terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul ISTRI PENGGANTI DUDA AROGAN 🤗
Meski dengan sedikit kesulitan, Lara akhirnya turun tangan untuk membasuh dan membersihkan rambut Alex dari cat air Neo dan Shenina yang ada di rambutnya.Dia cuci, dia keramasi, tapi hasilnya nihil. Cat air itu masih menempel di sana. Warnanya memang sedikit memudar, tapi itu tidak membuat Alex kembali mendapatkan rambut hitamnya seperti sedia kala.Jadi dia pasrah saja jika pada akhirnya memang harus pergi ke kantor dengan keadaan begini. Tidak mungkin baginya mengambil cuti dengan alasan ‘rambut berubah menjadi warna putih.’Entah apa yang nanti akan terjadi di kantor, pikirkan nanti saja.Karena sekarang ada yang jauh lebih penting dari itu.Saat masalah rambut putih belum usai, dia sudah diserang masalah lainnya.Apa itu? Sebentar ........Alex dengan pakaian yang sudah rapi duduk di kursi ruang makan bersama si kembar yang berseberangan meja dengannya. Tentu saja tanpa Lara karena ibu hamilnya itu tidak bisa mencium bau masakan.Memandang banyak menu sarapan yang tampak enak da
Di dalam rumah yang lain, yang jauh dari rumah milik Alex dan Lara ... selagi di sana adalah ‘chaos’ karena Alex yang malah ikut terkena morning sickness, di dalam rumah ini juga terjadi sedikit ‘chaos.’Bukan chaos yang besar melainkan chaos yang membuat berdebar.Ini adalah rumah Ibra dan juga Kalisha. Mereka pindah ke rumah ini setelah menikah. Rumah baru, hasil kerja Ibra selama menjadi tangan kanan Alex yang gajinya tidak bisa dipandang sebelah mata.Selain kerja kerasnya, Kalisha juga membantu mengisi rumah dengan banyak fasilitas. Perlahan tapi pasti, rumah ini menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali.Sebelumnya mereka baru saja mendapatkan hadiah dari Alex yang mengirim satu lemari pendingin besar yang harganya puluhan juta, yang sekarang rasanya lemari pendingin itu tidak akan terasa dingin karena bawaan pengantin baru adalah melakukan hal-hal yang panas.Belum ada asisten rumah tangga di sini, sehingga memang Kalisha dan Ibra yang berbagi tugas untuk merawat rumah.Pagi in
Alex juga sangat terkejut saat dia mendengar kabar itu. Dia yang masih dilanda mual serta muntah dan masih di rumah menerima panggilan dari nomor yang tidak dia kenal. Dia tadinya duduk di ruang tengah setelah perutnya seperti sedang diisi tornado yang berputar. Dengan malas, dia menerima panggilan itu, meski semula ingin mengabaikannya karena bibirnya sangat malas untuk bicara. “Halo.” Alangkah terkejutnya dia saat mendengar bahwa yang datang dari seberang itu adalah suara Andik, sopirnya. “Pak Alex.” “Pak Andik? Kenapa ganti nomor?” “Saya pinjam ponsel orang, Pak Alex.” “Apa yang terjadi?” firasat Alex sama sekali tidak tenang. Dia menahan napasnya saat mendengar Andik yang dari seberang panggilan mengatakan, “Neo dan Shenina diculik sama orang. Mereka dibawa pergi setelah saya dikeroyok. Ini sekarang saya di klinik setelah kabur karena hampir mati, Pak Alex.” “Astaga ....” “Sebelum terlambat, sebaiknya Pak Alex mencari mereka.” “Pak Andik tahu siapa yang bawa anak-anak
“Ada yang sok jagoan nih!” ucap salah seorang dari mereka yang membuat Alex tahu bahwa mereka hanya berani dengan keroyokan saja. Saat head to head, Alex menjamin bahwa tidak akan ada yang menang darinya. Alex meraih tangan Lara, melindunginya di belakang punggungnya saat salah seorang dari mereka maju dan mengakhiri keheningan sesaat sebelum akhirnya keributan pecah. Alex diserang dari segala sisi, dengan satu tangan yang melindungi Lara di dalam dekapannya sedangkan kakinya baru saja menendang balok kayu hingga membuat salah seorang dari mereka terpental karena balok kayu dari Alex menyerang titik fatal pada organ prianya. Alex menunduk, membawa Lara juga menunduk, sebelah tangannya yang lain mengambil senjata yang ditangkap mata seperti dikirimkan untuknya sedang tergeletak di atas rerumputan. Alex mengambilnya dengan kaki, dan menggunakan itu untuk melawan lima orang yang tersisa. Alex sebenarnya ingin emminta Lara untuk lari dan pergi sejauh mungkin dari sini, tetapi hal itu
“Lara, jangan bicara seperti ini,” ucap Alex saat dia meraih bahu Lara dan menariknya ke dalam pelukannya.Dia begitu rapuh, terlihat dari manapun ketakutan dan kecemasan telah membuatnya bicara seperti itu. Dan Alex tidak bisa menyalahkan Lara untuk itu karena memang ini semua bukan salahnya.“Kamu tidak bersalah, Lara. Aku yang bersalah. Aku yang banyak melakukan dosa sampai anak-anakku harus menerima kejadian seperti ini. Hm? Kamu sama sekali tidak bersalah. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Sayangku ....”Alex seperti dilanda keputus asaan saat dia menunduk dan menjatuhkan keningnya di kening Lara.“Di mana mereka, Alex? Siapa yang membawa mereka?”“Kita akan tahu sebentar lagi kok. Sabar ... kendalikan dirimu. Kamu sudah janji kalau kamu ikut denganku kamu akan menjaga diri. Kalau kamu terus seperti ini aku akan mengantarmu pulang.”Lara terisak hingga napasnya tersengal.Dia meremas jas yang ada di pinggang Alex, menunduk, matanya tidak lepas dari balok kayu berlumuran darah y
“Datang padaku dan bawakan aku dua juta dolar tunai. Aku akan mengirim alamatnya biar kamu bisa menjemput mereka. Ingat, jangan bawa polisi. Kalau kamu membawa polisi, aku akan membuat mereka menyapamu dengan darah. Aku punya senjata api yang mengkilat yang ada di tanganku sekarang, Alex.”“BAJINGAN!”“Jangan mengumpat, Sayang!”“Siapa kamu? Siapa yang beraninya melakukan hal begini padaku!”“Nanti kita bertemu. Tidak sabar? Cepat bawakan dua juta dolarnya sekarang!”“BRENGSEKK!”Tuut ... tuut ....Panggilan mereka mati, Alex meremas ponselnya dengan amarah yang bergejolak naik turun bak kurva logaritma di dalam dadanya.Dia menggertakkan giginya, meredam emosi dan mencoba mengenali suara tak asing yang memanggilnya dengan ‘sayang’ dan juga desah manjanya yang menyakiti telinganya itu.“Alex,” panggil Lara lirih yang membuat Alex tersadar. Akal sehat merengkuhnya kembali.“Apa yang terjadi?” tanya Lara lagi karena dia tak sepenuhnya mendengar obrolan Alex dan juga ‘seseorang’ itu lew
Alex meneruskan pesan itu pada Ibra. Mereka akan bertemu di tempat yang sudah ditentukan. Tapi, Ibra memiliki pedoman bahwa seburuk apapun masalahnya, dia tetap tidak bisa mengabaikan keselamatannya.Dia mengatakan pada Alex bahwa apapun yang terjadi, mereka tetap harus mengatakan ini pada pihak kepolisian.Dengan begini, polisi pun juga tahu akan melakukan apa untuk menyelamatkan Neo dan Shenina dari para penculik. Yang di sini bisa disebut namanya, sebab Alex telah mendapatkan identitas mereka, Katty dan juga mantan suaminya, Mark.Alex mengendarai mobilnya keluar dari sekitaran gudang terbengkalai, menuju ke sekitaran Winsafe Bank tempat di mana Ibra akan dikawal oleh polisi tak berseragam karena dia membawa dua juta dolar di dalam kopernya.Mereka berdiam diri. Hanya doa yang bisa dilangitkan oleh Lara. Bahwa dia ingin ini selesai secepatnya.Dia ingin anak-anaknya kembali ke pelukannya, tidak saling berjauhan seperti ini karena dia tidak bisa melakukan ini lebih lama lagi.Kedia
Kaki Lara rasanya gemetar saat dia keluar dan berjalan berdampingan bersama dengan Alex. mereka bertemu dengan Ibra yang mengeluarkan koper dari kursi penumpang bagian belakang dan menunjukkannya sekilas pada Alex.“Kamu bisa tinggal di sini saja, Lara?” tanya Ibra seraya memutar kepalanya pada Lara.“Kami pastikan akan membawa Neo dan Shenina keluar dari sana, Sayang. Bisa kamu percaya pada kami?” tanya Alex juga, menahan napasnya dan dia harap Lara setuju.Mempertimbangkan wilayah yang memang berbahaya, Lara ada di posisi dilema. Dia ingin melihat keadaan Neo dan Shenina secara langsung tetapi di saat yang bersamaan dia tidak ingin membuat Alex dan Ibra terbebani apabila dia ikut.“Aku akan menunggu kalian di luar kalau begitu.” Lara menjawab dengan lirih.Alex mengangguk dengan seulas senyum yang dia berikan pada Lara. Dia mengusap pipi Lara dengan lembut. Kemudian menepuk puncak kepalanya.“Iya, tunggulah di luar.”“Tapi—“ cegah Lara sebelum mereka mengambil langkah untuk memasuki