"Kenapa kamu ikut masuk?" Lara menatap Alex yang kini duduk berhadapan dengannya di dalam bathtub.Dia tak serta merta menjawab Lara selain hanya terus menatapnya.Tahu betul jika sekarang dia tidak bisa dibujuk hanya dengan sebuah kecupan yang baru saja diberikan oleh Alex kepadanya.Alex harus memberinya pengertian."Memangnya aku tidak boleh masuk ke sini dan ikut yang kamu lakukan?" tanya Alex balik dengan manik matanya yang mengunci Lara.Lara membuang napasnya yang tertahan di tenggorokan.Kering, serak. Tangis dan cemburu tertahan di sana tak bisa dijelaskan."Apa yang harus aku lakukan, Lara?"Suaranya lembut, bariton dingin yang memenuhi rongga dada Lara dengan debar yang menyentuh."Apa yang harus aku lakukan biar kamu percaya kalau aku tidak merencanakan apapun dengan perempuan itu, sama sekali. Kamu berpikir terlalu jauh, Sayang."Alex mengarahkan tangannya ke depan, menyentuh pipi cantik Lara dengan jemarinya yang basah."Lalu ...."Setelah mungkin sewindu berlalu, Lara m
"Apa yang kamu lakukan?"Lara bertanya pada Alex dengan sedikit terkejut karena ... ini sedikit tak biasa.Lara melihatnya yang sedang ada di dapur saat Lara turun dan berpikir Alex yang menghilang dari kamar itu karena dia pergi ke ruang gym yang ada di rumah belakang, karena Alex mengatakan dia akan mulai rutin ke gym mulai hari ini.Tapi ternyata bukan.Dia tidak pergi ke gym melainkan ke sini, ke dapur.Tampilannya? Rapi.Dia sudah mengenakan kemeja dan celana yang semalam disiapkan Lara untuk dia pakai pagi ini ke kantor.Rambutnya? Rapi juga. Comma hair yang cocok dengan wajah badboy tengilnya.Tapi ....Yang jadi masalah adalah, dia sedang mengenakan apron di pinggangnya. Sibuk dengan sandwich yang dia tata di atas piring."Membuatkanmu sarapan. Untuk anak-anak juga.""Tiba-tiba saja?""Tidak tiba-tiba juga sih. Sudah aku rencanakan sejak semalam.""Kamu tidak perlu lakukan ini, Alex. Kamu sudah rapi, nanti kamu bau dapur.""Bukan membuatkan sarapan yang sulit kok. Ini hanya sa
Orang ketiga.Itu dikatakan oleh Shiera dengan sangat lantangnya. Membuat beberapa orang yang kebetulan mengantar anak mereka, dan sebagian besarnya Lara kenal, dengan gegas menoleh pada Lara.Pandangan mereka seperti mempertanyakan apa yang sedang terjadi.Kenapa Lara dipanggil sebagai orang ketiga oleh wanita yang baru datang itu."Aku ingin bicara denganmu!"Dia melangkah menjauh, isyarat matanya mengatakan agar Lara mengikuti ke mana dia pergi.Setelah membuat Lara malu dengan sebutannya yang mengatakan bahwa Lara adalah orang ke tiga?Jangan harap Lara ikut dengannya!"Bicaralah di sini, Shiera!" tantang Lara dengan sama lantangnya.Sama nada dengan yang dikatakan oleh Shiera saat menyebutnya sebagai orang ketiga tadi."Aku tidak menjamin kamu tidak akan melakukan hal buruk padaku kalau aku ikut denganmu."Lara tersenyum dan sikap defensifnya membuat Shiera kesal karena dia bukan Lara yang dulu pernah dia lihat tunduk kepada Alex.Ah, atau ini Shiera yang salah perhitungan karena
"Baik, Nona Lara."Ron meraih pergelangan tangan Shiera dan membawanya menjauh dari dekat gerbang playgroup.Mengantisipasi agar pertengakaran mereka tidak didengar oleh anak-anak."Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan mengadukanmu pada Alex!" Shiera semakin kesetanan karena Ron yang dulunya sopan padanya kini tidak demikian.Dia kasar, saat menarik Shiera dan membawanya pergi dari tempatnya berdiri sebelumnya, menuruti apa yang dititahkan oleh Lara dengan taat.Mengabaikan jeritan Shiera dan ancamannya yang akan mengadukan perlakukannya ini pada Alex.Lara mengikuti ke mana Ron membawa Shiera pergi.Ke jalur pejalan kaki yang ada di sebelah timur playgroup."LEPAS!"Shiera meronta dari genggaman Ron.Memandangnya dengan sengit. Tahu bahwa 'nona' milik Ron telah berubah. Bukan lagi 'nona Shiera' tetapi 'nona Lara.'Menyebalkan sekali saat tak ada yang berpihak kepadanya seperti ini.Ron tampak berdiri melindungi Lara yang berdiri di belakangnya."Biarkan aku bicara dengannya, Pak R
"Pak Alex mau pulang nanti saat jam makan siang?"Ibra, yang berjalan bersama dengan Alex keluar dari lift bertanya setelah dia memeriksa ponselnya."Aku akan tanya Lara dulu apakah dia mau makan di luar denganku dan anak-anak, ataukah—""PANGGIL JEST ALEXANDER KE SINI!"Kalimat Alex terhenti saat dia mendengar suara teriakan seorang perempuan yang menggila seperti dirasuki oleh arwah jahat."Siapa yang teriak seperti itu?" tanya Alex dengan alis yang berkerut.Dia benci keributan, apalagi di kantornya.Dia benci orang tak tahu tata krama, apalagi di kantornya.Banyak yang dia benci.Dan yang dia dengar barusan itu adalah salah satunya. Dia terus melangkah tapi Ibra mencegahnya dengan cepat."Jangan keluar! Tunggu di sini!"Alex berhenti sebelum dia keluar dari lorong eksekutif. Membiarkan Ibra yang keluar lebih dulu.Alex tak serta merta mengikuti permintaan Ibra karena dia juga ingin tahu siapa yang mengacau di JS Group sepagi ini.Kedua bahu Alex jatuh saat tahu siapa yang di sana
"Pergi kamu dari sini!"Ibra melepas tangan Shiera sekeluarnya dari lobi JS Group."Jangan temui Alex lagi! Jangan mencarinya, istri atau anak-anaknya! Mengerti?"Peringatannya tak main-main.Lalu Ibra pergi begitu saja meninggalkan Shiera yang menjerit kesetanan karena diabaikan oleh Ibra, terlebih oleh Alex.Dulu, dia disambut dengan baik di sini.Dia dilihat sebagai perempuan yang paling cantik di sisi Alex.Tapi sekarang apa?Tidak ada yang memandangnya sama sekali.Tidak ada yang menyanjungnya lagi.Shiera mulai berpikir apakah dulu yang mereka tunjukkan pada Shiera itu hanyalah sebuah kepalsuan?Karena dulu dan sekarang memiliki perbedaan yang signifikan."Sial ...."Dia mengumpat dengan kasar, air matanya tergenang dengan marah yang meledak saat dia berjalan keluar dari gerbang JS Group dan memasuki mobilnya untuk hengkang dari sana. Meninggalkan kekecewaan yang besar bahwa apa yang dikatakan oleh semua orang hari ini telah menyasar pada ulu hatinya hingga nyeri.Dari yang dik
"Aku pikir ada sesuatu yang penting loh pas Ibra bilang kalau kamu menungguku di sini."Lara membuang napasnya setelah mengatakan demikian. Saat Alex melepas bibirnya dan memberinya kesempatan untuk bicara."Ada, 'kan? Bukannya yang barusan itu sangat penting?""Apa?""Aku menciummu."Lalu memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, membuang napasnya dengan sedikit berat yang jika Alex bersuara, maka Lara akan mendengarnya sebagai, 'Aku kecewa karena kamu mengatakan ciuman kita tidak penting, Lara!'"Di rumah 'kan juga bisa?" protes Lara dengan menyentil hidung Alex yang tertawa dan melemparkan punggungnya ke sandaran kursi."Bagaimana ini?" tanya Alex sebelum menggigit bibirnya dengan mata yang tanpa hentinya menatap Lara."Apa, Alex?""Aku jatuh cinta padamu.""Haish, berhentilah mengatakan hal seperti itu.""Mengatakan pada istri sendiri pun dilarang sekarang? Siapa yang bikin peraturan seperti itu? Aku harus protes besar.""Tidak ada yang bikin. Tapi kalau kamu begitu, dengan bilang k
Setelah purnama hampir tiba ...."Maaf menunggu!"Akhirnya Ibra bisa mendengar suara Alex yang datang dari belakang punggungnya.Dia membuang napasnya dengan kesal karena menunggu di sini hingga nyaris pikun."Aku pikir kalian mau melakukan adegan mobil goyang loh barusan!" tuding Ibra pada Alex dan juga Lara.Seraya bangkit dan menyapukan rambut hitamnya ke belakang."Mobil itu sedan, Ibrani. Tidak cocok untuk mobil goyang kalau menurutku. Besok-besok bawa mobil uang lebih besar!" Cibiran Ibra tak berpengaruh besar pada Alex yang justru mengatakan hal lainnya dengan lebih frontal."Baik, besok akan aku pinjamkan truk pasir buat kalian!"Ibra mencoret tanda X di depan wajah Alex yang hanya berdeham seraya menghapus bibirnya dengan tisu sekali lagi "Aku tunggu di luar, selamat makan!""Kamu tidak ikut sekalian?""Bisa gosong aku karena terkena panasnya cinta kalian ini."Masih tak habis kata untuk mencibir Alex dan juga Lara.Punggung Ibra mengecil saat melangkah menjauh dari hadapan