Bibir mereka bertemu sepersekian lama, saling memagut. Memberi rasa manis saat Alex memutuskan untuk melakukan hal yang sama dengan memejamkan matanya dan memeluk pinggang Lara.Jika biasanya Alex yang menunduk untuk mencium Lara, tapi kini sebaliknya. Lara yang harus sedikit menunduk karena Alex sedang berlutut di depan dia duduk.Setelah Lara menarik wajahnya, dia menatap Alex yang sama sekali tidak beralih.“Aku hanya bercanda, Alex. Karena sebelumnya kamu bertanya hal-hal yang polos dan terdengar lucu. Aku tidak tahu kalau responmu akan seperti ini. Maaf ... tapi seperti halnya yang kamu bilang kalau tidak ada orang lain yang kamu sukai di dunia ini selain aku, begitu juga sebaliknya. Tidak ada orang lain yang aku sukai di dunia ini selain kamu. You know me so well. You know that I love you first.”“Ya, but I fall for you harder.”Alex membalasnya dengan tersenyum. Dia meraih tangan Lara, menggenggamnya dengan erat.“Itu kalimat terpanjang yang belakangan ini aku dengar dari kamu,
Alex membuat Lara berbaring dengan nyaman di sini, di atas ranjang mereka yang hangat dan nyaman. Tetapi dengan hati-hati ketimbang yang biasanya Alex lakukan dengan cara menghempaskannya dengan penuh hasrat.Meski dia sekarang juga sama berhasratnya, tetapi dia menahan diri untuk memperlakukan Lara dengan lebih hati-hati.Mata mereka saling terkunci saat Alex tiba di atas Lara, menunduk dan sekali lagi menjatuhkan lehernya di ceruk leher Lara yang wangi.“Aku belum ganti baju,” bisik Lara lirih seraya menoleh pada Alex yang masih di sini, betah berlama-lama.Yang tanpa sengaja gerakannya itu membuat Lara malah mencium telinganya.“Tidak perlu ganti baju.”Alex membalasnya dengan sama lirih juga, menatap Lara dalam jarak sedekat ini, dengan hidung mereka yang saling bersentuhan, sebelum kembali mempertemukan bibir mereka.“Tapi anak-anak belum tidur, Alex?”Memiliki kekhawatiran karena saat Lara naik tadi mereka mengatakan akan makan es krim terlebih dahulu.“Sudah teratasi.”Jawaban d
“Apa yang kamu lakukan sih?!”Lara kesal karena Alex selalu saja seperti ini.Dia itu kadang juga ceroboh di balik sikapnya yang perfeksionis.Lara meraih tangan Alex. Meletakkan jarinya yang terluka karena terkena gunting tanaman itu di pergelangan dress lengan panjang yang sedang dikenakan oleh Lara. Membiarkan darahnya berhenti lebih dulu kemudian barulah melepasnya.“Maaf, aku pikir aku bisa gunting bunganya.”“Tidak usah ikut bantu gunting. Kalau jarimu terluka lagi bagaimana?”“Kamu khawatir padaku, Lara?”“Tidak!”Alex tertawa kecil. Padahal jelas-jelas wajah dan matanya itu khawatir tetapi dia masih sempatnya mengatakan tidak.“Tidak sakit kok.” Alex berujar saat Lara mengambil gunting yang dia bawa dan menyisihkannya agar tidak meminta korban lainnya.“Tidak sakit apanya? Tuh tadi kamu merintih kesakitan?”“Respon manusia saat kaget, Sayang. Jangan berlebihan begitu! Jauh lebih sakit dulu saat kamu tidak mau menerimaku.”“Berhentilah jadi mode buaya, dan berhentilah menggodaku
Lara turun dari pangkuan Alex saat dia melonggarkan tangannya.“Neo, sudah bangun, Sayang?”Lara bertanya padanya yang masih muka bantal. Kesadaran belum sepenuhnya pulih tapi dia sudah berjalan ke sini.“Selamat pagi.”Selalu sopan dengan menundukkan kepalanya pada Lara dan Alex.“Selamat pagi.”Lara dan Alex menjawabnya hampir bersamaan. Selagi Lara menepuk kepalanya saat mengatakan,“Mama akan ambilkan susu kamu. Duduk dulu ya?”“Thanks, Mom.”“Yes, Sweety.”Lalu Alex menarik kursi agar dia bisa duduk dengan mudah seraya bertanya,“Mana Shen?”“Sepertinya belum bangun.”Menjawab Alex lalu alisnya berkerut. Mata awasnya menangkap potret tak biasa di jari telunjuk sebelah kiri Alex yang tadi dibalut oleh Lara menggunakan plester luka.“Jarinya Papa kenapa?”Bibirnya menunjuk pada tangan Alex.“Ini? Kena gunting pas potong bunga.”“Papa potong bunga?” tanyanya memastikan dia tak salah dengar.“Ikut mama saja tadi, Neo.”“Dapat berapa bunga?”“Baru mau satu. Tapi sudah kena jarinya Pap
“Aku tidak perlu box bayi karena Neo sama Shen waktu itu tidak tidur di box bayi.”Lara menggumam sendirian saat dia melihat katalog yang ada di ponsel. Berbagai macam peralatan bayi dan persiapan menyambut kelahiran.Lara suka melihat yang seperti ini. Apalagi jika itu sebelum tidur karena Lara bisa memimpikan banyak hal nanti untuk mewujudkan keinginannya di dalam mimpi.Dia lelah setelah berbelanja beberapa barang untuk Neo dan Shenina dalam persiapan mereka masuk ke Taman Kanak-kanak. Tapi tidak apa-apa, karena melihat kesibukan di luar juga membuatnya senang.Dan yang lebih menyenangkannya lagi, Lara akan menganggap yang dia lakukan itu sebagai liburan keluarga.Karena keluarganya lengkap. Ditambah, akan ada satu bayi lagi di dalam formasi mereka.“Belilah kalau memang diperlukan!”Alex yang datang dari walk in closet baru saja mendengar Lara saat dia berganti pakaian.“Kamu mendengarnya?” tanya Lara saat Alex berjalan mendekat padanya yang sedang duduk dengan nyaman di atas ranja
Alex menjatuhkan kepalanya dengan tidak berdaya di dada Lara yang malah tertawa melihat apa yang dia lakukan.Lara tertawa karena dua hal. Satu karena melihat ekspresi polosnya, sedangkan yang satunya karena si Alex ini percaya-percaya saja dengan yang dia katakan.Sejenak kemudian kepalanya terangkat dan bertanya pada Lara,“Betul kalau kita tidak boleh melakukan apapun lebih dari satu kali setiap satu bulan? Selama istri hamil? Serius?”“Iya, serius.”“Astaga ....”“Serius bercandanya.”“Terus aku—“Alex berhenti bicara, dari yang merengek kini memandang Lara dengan kedua matanya yang terbuka lebar.“Apa yang kamu bilang, Lara? Kamu bercanda?”Lara mengangguk dengan tak bersalah, tak merasa terbebani. Dan itu membuat Alex kesal setengah mati.“Laraaaa? Kamu hampir bikin aku mati jantungan loh!”Lara tertawa saat menyentil dagu Alex.“Lagian kamu sih menyerangku duluan pas aku belum siap. Jadi sebaiknya aku kerjain saja.”Menyentil hidungnya kali ini. Sedangkan Alex matanya terpejam
Shiera bingung karena perempuan itu sangat marah. Kenapa dia tidak terima Shiera memanggilnya Lara padahal dia jelas-jelas adalah Lara?Kekesalannya tidak main-main saat Shiera menghalangi langkahnya sebelum meneriakinya dengan ‘SIAL!’ sebelum dia berjalan pergi melewatinya.Menyapa pengunjung klub malam yang lain dan dia tampak akrab dengan semua orang di sini.Apa yang terjadi di sini?Apa yang dilewatkan oleh Shiera?Shiera memandangnya yang bergabung dengan beberapa wanita dan pria di sudut lain klub malam dan memimpin mengangkat gelasnya yang bersambut dengan semua orang yang ada di sana dengan senang hati.“Yah! Kamu kenal dengannya?”Shiera bertanya pada Reynold yang menganggukkan kepalanya.“Iya, kenal.”“Siapa? Kenapa aku tidak pernah lihat dia di sini, Reyn?”“Kamu tidak pernah lihat dia karena dia baru masuk ke klub ini beberapa minggu terakhir. Kamu 'kan tidak datang ke sini sudah lama tuh! Nah dia masuk setelah Club Bella Rose disegel.”Shiera masih awas mengamatinya.“Ken
Tepuk tangan yang ramai menyambut penampilan Neo dan Shenina yang sederhana tetapi mengambil hati banyak orang.Mereka seperti sedang mendapatkan suguhan bagaimana curahan hati anak yang mengatakannya secara tulus. Tentang rasa mereka kepada ibu dan juga kepada ayah.Mereka membuat seisi ruangan tersihir.Gemuruh tepuk tangan bahkan masih terdengar saat Neo dan Shenina membungkukkan badan mereka sebelum pergi dari atas panggung, meninggalkan orang-orang yang di sana dan masih memberikan standing applause.Lara sangat bangga dengan mereka.Meski haru menyayat dada tetapi Lara tahu bahwa dia telah melihat anak kembarnya tumbuh dan menjadi seperti sekarang itu.Yang pada akhirnya mereka temui saat acara selesai.“MAMA!”“PAPA!”Neo dan Shenina bersahut-sahutan memanggil Lara dan Alex yang seketika itu berlutut untuk mengimbangi tinggi mereka. Membiarkan Neo memeluk Lara sedangkan Shiera memeluk Alex.“Tadi penampilan yang sangat bagus,” puji Lara saat memberikan jempol tangannya untuk She