Jangan lupa membaca ISTRI PENGGANTI DUDA AROGAN juga yaaa terima kasihhhh (♥ω♥ ) ~♪
Yang baru saja terjadi adalah malam yang membuat Lara berserah pasrah mengaku nikmat.Oh ... candu Alex memang tidak ada duanya di dunia ini.Dan setelah drama ‘pertisuan’ selesai, Lara bisa melihatnya mengenakan celana sebelum berbaring di sebelah kiri Lara dan memeluknya.Mengecup keningnya dan tersenyum saat menyelipkan rambut panjang Lara ke belakang telinga.“Terima kasih, Sayangku.”“Apa?”“Yang barusan.”“Setiap hari juga sudah dapat, kenapa harus berterima kasih?”“Yang kemarin 'kan libur?”“Oh ya?”“Iya. Karena kamu kemarin mual parah.”“Aku lupa, Alex.”“Kamu sering lupa belakangan ini. Ibu hamil selalu begitu ya? Aku punya teman yang istrinya sedang hamil dan dia bilang kalau istrinya juga pelupa. Tapi tidak apa-apa, karena lupa itu efek karena kamu juga sedang mengandung anak kita. Dan sekarang ....”Alex menjedanya, dia mengusap perut Lara yang masih rata yang ada di bawah selimut dan melanjutkannya dengan,“Dan sekarang baby kita pasti sangat senang karena dia baru saja d
Lima menit sebelum Alex tahu rambutnya berubah warna menjadi putih ....Alex terbangun dari tidurnya yang rasanya sangat panjang. Dia duduk dengan punggung tegak. Meraba langit-langit asing yang tidak pernah dia jumpai sebelumnya.Oh, dia baru saja ingat jika tadi si kembar memintanya untuk tidur lagi karena Alex mengatakan bahwa ini masih terlalu pagi untuk bangun.Alex melihat si kembar yang tadi dia lihat melukis dengan akur di lantai. Saat Alex memutar kepalanya ke sana, mereka sudah tidak bisa dia temukan.Alex menggosok matanya dan bicara dengan dirinya sendiri, “Apa aku meninggalkan Lara? Apa dia bisa tidur atau malah mual semakin parah?”Alex akan melihatnya sebentar lagi.Sebaiknya dia mandi dulu.Alex melewati lantai yang tadi penuh dengan gambar dan cat air milik anak-anaknya sudah dirapikan dan bersih.Menuju kamar di mana dia meletakkan pakaiannya di dalam sana, Alex mengambilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.Dia berhenti di depan wastafel dan melihat potret d
Meski dengan sedikit kesulitan, Lara akhirnya turun tangan untuk membasuh dan membersihkan rambut Alex dari cat air Neo dan Shenina yang ada di rambutnya.Dia cuci, dia keramasi, tapi hasilnya nihil. Cat air itu masih menempel di sana. Warnanya memang sedikit memudar, tapi itu tidak membuat Alex kembali mendapatkan rambut hitamnya seperti sedia kala.Jadi dia pasrah saja jika pada akhirnya memang harus pergi ke kantor dengan keadaan begini. Tidak mungkin baginya mengambil cuti dengan alasan ‘rambut berubah menjadi warna putih.’Entah apa yang nanti akan terjadi di kantor, pikirkan nanti saja.Karena sekarang ada yang jauh lebih penting dari itu.Saat masalah rambut putih belum usai, dia sudah diserang masalah lainnya.Apa itu? Sebentar ........Alex dengan pakaian yang sudah rapi duduk di kursi ruang makan bersama si kembar yang berseberangan meja dengannya. Tentu saja tanpa Lara karena ibu hamilnya itu tidak bisa mencium bau masakan.Memandang banyak menu sarapan yang tampak enak da
Di dalam rumah yang lain, yang jauh dari rumah milik Alex dan Lara ... selagi di sana adalah ‘chaos’ karena Alex yang malah ikut terkena morning sickness, di dalam rumah ini juga terjadi sedikit ‘chaos.’Bukan chaos yang besar melainkan chaos yang membuat berdebar.Ini adalah rumah Ibra dan juga Kalisha. Mereka pindah ke rumah ini setelah menikah. Rumah baru, hasil kerja Ibra selama menjadi tangan kanan Alex yang gajinya tidak bisa dipandang sebelah mata.Selain kerja kerasnya, Kalisha juga membantu mengisi rumah dengan banyak fasilitas. Perlahan tapi pasti, rumah ini menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali.Sebelumnya mereka baru saja mendapatkan hadiah dari Alex yang mengirim satu lemari pendingin besar yang harganya puluhan juta, yang sekarang rasanya lemari pendingin itu tidak akan terasa dingin karena bawaan pengantin baru adalah melakukan hal-hal yang panas.Belum ada asisten rumah tangga di sini, sehingga memang Kalisha dan Ibra yang berbagi tugas untuk merawat rumah.Pagi in
Alex juga sangat terkejut saat dia mendengar kabar itu. Dia yang masih dilanda mual serta muntah dan masih di rumah menerima panggilan dari nomor yang tidak dia kenal. Dia tadinya duduk di ruang tengah setelah perutnya seperti sedang diisi tornado yang berputar. Dengan malas, dia menerima panggilan itu, meski semula ingin mengabaikannya karena bibirnya sangat malas untuk bicara. “Halo.” Alangkah terkejutnya dia saat mendengar bahwa yang datang dari seberang itu adalah suara Andik, sopirnya. “Pak Alex.” “Pak Andik? Kenapa ganti nomor?” “Saya pinjam ponsel orang, Pak Alex.” “Apa yang terjadi?” firasat Alex sama sekali tidak tenang. Dia menahan napasnya saat mendengar Andik yang dari seberang panggilan mengatakan, “Neo dan Shenina diculik sama orang. Mereka dibawa pergi setelah saya dikeroyok. Ini sekarang saya di klinik setelah kabur karena hampir mati, Pak Alex.” “Astaga ....” “Sebelum terlambat, sebaiknya Pak Alex mencari mereka.” “Pak Andik tahu siapa yang bawa anak-anak
“Ada yang sok jagoan nih!” ucap salah seorang dari mereka yang membuat Alex tahu bahwa mereka hanya berani dengan keroyokan saja. Saat head to head, Alex menjamin bahwa tidak akan ada yang menang darinya. Alex meraih tangan Lara, melindunginya di belakang punggungnya saat salah seorang dari mereka maju dan mengakhiri keheningan sesaat sebelum akhirnya keributan pecah. Alex diserang dari segala sisi, dengan satu tangan yang melindungi Lara di dalam dekapannya sedangkan kakinya baru saja menendang balok kayu hingga membuat salah seorang dari mereka terpental karena balok kayu dari Alex menyerang titik fatal pada organ prianya. Alex menunduk, membawa Lara juga menunduk, sebelah tangannya yang lain mengambil senjata yang ditangkap mata seperti dikirimkan untuknya sedang tergeletak di atas rerumputan. Alex mengambilnya dengan kaki, dan menggunakan itu untuk melawan lima orang yang tersisa. Alex sebenarnya ingin emminta Lara untuk lari dan pergi sejauh mungkin dari sini, tetapi hal itu
“Lara, jangan bicara seperti ini,” ucap Alex saat dia meraih bahu Lara dan menariknya ke dalam pelukannya.Dia begitu rapuh, terlihat dari manapun ketakutan dan kecemasan telah membuatnya bicara seperti itu. Dan Alex tidak bisa menyalahkan Lara untuk itu karena memang ini semua bukan salahnya.“Kamu tidak bersalah, Lara. Aku yang bersalah. Aku yang banyak melakukan dosa sampai anak-anakku harus menerima kejadian seperti ini. Hm? Kamu sama sekali tidak bersalah. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Sayangku ....”Alex seperti dilanda keputus asaan saat dia menunduk dan menjatuhkan keningnya di kening Lara.“Di mana mereka, Alex? Siapa yang membawa mereka?”“Kita akan tahu sebentar lagi kok. Sabar ... kendalikan dirimu. Kamu sudah janji kalau kamu ikut denganku kamu akan menjaga diri. Kalau kamu terus seperti ini aku akan mengantarmu pulang.”Lara terisak hingga napasnya tersengal.Dia meremas jas yang ada di pinggang Alex, menunduk, matanya tidak lepas dari balok kayu berlumuran darah y
“Datang padaku dan bawakan aku dua juta dolar tunai. Aku akan mengirim alamatnya biar kamu bisa menjemput mereka. Ingat, jangan bawa polisi. Kalau kamu membawa polisi, aku akan membuat mereka menyapamu dengan darah. Aku punya senjata api yang mengkilat yang ada di tanganku sekarang, Alex.”“BAJINGAN!”“Jangan mengumpat, Sayang!”“Siapa kamu? Siapa yang beraninya melakukan hal begini padaku!”“Nanti kita bertemu. Tidak sabar? Cepat bawakan dua juta dolarnya sekarang!”“BRENGSEKK!”Tuut ... tuut ....Panggilan mereka mati, Alex meremas ponselnya dengan amarah yang bergejolak naik turun bak kurva logaritma di dalam dadanya.Dia menggertakkan giginya, meredam emosi dan mencoba mengenali suara tak asing yang memanggilnya dengan ‘sayang’ dan juga desah manjanya yang menyakiti telinganya itu.“Alex,” panggil Lara lirih yang membuat Alex tersadar. Akal sehat merengkuhnya kembali.“Apa yang terjadi?” tanya Lara lagi karena dia tak sepenuhnya mendengar obrolan Alex dan juga ‘seseorang’ itu lew