Lara turun dari pangkuan Alex saat dia melonggarkan tangannya.“Neo, sudah bangun, Sayang?”Lara bertanya padanya yang masih muka bantal. Kesadaran belum sepenuhnya pulih tapi dia sudah berjalan ke sini.“Selamat pagi.”Selalu sopan dengan menundukkan kepalanya pada Lara dan Alex.“Selamat pagi.”Lara dan Alex menjawabnya hampir bersamaan. Selagi Lara menepuk kepalanya saat mengatakan,“Mama akan ambilkan susu kamu. Duduk dulu ya?”“Thanks, Mom.”“Yes, Sweety.”Lalu Alex menarik kursi agar dia bisa duduk dengan mudah seraya bertanya,“Mana Shen?”“Sepertinya belum bangun.”Menjawab Alex lalu alisnya berkerut. Mata awasnya menangkap potret tak biasa di jari telunjuk sebelah kiri Alex yang tadi dibalut oleh Lara menggunakan plester luka.“Jarinya Papa kenapa?”Bibirnya menunjuk pada tangan Alex.“Ini? Kena gunting pas potong bunga.”“Papa potong bunga?” tanyanya memastikan dia tak salah dengar.“Ikut mama saja tadi, Neo.”“Dapat berapa bunga?”“Baru mau satu. Tapi sudah kena jarinya Pap
“Aku tidak perlu box bayi karena Neo sama Shen waktu itu tidak tidur di box bayi.”Lara menggumam sendirian saat dia melihat katalog yang ada di ponsel. Berbagai macam peralatan bayi dan persiapan menyambut kelahiran.Lara suka melihat yang seperti ini. Apalagi jika itu sebelum tidur karena Lara bisa memimpikan banyak hal nanti untuk mewujudkan keinginannya di dalam mimpi.Dia lelah setelah berbelanja beberapa barang untuk Neo dan Shenina dalam persiapan mereka masuk ke Taman Kanak-kanak. Tapi tidak apa-apa, karena melihat kesibukan di luar juga membuatnya senang.Dan yang lebih menyenangkannya lagi, Lara akan menganggap yang dia lakukan itu sebagai liburan keluarga.Karena keluarganya lengkap. Ditambah, akan ada satu bayi lagi di dalam formasi mereka.“Belilah kalau memang diperlukan!”Alex yang datang dari walk in closet baru saja mendengar Lara saat dia berganti pakaian.“Kamu mendengarnya?” tanya Lara saat Alex berjalan mendekat padanya yang sedang duduk dengan nyaman di atas ranja
Alex menjatuhkan kepalanya dengan tidak berdaya di dada Lara yang malah tertawa melihat apa yang dia lakukan.Lara tertawa karena dua hal. Satu karena melihat ekspresi polosnya, sedangkan yang satunya karena si Alex ini percaya-percaya saja dengan yang dia katakan.Sejenak kemudian kepalanya terangkat dan bertanya pada Lara,“Betul kalau kita tidak boleh melakukan apapun lebih dari satu kali setiap satu bulan? Selama istri hamil? Serius?”“Iya, serius.”“Astaga ....”“Serius bercandanya.”“Terus aku—“Alex berhenti bicara, dari yang merengek kini memandang Lara dengan kedua matanya yang terbuka lebar.“Apa yang kamu bilang, Lara? Kamu bercanda?”Lara mengangguk dengan tak bersalah, tak merasa terbebani. Dan itu membuat Alex kesal setengah mati.“Laraaaa? Kamu hampir bikin aku mati jantungan loh!”Lara tertawa saat menyentil dagu Alex.“Lagian kamu sih menyerangku duluan pas aku belum siap. Jadi sebaiknya aku kerjain saja.”Menyentil hidungnya kali ini. Sedangkan Alex matanya terpejam
Shiera bingung karena perempuan itu sangat marah. Kenapa dia tidak terima Shiera memanggilnya Lara padahal dia jelas-jelas adalah Lara?Kekesalannya tidak main-main saat Shiera menghalangi langkahnya sebelum meneriakinya dengan ‘SIAL!’ sebelum dia berjalan pergi melewatinya.Menyapa pengunjung klub malam yang lain dan dia tampak akrab dengan semua orang di sini.Apa yang terjadi di sini?Apa yang dilewatkan oleh Shiera?Shiera memandangnya yang bergabung dengan beberapa wanita dan pria di sudut lain klub malam dan memimpin mengangkat gelasnya yang bersambut dengan semua orang yang ada di sana dengan senang hati.“Yah! Kamu kenal dengannya?”Shiera bertanya pada Reynold yang menganggukkan kepalanya.“Iya, kenal.”“Siapa? Kenapa aku tidak pernah lihat dia di sini, Reyn?”“Kamu tidak pernah lihat dia karena dia baru masuk ke klub ini beberapa minggu terakhir. Kamu 'kan tidak datang ke sini sudah lama tuh! Nah dia masuk setelah Club Bella Rose disegel.”Shiera masih awas mengamatinya.“Ken
Tepuk tangan yang ramai menyambut penampilan Neo dan Shenina yang sederhana tetapi mengambil hati banyak orang.Mereka seperti sedang mendapatkan suguhan bagaimana curahan hati anak yang mengatakannya secara tulus. Tentang rasa mereka kepada ibu dan juga kepada ayah.Mereka membuat seisi ruangan tersihir.Gemuruh tepuk tangan bahkan masih terdengar saat Neo dan Shenina membungkukkan badan mereka sebelum pergi dari atas panggung, meninggalkan orang-orang yang di sana dan masih memberikan standing applause.Lara sangat bangga dengan mereka.Meski haru menyayat dada tetapi Lara tahu bahwa dia telah melihat anak kembarnya tumbuh dan menjadi seperti sekarang itu.Yang pada akhirnya mereka temui saat acara selesai.“MAMA!”“PAPA!”Neo dan Shenina bersahut-sahutan memanggil Lara dan Alex yang seketika itu berlutut untuk mengimbangi tinggi mereka. Membiarkan Neo memeluk Lara sedangkan Shiera memeluk Alex.“Tadi penampilan yang sangat bagus,” puji Lara saat memberikan jempol tangannya untuk She
Lara melihatnya di seberang kolam. Ada pohon yang ditanam rapi dengan berjajar satu sama lain. Di sanalah sosok Shiera.Dia tersenyum dari kejauhan. Dan mungkin kedatangananya ke sini malah lebih dulu atau bisa saja bersamaan saat Lara dan keluarganya datang.‘Apa yang dia inginkan sebenarnya?’ Lara bertanya dalam diam. Diam-diam khawatir.“Kamu tidak ingin ikut lihat ikan juga? Neo bilang ada yang besar loh.”Lara tersadar dari lamunannya saat mendengar Alex bertanya.“Ada yang besar?”“Iya, Sayang.”“Tapi mungkin sebaiknya kita masuk saja. Makanannya akan datang sebentar lagi.”Alex setuju, lalu meminta anak-anaknya untuk masuk lebih dulu sedangkan dia meraih tangan Lara saat bertanya,“Ada yang tidak beres, ‘kan?”Ternyata di luar dugaannya, Alex lebih peka dari yang dia perkirakan.“I-iya,” jawab Lara dengan ragu-ragu.“Kenapa?”“Shiera ada di sini, Alex.”Alex seketika itu mengedarkan padangannya tetapi dia tidak menemukan keberadaan Shiera di manapun.“Kenapa Shiera ada di sini,
“Kamu sudah tahu namaku. Jadi aku tidak perlu mengenalkan diri, ‘kan?” tanggap Nala seraya melepas jabat tangannya dari Shiera.“Iya, aku tahu namamu karena semua orang yang ada di sini kenal denganmu. Kamu sangat cantik.”“Terima kasih. Duduklah!”Shiera mengangguk saat Nala mempersilahkannya duduk di sampingnya.“Kamu cantik sekali, Nala.”Shiera mengamatinya dan sekarang dia menemukan sedikit perbedaan di antara Lara dan juga Nala.Nala memiliki tanda lahir yang sedikit kemerahan di kelopak mata sebelah kirinya. Tapi mungkin Lara jauh lebih mempesona karena dia memiliki pembawaan yang keibuan dan lebih lembut.Sial!Bahkan di saat Shiera seharusnya membenci Lara pun dia masih saja terpesona kepadanya.“Kamu juga cantik kok. Kenapa memujiku berlebihan begitu sih?”Shiera tersadar mendengar suara Nala yang menyodorkannya segelas minuman padanya.“Apa sih? Tidak lah.”“Jadi kamu juga sering ada di sini?”“Iya.”“Aku belum lama ini datang ke sini. Dulu aku ada di klub Bella Rose, tapi s
Pagi ini, Lara sudah melihat kedatangan Ibra. Sepertinya ada yang harus dia katakan pada Alex dan itu adalah hal yang penting. Karena mereka berbincang di teras sebelah timur rumah.Tempat yang sedikit menyisih yang mungkin saja percakapan mereka kali ini tidak ingin Lara mendengarnya.Entahlah ... Lara tidak tahu karena Lara benar-benar tidak mendengarnya. Melihat ekspresi Alex yang kedua alisnya berkerut, Lara semakin yakin jika itu bukan hal yang bisa dianggap remeh.Lara duga, itu mungkin saja tentang Nala, keberadaannya yang dia duga meleset.....Di sisi timur rumah. Alex berhadapan dengan Ibra yang baru saja mengatakan,“Setelah aku beberapa hari koordinasi dengan anak-anak di lapangan, aku tidak menemukan di mana Nala, Pak Alex.”Kening Alex seketika sakit, dia memijitnya karena pemberitaan yang kurang baik sepagi ini akan memberikan efek domino untuk sisa waktu yang panjang, setidaknya begitulah yang ada di dalam pikiran Alex.“Ke mana terakhir kali kamu pergi utuk mencarinya?