"Pak Alex mau pulang nanti saat jam makan siang?"Ibra, yang berjalan bersama dengan Alex keluar dari lift bertanya setelah dia memeriksa ponselnya."Aku akan tanya Lara dulu apakah dia mau makan di luar denganku dan anak-anak, ataukah—""PANGGIL JEST ALEXANDER KE SINI!"Kalimat Alex terhenti saat dia mendengar suara teriakan seorang perempuan yang menggila seperti dirasuki oleh arwah jahat."Siapa yang teriak seperti itu?" tanya Alex dengan alis yang berkerut.Dia benci keributan, apalagi di kantornya.Dia benci orang tak tahu tata krama, apalagi di kantornya.Banyak yang dia benci.Dan yang dia dengar barusan itu adalah salah satunya. Dia terus melangkah tapi Ibra mencegahnya dengan cepat."Jangan keluar! Tunggu di sini!"Alex berhenti sebelum dia keluar dari lorong eksekutif. Membiarkan Ibra yang keluar lebih dulu.Alex tak serta merta mengikuti permintaan Ibra karena dia juga ingin tahu siapa yang mengacau di JS Group sepagi ini.Kedua bahu Alex jatuh saat tahu siapa yang di sana
"Pergi kamu dari sini!"Ibra melepas tangan Shiera sekeluarnya dari lobi JS Group."Jangan temui Alex lagi! Jangan mencarinya, istri atau anak-anaknya! Mengerti?"Peringatannya tak main-main.Lalu Ibra pergi begitu saja meninggalkan Shiera yang menjerit kesetanan karena diabaikan oleh Ibra, terlebih oleh Alex.Dulu, dia disambut dengan baik di sini.Dia dilihat sebagai perempuan yang paling cantik di sisi Alex.Tapi sekarang apa?Tidak ada yang memandangnya sama sekali.Tidak ada yang menyanjungnya lagi.Shiera mulai berpikir apakah dulu yang mereka tunjukkan pada Shiera itu hanyalah sebuah kepalsuan?Karena dulu dan sekarang memiliki perbedaan yang signifikan."Sial ...."Dia mengumpat dengan kasar, air matanya tergenang dengan marah yang meledak saat dia berjalan keluar dari gerbang JS Group dan memasuki mobilnya untuk hengkang dari sana. Meninggalkan kekecewaan yang besar bahwa apa yang dikatakan oleh semua orang hari ini telah menyasar pada ulu hatinya hingga nyeri.Dari yang dik
"Aku pikir ada sesuatu yang penting loh pas Ibra bilang kalau kamu menungguku di sini."Lara membuang napasnya setelah mengatakan demikian. Saat Alex melepas bibirnya dan memberinya kesempatan untuk bicara."Ada, 'kan? Bukannya yang barusan itu sangat penting?""Apa?""Aku menciummu."Lalu memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, membuang napasnya dengan sedikit berat yang jika Alex bersuara, maka Lara akan mendengarnya sebagai, 'Aku kecewa karena kamu mengatakan ciuman kita tidak penting, Lara!'"Di rumah 'kan juga bisa?" protes Lara dengan menyentil hidung Alex yang tertawa dan melemparkan punggungnya ke sandaran kursi."Bagaimana ini?" tanya Alex sebelum menggigit bibirnya dengan mata yang tanpa hentinya menatap Lara."Apa, Alex?""Aku jatuh cinta padamu.""Haish, berhentilah mengatakan hal seperti itu.""Mengatakan pada istri sendiri pun dilarang sekarang? Siapa yang bikin peraturan seperti itu? Aku harus protes besar.""Tidak ada yang bikin. Tapi kalau kamu begitu, dengan bilang k
Setelah purnama hampir tiba ...."Maaf menunggu!"Akhirnya Ibra bisa mendengar suara Alex yang datang dari belakang punggungnya.Dia membuang napasnya dengan kesal karena menunggu di sini hingga nyaris pikun."Aku pikir kalian mau melakukan adegan mobil goyang loh barusan!" tuding Ibra pada Alex dan juga Lara.Seraya bangkit dan menyapukan rambut hitamnya ke belakang."Mobil itu sedan, Ibrani. Tidak cocok untuk mobil goyang kalau menurutku. Besok-besok bawa mobil uang lebih besar!" Cibiran Ibra tak berpengaruh besar pada Alex yang justru mengatakan hal lainnya dengan lebih frontal."Baik, besok akan aku pinjamkan truk pasir buat kalian!"Ibra mencoret tanda X di depan wajah Alex yang hanya berdeham seraya menghapus bibirnya dengan tisu sekali lagi "Aku tunggu di luar, selamat makan!""Kamu tidak ikut sekalian?""Bisa gosong aku karena terkena panasnya cinta kalian ini."Masih tak habis kata untuk mencibir Alex dan juga Lara.Punggung Ibra mengecil saat melangkah menjauh dari hadapan
"PAMAN KAREL!"Neo dan Shenina yang lebih dulu memanggil Karel saat mereka berjumpa di parkiran.Kedua anak itu tanpak sangat senang dan melompat saat melihat Karel yang tanpa sengaja mereka jumpai di sini."Halo, Neo, Shen."Karel menjawabnya dengan baik, dengan tersenyum dan melambaikan tangannya membalas anak-anaknya Lara."Paman Karel mau makan juga?" tanya Shenina yang lebih dulu membuka percakapan."Iya, ada ketemu sama teman Paman. Kalian mau makan juga sama Paman?""Terima kasih, tapi kami sudah makan dengan mama dan papa!"Jari telunjuk Shenina mengarah pada Lara dan juga Alex yang berdiri berdampingan.Memandang Lara yang tampak menunduk dan menyapanya juga."Selamat siang, Dokter Karel.""Siang, Lara."Yang berbeda halnya dengan Alex yang tampak tak peduli dengannya.Mau itu Karel, mau itu kebangkitan Lord Voldemort pun Alex tampak tidak peduli.Wajah badboy tengil itu yang lebih lantang bicara.Karel menghela napasnya dengan berat menyadari kalimat Shenina yang sebelumnya
Meninggalkan Alex yang masih ada di parkiran restoran pasca berbicara dengannya, Karel masuk ke dalam sini.Dia memang ada janji dengan temannya untuk bertemu di sini.Bonusnya, dia bertemu dengan Lara."Dilihat dari matanya, dia bahagia. Artinya Alex memperlakukannya dengan baik."Karel tersenyum juga. Mendengar Alex bicara, Karel tahu bahwa lelaki itu bukanlah lelaki yang sama yang dulu membuang Lara.Terkadang, memang harus seperti itu dulu. Manusia harus mengalami guncangan yang hebat, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain lalu mereka akan tahu jika yang mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan.Lara dan Alex sudah menemukan kebahagiaanya.Sekarang tinggal Karel.Dengan Pramita?Tidak kok ....Karel tak lagi melanjutkan hubungan dengan perempuan itu. Dia tidak tahan dengan sikapnya yang sesuka hati itu.Biarkan saja perjodohan gagal. Karel tidak akan mengorbankan dirinya yang berharga hanya untuk perjodohan yang belum tentu berjodoh.***Lara membuang napasnya dengan lela
"Neo, Papa tidak bohong loh! Papa serius pas bilang kalau memang paman Ibra sudah sewa tempat ini buat kita saja."Alex masih mencoba melobinya dan mendapat anggukan dari Neo yang percaya padanya."Baiklah kalau begitu, Neo percaya. Tapi Neo akan percaya kalau Papa betulan bisa ice skating. Deal?"Kafa Galaneo, beranjak menuju lima tahun. Sedang membuat kesepakatan dengan Jest Alexander, CEO, tiga pukuh tahun. Yang tampak gugup saat melihat kepalan tangan anak lelakinya yang mengarah ke depan mengajaknya untuk melakukan tos."Deal."Bagaimanapun itu, Alex akan merebut hatinya sore ini.Kepalan tangan mereka yang ukurannya saling bertolak belakang kini bersentuhan.Kesepakatan antar dua orang lelaki.Mereka duduk di tepi tempat ice skating untuk lebih dulu mengenakan sepatu, dibantu oleh staf yang ada di sana."WIIIII!"Neo selalu senang saat sampai di tempat ini.Lara melihatnya yang sudah meluncur memasuki arena dengan berlari meninggalkan semua orang."Shen juga bisa kok, Papa."Ale
Itu adalah sepasang mata milik Shiera.Dia tidak tahu akan ada kebetulan seperti ini yang terjadi di dalam hidupnya.Dari satu kebetulan yang terjadi, itu akan mengantarnya pada kebetulan yang lainnya.Dan itu adalah kebetulan antar pertemuannya dengan Alex dan keluarga kecilnya yang tampak bahagia.Apa yang sebenarnya Shiera lakukan di Fantasy World?Dia ke sini karena dia pergi dengan kakak perempuannya bersama dengan suami dan anak mereka yang seumuran anak-anaknya Alex.Mereka ingin naik bianglala dan melihat kembang api.Tapi saat baru sampai, Shiera melihat Alex.Lelaki tinggi menjulang itu paling menonjol di antara pengunjung yang lainnya."Alex?" Beberapa saat yang lalu, euphoria terdengar dari suara Shiera karena dia bisa melihat Alex."Apa yang dia lakujan di sini? Dia mau kerjasama dengan Fantasy World?"Shiera hampir mendekat sampai dia melihat ternyata dia tidak sendirian.Saat kerumunan orang menyisihkan jarak pandang, Shiera melihat Alex yang sedang menggandeng tangan s