“Datang padaku dan bawakan aku dua juta dolar tunai. Aku akan mengirim alamatnya biar kamu bisa menjemput mereka. Ingat, jangan bawa polisi. Kalau kamu membawa polisi, aku akan membuat mereka menyapamu dengan darah. Aku punya senjata api yang mengkilat yang ada di tanganku sekarang, Alex.”“BAJINGAN!”“Jangan mengumpat, Sayang!”“Siapa kamu? Siapa yang beraninya melakukan hal begini padaku!”“Nanti kita bertemu. Tidak sabar? Cepat bawakan dua juta dolarnya sekarang!”“BRENGSEKK!”Tuut ... tuut ....Panggilan mereka mati, Alex meremas ponselnya dengan amarah yang bergejolak naik turun bak kurva logaritma di dalam dadanya.Dia menggertakkan giginya, meredam emosi dan mencoba mengenali suara tak asing yang memanggilnya dengan ‘sayang’ dan juga desah manjanya yang menyakiti telinganya itu.“Alex,” panggil Lara lirih yang membuat Alex tersadar. Akal sehat merengkuhnya kembali.“Apa yang terjadi?” tanya Lara lagi karena dia tak sepenuhnya mendengar obrolan Alex dan juga ‘seseorang’ itu lew
Alex meneruskan pesan itu pada Ibra. Mereka akan bertemu di tempat yang sudah ditentukan. Tapi, Ibra memiliki pedoman bahwa seburuk apapun masalahnya, dia tetap tidak bisa mengabaikan keselamatannya.Dia mengatakan pada Alex bahwa apapun yang terjadi, mereka tetap harus mengatakan ini pada pihak kepolisian.Dengan begini, polisi pun juga tahu akan melakukan apa untuk menyelamatkan Neo dan Shenina dari para penculik. Yang di sini bisa disebut namanya, sebab Alex telah mendapatkan identitas mereka, Katty dan juga mantan suaminya, Mark.Alex mengendarai mobilnya keluar dari sekitaran gudang terbengkalai, menuju ke sekitaran Winsafe Bank tempat di mana Ibra akan dikawal oleh polisi tak berseragam karena dia membawa dua juta dolar di dalam kopernya.Mereka berdiam diri. Hanya doa yang bisa dilangitkan oleh Lara. Bahwa dia ingin ini selesai secepatnya.Dia ingin anak-anaknya kembali ke pelukannya, tidak saling berjauhan seperti ini karena dia tidak bisa melakukan ini lebih lama lagi.Kedia
Kaki Lara rasanya gemetar saat dia keluar dan berjalan berdampingan bersama dengan Alex. mereka bertemu dengan Ibra yang mengeluarkan koper dari kursi penumpang bagian belakang dan menunjukkannya sekilas pada Alex.“Kamu bisa tinggal di sini saja, Lara?” tanya Ibra seraya memutar kepalanya pada Lara.“Kami pastikan akan membawa Neo dan Shenina keluar dari sana, Sayang. Bisa kamu percaya pada kami?” tanya Alex juga, menahan napasnya dan dia harap Lara setuju.Mempertimbangkan wilayah yang memang berbahaya, Lara ada di posisi dilema. Dia ingin melihat keadaan Neo dan Shenina secara langsung tetapi di saat yang bersamaan dia tidak ingin membuat Alex dan Ibra terbebani apabila dia ikut.“Aku akan menunggu kalian di luar kalau begitu.” Lara menjawab dengan lirih.Alex mengangguk dengan seulas senyum yang dia berikan pada Lara. Dia mengusap pipi Lara dengan lembut. Kemudian menepuk puncak kepalanya.“Iya, tunggulah di luar.”“Tapi—“ cegah Lara sebelum mereka mengambil langkah untuk memasuki
Beberapa menit sebelum suara tembakan terdengar singgah di telinga Lara.....Di dalam, Alex melihat sendiri bagaimana Katty sedang dengan percaya dirinya membuka kancing blouse yang sedang dia kenakan. Perlahan, sebagian dadanya terekspos, lambat laun turun hingga ke perut dan dia benar-benar hampir membuka pakaiannya sendiri demi untuk menggoda Alex.Alex sebenarnya sangat marah.Tapi dia menahan diri.Dia sudah janji pada Ibra, pada Lara dan pada anggota kepolisian yang saat ini sedang menunggu di luar.Dia sudah janji untuk mengendalikan emosinya selama lima menit saja lalu si Katty nan dia benci ini akan bisa diringkus oleh mereka.Alex menghela napasnya, memalingkan wajahnya dan meminta Katty agar, “Tutup lagi, Kat!”“Kenapa?” tanya Katty marah karena ini seperti Alex telah menolaknya bahkan sebelum dia menunjukkan keseluruhan bentuk tubuhnya.Dia menatap Alex yang sedang memutar otak agar dia bisa bertahan selama lima menit saja meski dia sudah sangat ingin muntah.Perutnya berg
“Tapi tenang saja, aku tahu kok di mana mereka berada,” lanjut Alex sebelum dia membuat Lara jantungan dengan mengatakan karena dia tidak menemukan Neo dan Shenina di dalam sana.“Di mana mereka, Alex?”“Candramaya kamar 223.”“Syukurlah ....”Lara jatuh kedua bahunya saat Alex meringis kesakitan. Dia dibawa masuk ke dalam mobil polisi dan salah seorang petugas mengobati lukanya yang terkena peluru meleset mengenai lengan sebelah kirinya.Yang membuat Lara tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang karena melihat Alex baik-baik saja tetapi di saat yang bersamaan dia juga sedang kesakitan.Mereka pergi menuju ke hotel yang dikatakan oleh Alex. melihat Katty yang diamankan oleh petugas kepolisian dan dibawa masuk ke dalam mobil atas aksi penculikan yang dia lakukan.Berkendara membelah jalanan, Lara lega saat mendengar salah seorang drai petugas yang mengataan bahwa Neo dan Shenina sudah ditemukan dalam keadaan baik-baik saja. Mark—mantan suaminya Katty—yang ikut andil besar juga sudah
Kelanjutan dari apa yang dilakukan Katty kepada anak-anaknya, Lara telah menyerahkan segala urusannya pada Alex. yang mendelegasikan itu kepada Ibra dan juga tim kuasa hukumnya sehingga nanti apa saja yang terjadi ke depannya mereka akan tahu beres.Dan tentu saja itu haruslah sebuah pembalasan yang setimpal karena Neo dan Shenina sudah dibuat trauma.Untungnya, itu tidak begitu besar sebab Lara melihat Neo dan Shenina yang masih ceria. Jika Katty melakukan lebih daripada penculikan, Lara pasti tak akan tinggal diam.Dan mulai sekarang, sampai dipastikan keadaan anak-anaknya baik-baik saja, Lara akan rutin membawa mereka ke psikolog.Bentuk tanggung jawabnya atas kesehatan mental yang sudah seharusnya diterima anak-anaknya.Malam ini, keadaan sudah lumayan tenang. Lara melihat Neo dan Shenina yang asyik dengan cat air mereka yang sibuk dioleskan ke kanvas.Hening, tenang.Sehingga Alex yang ikut duduk dengan Lara di belakang punggung si kembar sesekali bisa mencuri-curi untuk memberi
“Kenapa?” tanya Ibra sesaat setelah dia meminta maaf pada semua orang atas kelakuan Alex yang berteriak sesuka jidatnya di ruang rapat.Meminta mereka untuk melakukan break karena konsentrasi ruangan telah terpecah.“Aku harus pulang sekarang,” jawab Alex lirih, menjaga agar tidak sampai didengar oleh rekannya yang lain.“Ada masalah?” tanya Ibra lagi, khawatir.“Tidak ada. Tapi aku harus bawa pulang rujak cingur sekarang, Ibrani.”Alex memejamkan matanya dengan tak berdaya. Dan Ibra yang mendnegar hal itu seketika tahu bahwa alasan dia histeris itu karena Lara meminta hal aneh di saat dia sedang meeting.Lokasi tak terduga, pertemuan dengan orang-orang dalam lingkaran bisnisnya, dan permintaan Lara yang tidak kaleng-kaleng randomnya.“Pak Alex tahu di mana harus beli? Memangnya tahu tempatnya?”“Tidak tahu. Aku cari saja di internet sambil jalan.”“Okay ....” tanggap Ibra singkat.Disusul oleh Alex yang berdiri dan menyapukan pandang pada semua orang yang hadir di sana, kemudian memi
***Rumah sakit terasa sejuk belakangan ini.Apa karena ini ada di musim hujan yang panjang dan tak tahu kapan berakhirnya, ataukah memang karena sejuk itu diawali dengan hati yang bahagia?KAREL YISANDER DUANDokter spesialis obsentri dan ginekologi yang belakangan ini namanya harum karena semua pasien seperti terhipnotis dengan pelayanannya yang ramah serta bagaimana tampannya dia.Sekarang, dia sedang duduk di food court rumah sakit saat jam makan siang. Letih setelah operasi Caesar. Dan meminum satu botol kopi dingin membuatnya sedikit lebih lega sekarang.Dia tidak duduk sendirian. Melainkan bersama dengan beberapa rekan dokter dan perawatnya yang lain yang menemaninya berbicara dan bertukar pikiran ringan.Tentang kondisi kesehatan terkini atau menyoroti kasus yang marak terjadi. Kecenderungan terhadap kerentanan dan juga pengobatan yang tak setabu sebelum-sebelumnya.Intinya, masyarakat sudah perlahan sadar bahwa gaya hidup sehat itu perlu dan baik untuk diterapkan sejak dini.D