âBicaralah yang benar, Karel! Aku baru saja bikin satu orang babak belur karena bicara kurang ajar. Jadi jangan buat yang selanjutnya itu kamu.âAlex bangkit dari duduknya dan berhadapan dengan Karel yang membuang sejenak napasnya.âApa ucapanku kurang ajar? Aku hanya bilang kalau kamu tidak bisa menjaganyaââKarel berhenti bicara saat Alex mencengkeram kerah kemeja yang dikenakan oleh Karel dengan erat.âSiapa yang tidak bisa menjaganya, Karel? Katakan!âKarel tidak menjawab, Alex tertawa lirih hingga hampir tak terdengar.âLara selama ini baik-baik saja. Baru hari ini dia seperti ini dan itu bukan karena faktor internal. Tetapi karena ada variabel lain yang masuk ke dalam hidup kami. Tidak ada kegagalan yang aku lakukan. Jadi berhenti bicara omong kosong. Aku bisa mematahkan tanganmu kalau kamu bicara begitu sekali lagi. Mengerti!âAlex mendorong Karel dari depan pucuk hidungnya. Membuatnya beberapa langkah ke belakang dengan tatapan yang masih saling bertemu.âKalau ucapanmu hari i
Lara tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya dengan kata-kata. Tapi mungkin ini yang disebut sebagai pasti ada hal baik di balik setiap kejadian buruk.Lara, belum lama ini berpikir hidupnya akan habis di tangan lelaki maniak yang bernama Daniel itu.Tapi ... lihat apa yang dia dapatkan setelah melewati masa krisis itu!Sebuah kabar bahagia bahwa dia sedang mengandung buah cintanya bersama dengan Alex.âTapi ... apa kandungannya baik-baik saja? Karena Lara tadi terluka 'kan, Dokter Evan?âAlex bertanya dengan khawatir karena memang sebelumnya dia melihat kondisi Lara yang dalam keadaan tidak baik. Mengingat kembali darah yang tercecer di lantai telah menyakiti hatinya dan membuatnya nyeri.âTidak ada masalah dengan kandungan bu Lara, Pak Alex. Janinnya masih sangat kecil, masih sebesar biji apel. Usianya ada di minggu ke lima. Tadi sudah ada jawal pertemuan dengan dokter obgyn. Setelah dipindah ke kamar rawat, bu Lara akan kami berikan vitamin untuk ibu hamil dan asam folatnya ya.âD
Shiera sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Lara sehingga dia yang tadinya ada di dalam kamarnya bergegas keluar dengan penuh harap.Dia harap, sesuatu yang buruk akan terjadi pada Lara. Jika bisa, dia mati sekalian sehingga tidak ada lagi yang namanya Lara di dalam hidupnya Alex.Shiera keluar dari rumah dengan gegas. Dia akan temui Alex dan melabraknya karena dia membuatnya sangat marah siang ini. Berkendara menuju ke JS Group, dia melewati jalanan yang lumayan macet. Di sebuah perempatan jalan, dia melihat mobil sedan, milik Alex. Dia hafal plat nomor mobil milik Alex yang tak hanya sekali dia lihat. Shiera mengikutinya, kira-kira akan pergi ke mana. Dan akan lebih bagus jika dia bisa menyaskikan Lara yang sekarat dan mati di depan kedua matanya.Setidaknya begitulah yang dipikirkan oleh Shiera.Tetapi tidak!Mobil Alex yang sesaat kemudian dia ketahui disetir oleh salah seorang bodyguard milik JS Group itu berbelok ke rumah sakit dengan sedikit gegas.Berhenti di Emerge
âKamu bisa datang ke sana, Ibra?ââPak Alex tidak bisa datang denganku?â tanya Ibra balik saat Alex yang dari nada tanyanya ingin bicara jika dia terdengar tidak akan bisa ikut setelah Ibra mengatakan dia telah menemukan di mana keberadaan Nala, saudara kembarnya Lara.âAku sebenarnya bisa ikut, Ibra. Tapi baru saja aku janji sama Neo dan Shen kalau kami akan pergi untuk menjenguk Lara nanti malam.ââAh, baiklah kalau begitu.ââKamu tidak masalah menyelesaikan ini sendirian?ââTidak masalah kok, Pak Alex. Aku bisa lakukan itu.âAlex mengangguk dengan senang hati.âBagaimana keadaan Lara sekarang, Pak Alex?ââSudah baikan. Dan aku punya kabar bagus untukmu.ââApa nih? Kenapa tiba-tiba ada kabar bagus padahal baru saja kena musibah?ââAku akan punya anak lagi.âSeketika Ibra terdiam. Bibirnya terkunci tetapi kedua matanya membola dengan lebar.Komat-kamit, komat-kamit.Mencoba mencari kalimat yang pas untuk memberi selamat pada Alex.âWah ... bukankah itu sangat luar biasa? Tidak diraguk
âHendry!â panggil Ibra pada seorang lelaki yang tersambung panggilan telepon dengannya.âI-iya, Pak Ibra?â terdengar gugup dari seberang telepon karena dia bisa mengetahui jika Ibra sedang berang.âKamu kasih aku alamat Nala dengan benar?ââIya, benar, Pak Ibra.ââLalu di mana kamu sekarang?ââAku di kantor.ââApa begitu cara kerjanya? Kenapa kamu tidak berjaga di sini sampai aku datang hah?! Kamu tahu apa yang kamu lakukan barusan? Nala sudah kabur, bajingan!âTidak terelakkan. Ketenangan yang sedari tadi dia bangun dengan bercanda bersama dengan Alex seketika buyar.Karena Ibra tahu jika dia juga akan ada dalam masalah besar jika mengatakan ini pada Alex.Belum ada satu jam dia mengatakan jika dia mengetahui di mana keberadaan Nala tetapi sekarang dia harus mengabarkan kembali pada Alex bahwa dia kehilangan jejak?Bukankah itu konyol?âMaaf, Pak Ibra. Aku pikir dia akan berdiam diri di dalam rumahnya karena aku menunggunya sangat lama dan dia tidak keluar dari sana.ââApa kamu pikir
Alex berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan. Dia menunggu di luar untuk bisa bicara dengan Roy.Ini dia orangnya sudah menyusul Alex keluar.âAlex.âAlex menoleh dengan menunjukkan senyumnya. Mereka berdiri berdampingan dengan Roy yang ada di sisi kanan Alex.âMaaf,â ucap Roy lagi. Sadar jika dia telah membuat Alex kesal setengah mati sampai harus membawanya keluar seperti ini.âTidak apa-apa. Tapi hanya berlaku sekali. Karena kalau diulangi lagi untuk yang ke dua atau yang ke tiga, aku akan menganggapnya sebagai sebuah kesengajaan.ââIya.ââAda hal yang perlu Papa ketahui tentang Nala.ââKamu tahu di mana dia berada?âAda rasa senang yang timbul dari cara dia bertanya, dan Alex semakin tidak suka dengan hal itu.âTahu. Aku tahu banyak hal selain keberadaannya yang tidak bisa dipastikan karena dia terus berpindah-pindah seperti manusia purba yang tidak menetap.âApa itu menyakiti hati Roy?Biar!Anggap saja ini sebagai pemanasan karena ada yang lebih menyakitkan setelah ini.âApa yan
Permen karet yang dikunyah diam-diam oleh Alex nyaris saja lolos ke kerongkongannya mendengar tanya dari neo yang luar biasa ini."Tanyalah Mama!"Alex mengedipkan sebelah matanya pada Lara dengan penuh kemenangan tapi dia tidak dibiarkan menang oleh Neo karena Neo menggelengkan kepalanya. "Kenapa Neo harus tanya mama? Bukannya tadi Papa yang bilang kalau misal babynya jadi cuma satu Papa akan bikin satu lagi.""Hah?"Alex menoleh pada Lara yang menahan tawanya melihat wajahnya yang seketika pucat."Itu ...."Lara menghindari tatapan mata Alex. Biar sesekali dia juga merasakan seperti apa paniknya ditanya oleh anak.Biar sesekali dia juga merasakan bagaimana merawat anak yang aktif dan ceriwis, tak bisa diam."Itu ...."Mencoba menata kata. Menyapukan pandang pada Neo dan Shenina yang melongo menunggu jawabannya."Itu ...."Sudah yang ke tiga kali.Jika Alex mengatakan 'itu' sekali lagi, Lara akan memberi Alex hadiah payung lipat."Itu ....""Kelamaan," ucap Neo dengan kesal."PR saja
"Pisang apa itu, Lara?" Alex mengucek matanya yang masih lengket seperti dilem."Pisang yang biasa digoreng, Alex.""Jadi kamu mau pisang goreng?""Bukan. Pisangnya yang matang tapi tidak digoreng.""Sekarang?"Lara tidak menjawab dengan kata-kata melainkan dengan anggukan saja.Alex memandang jam digital yang ada di atas meja. Pukul dua dini hari yang dingin.Waktu yang paling pas untuk tidur berselimut tapi Alex diminta mencari pisang kepok oleh Lara."Di mana aku harus membelinya coba kalau jam segini?""Di ... pasar ada kok.""Pasar tradisional?""Pasar apung."Sedikit sewot dan itu membuat Alex tahu dia memperburuk mood Lara."Baiklah aku akan pergi ke pasar. Tapi kamu bisa tunggu sebentar, 'kan?""Iya, bisa."Alex menganggukkan kepalanya. Lalu turun dari ranjang dan mengambil coat panjang yang dia gantung untuk menutupi pakaian tidur yang dia kenakan.Lara melihatnya memasuki kamar mandi. Mungkin dia kesal pada Lara?Entahlah ...Alex tidak mengatakan apapun saat keluar dengan