun dari sorot matanya berkabut kekecewaan mendalam pada Adam.Eliot menarik napas panjang kemudian, memahami Angelo yang masih diam di balik ponsel. "Dan satu lagi, pasti ini akan m

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 145 - Selamat

    Jane terlonjak kaget kala Claudia berhasil membuatnya terhuyung-huyung ke belakang dan hampir saja terjatuh. Beruntung dirinya dapat menahan diri meski kakinya sekarang terkena pecahan kaca. "Mati kau!" pekik Claudia lagi. "Kau yang mati!" Cukup sudah, Jane habis kesabaran. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Claudia hingga wanita tersebut terpental jauh, di mana punggung dan kepala bagian belakangnya membentur dinding. Claudia pun langsung pingsan di tempat. "Ck, menyusahkan sekali!" kata Jane sembari menarik napas lega. "Jane!"Perhatian Jane teralihkan kala mendengar suara Angelo di sekitar. Ia alihkan matanya ke arah pintu utama apartment, di mana Angelo berdiri dengan mimik muka terkejut dan panik."Baby!" Dengan hati-hati Angelo mendekat lalu menuntun Jane ke sisi yang aman. Usai itu, tanpa mengucapkan satu patah kata lelaki tersebut memeluk dan mencium kening Jane berkali

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 144 - Satu Lawan Satu

    Jane mencoba untuk tetap tenang. Sebab sosok di hadapannya auranya tak seperti dahulu. Terakhkir kali bertemu, wajahnya nampak teduh. Namun, sekarang terasa dingin dan hitam pekat. Ada sesuatu yang tidak dapat Jane jelaskan sendiri."Apa maumu, Clau?" tanya Jane sembari memundurkan langkah kaki perlahan-lahan hendak mengambil pisau di dapur. Pasalnya saat ini Claudia tengah memegang pisau. Bukannya menjawab, wanita berambut panjang tersebut malah melangkah maju, sambil melayangkan tatapan mengintimidasi. Namun, Jane sama sekali tidak takut. Mungkin karena latar belakangnya dari keluarga mafia. Menjadikan dia tak gentar sama sekali.Jane tersenyum mengejek setelahnya. "Apa kau belum bisa menerima kalau Angelo memilih aku daripada kau?" ujarnya, sengaja memancing emosi Claudia.Kalimat yang dilontarkan Jane barusan membuat napas Claudia menderu cepat dan matanya pun langsung melotot tajam."Kalau kau sudah tah

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 143 - Kembali ke Toronto

    "Astaga, kita melupakan Jane, oh ya selamat Jane, semoga kau tahan dengan sikap Angelo. Kami senang ingatanmu sudah pulih sekarang," ucap Eros seketika. Keasikan mengobrol membuat mereka melupakan wanita mungil di samping Angelo. Yang sejak tadi tersenyum kecil, mendengarkan mereka berbincang-bincang. Jane mengulum senyum. "Terima kasih, tenanglah aku sudah terbiasa dengan sikapnya, katanya seraya melirik Angelo sekilas. Angelo balas dengan mengulas senyum kecil."Oh ya, nanti malam jangan terlalu cepat kasihan anak orang," kelakar Ronald membuat semburat merah di kedua pipi Jane langsung muncul. "Ya, pelan-pelan Angelo, aku tahu ini pertama kalinya bagimu," timpal Eros sembari tertawa pelan. Sontak Angelo dan Jane saling lempar pandangan. Seandainya saja teman-temannya tahu bila mereka sudah bercinta kemarin. Maka dapat dipastikan akan dijadikan bahan olok-olokkan oleh ketiga pria jahil di depan."Hei, sepertinya tawa kita membuat orang risih." Eros melirik ke segala arah kala

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 142 - Lupakan

    Martin nampak syok ketika melihat Angelo berdiri dalam keadaan dada terbuka. Dapat dipastikan anak sulungnya tersebut baru saja selesai berhubungan badan. Jane pun berbaring di atas kasur sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Gurat kepanikan tergambar jelas di wajahnya sekarang.Dengan muka tak berdosa, Angelo melirik Jane sekilas, memberinya kode untuk tetap diam di tempat dan jangan bergerak. Jane mengerti, membalas melalui gerakan mata. Mengatakan takut pula pada Angelo. Namun, Angelo memberi bahasa isyarat untuk jangan takut. "Biadap!" murka Georgio, lantas mendekat kemudian melayangkan tamparan kuat pada pipi kanan Angelo. Kepala Angelo bergerak ke kanan seketika. Pipinya pun langsung memerah. Sambil memegang pipi, Angelo menoleh ke depan."Apa kau sudah gila hah?!" jerit Georgio."Maafkan aku Tuan Georgio, aku memang sudah gila. Kalau aku tidak melakukan ini. Kau pasti tidak akan merestui hubungan kami! Jadi, lebih baik aku hamili anakmu dulu!" seru Angelo tegas, hin

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 141 - Suara Apa Itu

    21+++***(Maaf tidak sesuai ekspetasi) ~~~Sepasang mata bulat Jane langsung membola, hendak melawan. Namun, Angelo mengekang tubuhnya. Terlebih, bibirnya dibungkam Angelo sekarang. Kali ini Jane tak bisa menolak. Mungkin karena rindu yang mengebu-gebu. Dia mulai pasrah terhadap perlakuan Angelo.Bibirnya dikecup, disesap dan lidahnya pun dililit-lilit Angelo hingga keduanya saling bertukar saliva. Jane memejamkan mata, menikmati kecupan ganas yang dilakukan Angelo saat ini. Sementara Angelo amat tak tahan. Sejak tadi menahan diri, melihat bibir ranum Jane bergerak-gerak. Di mata Angelo, wanita bertubuh mungil ini amat menggemaskan. Kini lelaki bermata cokelat tersebut. Dengan mata menutup mencekal pergelangan tangan Jane. Napasnya memburu, jantungnya pun berdetak kencang, seakan-akan organ dalamnya akan meledak. Sampai pada akhirnya ia menjauhkan sedikit wajah kala mendengar Jane kesulitan mengambil napas. Angelo membuka mata, menatap seksama wajah Jane yang masih berusaha mera

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 140 - Bukti

    Sampai keluar mata Angelo kala mendengar perkataan Martin barusan. Dia terperangah sejenak."Daddy." Angelo menahan geram karena Martin tak dapat diajak berkompromi saat ini. "Ck, berkerjasamalah denganku, Dad, ayo cepat ralat ucapan Daddy barusan."Martin tak menyahut, malah mendengus lalu melipat tangan di dada. Angelo menghela napas lelah kemudian. Dengan cepat ia menekan bell rumah lalu berkata,"Maaf Tuan Georgio, Daddyku hanya bercanda tadi, sebenarnya dia ingin meminta maaf pada Tuan.""Cih, aku tidak bercanda! Aku memang mengajakmu berduel, sialan!" protes Martin cepat membuat Angelo semakin kalang kabut.Angelo menatap tajam Martin, memberi bahasa isyarat untuk diam. Lagi dan lagi Martin balas dengan mengeluarkan dengkusan kesal.Tak ada tanda-tanda pagar akan terbuka. Angelo pun mulai memarahi Martin. Tak lupa ia berulang kali melontarkan kata maaf dengan berbicara melalui alat di dekat pagar, yang di mana itulah adalah kamera pengintai berupa suara yang terhubung ke dalam m

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 139 - Kembalilah Padaku

    Jane terbelalak. Dengan cepat meloncat dari atas ranjang kemudian bergegas menghidupkan lampu ruangan. Angelo meringis pelan tatkala mendapat pukulan di rahangnya barusan. Seumur-umurnya baru kali ini dia dipukul oleh seorang wanita. Sambil memegangi pipi, dia memandang ke sudut ruangan, di mana Jane berdiri dengan raut wajah kebingungan. "Angelo, kenapa kau bisa di sini?" Jane heran mengapa Angelo bisa masuk ke dalam kamarnya. Padahal setahunya keamanan di mansion sudah diperketat Georgio. Namun, detik selanjutnya dia sadar bila Angelo adalah tentara yang memiliki kemampuan khusus di dunia militer. "Pergilah Angelo, sebelum ketahuan Daddyku," ujar Jane kemudian sambil membuang muka ke samping. Jujur saja, ia ingin sekali berlari kencang ke arah Angelo dan memeluknya erat-erat sekarang. Namun, mengingat pesan yang dikirim Claudia tadi, Jane urungkan. Angelo mendengus lalu menghampiri Jane hendak meraih tangan pujaan hatinya. Akan tetapi, Jane segera menepis tangannya dengan cepat

DMCA.com Protection Status