Mendengar yang dikatakan oleh Ibra membuat Alex dengan cepat memalingkan wajahnya, mengambil tisu yang ada di atas meja untuk menghapusnya begitu juga dengan Lara yang malunya sampai ke ubun-ubun.“Haih ... aku baru bangun tapi malah disuguhi sama sisa-sisa adegan dewasa begini?”Ibra menggelengkan kepalanya sejenak sebelum Alex dan Lara kembali menghadapnya.Tapi, melihat Lara dan Alex berdiri di sini baik-baik saja setidaknya membuat Ibra bahagia.Sebab ini artinya tidak ada hal yang buruk terjadi pada mereka.“Pak Alex sama Lara baik-baik saja?”Sebuah pertanyaan yang membuat kedua bahu Lara dan juga Alex jatuh secara bersamaan.“Serius? Kamu tanya begitu?” tanya Alex balik saat Ibra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Kenapa memangnya?”“Cuma kamu manusia yang baru saja hampir kehilangan nyawa tapi malah tanya apa kami baik-baik saja pada manusia yang segar bugar sehat walafiat di sini.”Ejekannya membuat Lara tertawa, begitu juga dengan Ibra.“Aku hanya khawatir karena aku belu
Lara tidak berhenti tersenyum melihat wajah Alex yang kagum dengan pengalaman pertamanya ini.“Kamu suka?”Bahkan tanya dari Lara dia abaikan begitu saja karena Alex sibuk merasakan gerakan anak di dalam kandungannya.Anak yang dia damba akan dia rawat bersama dengan Lara kali ini.“Suka.”Barulah menjawab pasca mungkin satu abad hampir terlewati.“Apa dia bisa mendengar apa yang kita katakan di sini?” tanya Alex penasaran. Mengikuti ke mana gerakan anak di dalam kandungan Lara pergi. Jika sebelumnya di sisi kanan, sekarang berpindah di sekitar pusar.“Bisa. Makanya kita diminta mendengarkan musik yang bagus. Karena itu akan menstimulasi perkembangannya di dalam kandungan. Apalagi kalau dia juga memberikan reaksi yang bagus dengan bergerak.”“Kalau dia tidak bergerak dan diam saja? Apa artinya dia tidak mendengar?”“Masih mendengar. Tapi mungkin di dalam perut dia sedang tertidur.”“Hm ... dia bisa tidur juga di dalam perut kamu?”“Bisa, Alex ... sangat bisa. Nanti kalau dia memasuki m
Siapa dia? Tidak tahu! Jangan tanya Ibrani!Dia sibuk terpukau dengan seseorang yang ada di depannya ini. Yang sebelah tangannya sedang terarah pada Ibra, menyerahkan ponsel yang baru saja dia jatuhkan.“Ah iya, ini punyaku.”Perempuan itu tersenyum. Ibra bisa melihat nama yang tertulis di name tag yang ada di dadanya. Kalisha, Zea Mays Kalisha Gou.Dia seorang perawat.“Mintalah bantuan kalau kamu memang butuh bantuan. Ada banyak orang di sekitar sini. Kamu tidak hidup sendirian.”“Terima kasih.”“Kamu perlu kembali ke kamarmu? Atau memang menunggu seseorang buat datang?”“E ... itu, iya menunggu ayahku yang akan datang sebentar lagi.”“Mau menunggu di sini atau kembali ke kamar rawat? Aku bisa mengantarmu.”“Boleh.”Langsung saja keluar dari bibirnya tanpa banyak drama ‘ba bi bu’ karena Ibra terpesona dengannya yang sangat cantik.Sejak kapan ada perawat secantik ini? Sejak kapan ada manusia yang bisa telihat seperti boneka?Hm ... mungkin Ibra pernah melihatnya. Perempuan seputih
....Beberapa saat sebelum Alex melihat Lara yang kesakitan dan dipeluk oleh Nina di lantai dapur.....Lara senang karena dia baru pulang dari jadwal USG rutinnya. Mereka mengambil jadwal dokter yang sore karena Alex mengatakan dia tidak ingin bertemu dengan Karel.Baiklah ... tidak ada beban bagi Lara untuk menuruti keinginannya. Lara melihat calon anaknya yang ada di dalam kandungan.Tumbuh dengan baik, dengan rahim yang sehat. Semuanya baik. Meski ada satu hal yang tidak seperti keinginan mereka, yaitu tentang anak kembar seperti Neo dan Shenina karena kehamilannya kali ini kehamilan tunggal.Tidak apa-apa ....Karena Lara suka apapun yang diberikan oleh Tuhan.Baik itu laki-laki ataukah perempuan, Lara suka. Alex pun sudah pernah mengatakan jika rasa cintanya kepada Lara atau pada bayi mereka tidak akan berubah baik itu laki-laki atau perempuan. “Aku haus,” ucapnya saat dia memasuki rumah. Mengatakannya pada Alex yang menganggukkan kepala agar sebaiknya dia minum lebih dulu.Lar
Alex lupa saat-saat dia mengangkat Lara bangun dari posisinya dan meminta Nina untuk mengikutinya pergi ke depan. Alex sampai di luar rumah dengan mobil yang sudah siap di depan teras. Mobil yang belum lama ini mereka gunakan dengan bahagia untuk pergi USG tetapi dalam waktu kurang dari satu jam mobil ini akan mengantar mereka untuk menyaksikan duka sebab mereka akan kehilangan kebahagiaan itu.Tentang kehamilan, tentang harapan mereka, tentang seorang anak yang mereka damba. Seorang anak yang diinginkan oleh Alex nanti akan dia rawat bersama dengan Lara.Alex membawa Lara masuk ke dalam mobil.Dia tak kuasa melarang Neo dan Shenina agar tidak ikut karena dua anaknya itu ingin melihat dan memastikan mama mereka baik-baik saja.Alhasil, mereka ikut dengan Alex dan juga Nina menuju ke rumah sakit.Tidak ada yang bicara sepanjang perjalanan, selain si kembar yang terus saja menangis memanggil Lara. Mereka pasti ketakutan melihat darah meluap di mana-mana. Dari lantai dapur bahkan hingga
“Papa, apa mama akan baik-baik saja?” Alex kembali mendengar tanya itu dari Neo, anak lelakinya itu memandang Alex dengan khawatir, matanya penuh harap. Di dalam batinnya pasti dipenuhi dengan gejolak yang penuh dengan banyak pertanyaan, kenapa Lara tidak kunjung bisa mereka lihat, kenapa Lara tidak kunjung keluar setelah para dokter dan perawat membawanya pergi?“Mama pasti akan baik-baik saja, Neo.”Alex menepuk bahunya dengan tersenyum. Kemudian melihat Nina yang berdiri tidak jauh dari mereka sehingga wanita paruh baya itu mendekat.“Bu Nina,” panggil Alex seperti kehilangan semangat untuk seluruh hidupnya.“Iya, Pak Alex?”“Bisa tolong Bu Nina bawa anak-anak pulang? Ini sudah waktunya mereka makan dan istirahat.”“Baik, Pak Alex.”“Tolong rawat mereka ya?”“Iya, akan saya lakukan.”Alex kembali memandang Neo dan Shenina yang masih menahan tangisnya. Dari tatapan mata mereka, jelas mereka tidak ingin pulang karena yang ada di pikiran mereka hanyalah ada di sini dan menunggu kaba
Adrenalin shot sedang coba dilakukan untuk Lara.Waktu terasa berhenti di sekitar Alex, dia merapatkan kedua tangannya untuk berdoa agar Tuhan mengembalikan Lara. Hidupnya, apapun.Bayangkan itu, Alex yang menjuluki dirinya sebagai soerang iblis pendosa sedang berdoa.Tapi dia tahu jika doanya tidak dikabulkan. Karena Lara tidak kembali, Lara meninggalkan Alex. Detak jantungnya tidak berhasil ditemukan, adrenalin shot tidak berfungsi.“Lara, tolong jangan ....”Kepala Alex tertunduk, lunglai terkulai menemui fakta bahwa apa yang sejak awal dia takutkan terjadi. Bahwa, setelah Alex mendengar ‘Ini bisa merenggut nyawa ibu dan janin’ itu rasanya firasat Alex buruk.Dia tahu ada hal buruk yang akan mencekiknya. Dan itu adalah kehilangan Lara.“Bagaimana bisa aku hidup tanpa kamu, Lara? Kembalilah, tolong!”Rasanya Alex ingin merangsek masuk ke dalam ruangan untuk memeluk dan mencium Lara, berkata di samping telinganya dengan kalimat, ‘Bangun, Sayangku! Kita suah merencankan masa depan untu
Kembali pada hari di mana Karel melihat Shiera dan juga seorang perempuan yang tidak dia kenal di sebuah mall pada suatu sore saat dia pergi bersama dengan saudara perempuannya.....Bukan saudara kandung, tapi saudara sepupu.Dia pergi dengan Jisa, namanya. Mereka datang ke sini karena Jisa ingin membelikan hadiah untuk pacarnya yang sebentar lagi ulang tahun.Saat itu, Karel tidak sengaja melihat Shiera yang ada di dekat sebuah food court."Kasih ini nanti ke Lara!"Setidaknya begitu yang hari itu dikatakan oleh Shiera yang sampai di telinga Karel. Tadinya Karel tidak percaya dengan apa yang dia lihat bahwa itu adalah Shiera karena dia pikir Shiera tidak suka dengan bepergian ke tempat seperti ini.Tapi saat Karel memastikanya sekali lagi, dia tak salah lihat.Dia memang seorang Wimanda Shiera Dwight."Lalu apa yang dia lakukan di sini?" tanya Karel pada dirinya sendiri.Dan Perempuan yang diberikan sesuatu dalam amplop itu menerimanya dengan gugup."A-apa ini?"Dari interaksinya, K