“Kenapa?” tanya Ibra sesaat setelah dia meminta maaf pada semua orang atas kelakuan Alex yang berteriak sesuka jidatnya di ruang rapat.Meminta mereka untuk melakukan break karena konsentrasi ruangan telah terpecah.“Aku harus pulang sekarang,” jawab Alex lirih, menjaga agar tidak sampai didengar oleh rekannya yang lain.“Ada masalah?” tanya Ibra lagi, khawatir.“Tidak ada. Tapi aku harus bawa pulang rujak cingur sekarang, Ibrani.”Alex memejamkan matanya dengan tak berdaya. Dan Ibra yang mendnegar hal itu seketika tahu bahwa alasan dia histeris itu karena Lara meminta hal aneh di saat dia sedang meeting.Lokasi tak terduga, pertemuan dengan orang-orang dalam lingkaran bisnisnya, dan permintaan Lara yang tidak kaleng-kaleng randomnya.“Pak Alex tahu di mana harus beli? Memangnya tahu tempatnya?”“Tidak tahu. Aku cari saja di internet sambil jalan.”“Okay ....” tanggap Ibra singkat.Disusul oleh Alex yang berdiri dan menyapukan pandang pada semua orang yang hadir di sana, kemudian memi
***Rumah sakit terasa sejuk belakangan ini.Apa karena ini ada di musim hujan yang panjang dan tak tahu kapan berakhirnya, ataukah memang karena sejuk itu diawali dengan hati yang bahagia?KAREL YISANDER DUANDokter spesialis obsentri dan ginekologi yang belakangan ini namanya harum karena semua pasien seperti terhipnotis dengan pelayanannya yang ramah serta bagaimana tampannya dia.Sekarang, dia sedang duduk di food court rumah sakit saat jam makan siang. Letih setelah operasi Caesar. Dan meminum satu botol kopi dingin membuatnya sedikit lebih lega sekarang.Dia tidak duduk sendirian. Melainkan bersama dengan beberapa rekan dokter dan perawatnya yang lain yang menemaninya berbicara dan bertukar pikiran ringan.Tentang kondisi kesehatan terkini atau menyoroti kasus yang marak terjadi. Kecenderungan terhadap kerentanan dan juga pengobatan yang tak setabu sebelum-sebelumnya.Intinya, masyarakat sudah perlahan sadar bahwa gaya hidup sehat itu perlu dan baik untuk diterapkan sejak dini.D
Dunia seperti berhenti selama beberapa detik. Hening menyergap, debaran memenuhi dada. Menunggu jawaban yang diberikan oleh Sunny untuk Karel. Lamaran ke duanya. Apakah akan diterima? “Maukah kamu menikah denganku? Aku akan mengatakannya sekali lagi, mungkin hubungan kita diawali dengan tanpa cinta. Jadi ayo mengenal satu sama lain dan kita mulai membuka hati. Asal kamu tahu ... aku sudha membuka hatiku untukmu sejak awal. Kamu boleh masuk dan merasa nyaman. Tapi kalau kamu masuk lalu pergi, aku akan mengejarmu sampai kamu tinggal dan tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.” Panjangnya kalimat Karel dinikmati oleh Sunny. Tidak ada satu kata pun yang ingin dia hindari, atau dia lupa. Karena mendengar suara Karel adalah kebahagiaan yang bisa dia dapatkan secara cuma-cuma. Tatapan mata tulusnya, adalah hal yang sampai hari ini masih disukai oleh Sunny. Dan lamarannya yang ke dua, masih menunjukkan hasrat bahwa dia memang ingin membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Apa
“Itu hanya perumpamaan kok.” Lara berujar lebih dulu sebelum menimbulkan dugaan yang tidak biasa baik itu dari Rafael maupun Aira.“Perumpaan apa yang sampai melibatkan kolor ultraman?” tanya Aira yang sebenarnya lugunya sebelas dua belas dengan Lara.“Perumpamaan untuk perempuan ulat bulu yang mau mendekati keluarga kami,” jawab Lara lebih dulu.Memandang Alex yang tak keberatan Lara membahas itu sebab dia mengangguk membenarkannya.“Dan kamu bilang begitu?”“Iya, Aira. Aku bilang pada dia kalau Alex itu tidak punya apa-apa selain kolor Ultraman yang dia pakai. Aku pikir dia akan menyerah. Taapi sekali punya niat jahat, bukankah itu akan terus mencari jalan? Dan dia bisa melihat Alex kaya raya tidak hanya punya kolor saja tapi juga dua juta dolar secara cash.”Kedua bola mata Rafael dan Aira melebar dibuatnya. Dan kemudian mereka paham siapa yang sedang dibicarakan oleh Lara.“Oh? Jangan-jangan itu perempuan yang membawa Neo dan Shenina?” tanya Rafael memastikan.Bersambut anggukan da
Padahal Alex sudah menduga hal seperti ini pasti akan terjadi.Dia juga sudah berpikir akan mengagendakan untuk memberi pengawasan yang lebih pada si kembarnya, Neo dan Shenina serta si kembarnya Rafael, Zio dan Asha.Tetapi ... karena keenakan berbincang, dia malah lupa dengan hal itu sehingga inilah yang terjadi.“MAMAAA!” yang terdengar hingga ke ruang makan telah mengindikasikan sesuatu yang tidak baik.Benar!Karena saat Lara tiba di sana, dia menjumpai empat makhluk kecil itu seperti lukisan abstrak.Kedua bahu Lara jatuh melihat mereka sedangkan Aira tak bisa menahan diri dan memanggil,“ZIOO, ASHAAA!”Dia memejamkan matanya dengan tak berdaya melihat anak-anaknya yang seperti mahakarya hasil begadangnya Pablo Picasso.Wajah Neo tampak keunguan, tak jauh beda dengan wajah Zio.Shenina? Jangan harap menemukan di mana bola matanya yang berwarna putih karena itu bersatu dengan wajahnya yang benar-benar berwarna putih.Dia seperti hantu muka rata karena di kedua matanya ada lingkar
Setelah mendapatkan ultimatum dari ibunya, barulah Karel dan Sunny meninggalkan rumah.Keluar dari pintu utama, mereka berjumpa dengan beberapa ibu-ibu yang baru saja pulang arisan PKK.“Mau ke mana ini Bu guru sama pak Dokter?” tanya salah seorang di antara mereka.“Kelihatannya mau kencan ya?” sambung suara ramah yang lainnya. Berhenti di depan gerbang rendah rumah sunny.“Mau ketemu orang tua saya, Bu,” jawab Karel dan itu bersambut dengan hebohnya mereka.“Selamat ... jangan lupa nanti undangannya. Pasangan paling dinantikan se-komplek loh pak Dokter sama bu Guru.”“Doanya, terima kasih.”“Sama-sama ....”Mereka pergi dan Sunny tahu, kabar bahwa dia akan berkunjung ke rumah orang tuanya Karel pasti akan menyebar dnegan cepat. Apalagi di group chat warga di mana Sunny juga tergabung di dalamnya.“Ayo,” ajak Karel yang membuat lamunan Sunny terhenti dengan cepat.“Iya,” jawabnya gugup.Kemudian masuk ke dalam mobil dan mereka pergi meninggalkan halaman.Berdebar.Meski Sunny pernah m
Tampaknya, ‘Ayo ke kamarku’ telah membuat Harison dan Dona memiliki pandangan lain untuk mereka.“Karel?!” selidik Dona setelah menyuap satu garpu chiffon cake.“Kok sudah ngajakin ke kamar loh? Nikah dulu, Nak!”“Ini tidak seperti yang Mama dan Papa pikirkan. Sunny ingin buang air kecil karena gugup bertemu dengan kalian. Makanya aku ajak ke kamarku saja.”“Ooh ....” lega mereka bersamaan.“Ayo, Sun!” ajak Karel meraih lengan Sunny agar dia bangun dari duduknya.“Permisi.”Dia menunduk malu saat harison dan Dona mempersilahkannya untuk lewat.Tidak ada yang bicara sepeninggalnya mereka dari ruang keluarga.Sunny malu karena dia malah ingin buang air kecil di saat yang tidak tepat.“Maaf,” ucap Sunny pada Karel yang tertawa melihat wajahnya yang merah padam dalam kepanikan.“Kenapa kamu harus minta maaf?”“Karena kebelet buang air kecil.”“Kebelet buang air kecil bukan sebuah dosa, Nona Sunny. Sebelah sini!”Sunny menarik tangannya agar mereka berbelok ke kiri.Karel membuka pintu ber
“Sunny?”Karel berniat mencegahnya pergi tetapi hal itu tak bisa dia lakukan karena Sunny sudah berlari pergi meninggalkan kamarnya.Satu kecupan yang membuat Karel rasanya mati berdiri.Ini pertama kalinya dalam hidup dia merasakan kecupan manis bibir seorang perempuan—selain ibunya.Dia menghela napasnya, menyaksikan pintu kamar yang tertutup. Sunny sudah keluar, tapi rasa kecupannya masih tertinggal di pipinya.Karel pikir, mulai sekarang dia akan mengagendakan balas dendam.Apa itu?Nanti tunggu sebentar lagi!....Pada akhirnya, kunjungan ke rumah Karel usai juga. Ditutup dengan Dona serta Harison yang mengantar Sunny hingga ke depan pintu rumah.Dengan Dona yang berpesan,“Tante sudah menganggap kamu sebagai anak tante sendiri loh. Jangan bikin Karel jadi bujang lapuk ya? Seusia dia ini, dia seharusnya sudah punya anak dua atau tiga. Atau kalau memang belum punya anak, setidaknya dia sudah menikah. Yah ... meskipun Tante tahu kalau menikah itu bukan soal cepat atau lambat, tapi