Home / Romansa / Membawa Kabur Benih Sang Majikan / Bab 55: Kemarahan Cheryl

Share

Bab 55: Kemarahan Cheryl

Author: Nhaya_97
last update Last Updated: 2024-11-01 09:00:31

Lima belas menit kemudian, setelah sarapan, mereka bergegas menuju rumah sakit. Dara tampak bersemangat ingin mengetahui perkembangan buah hati mereka yang telah berusia lima bulan dalam kandungan.

Namun, sesampainya di rumah sakit, langkah Daffa tiba-tiba terhenti ketika pandangannya bertemu dengan sosok Cheryl yang baru keluar dari ruangan laboratorium.

Cheryl menatap mereka sekilas, lalu menghampiri dengan langkah cepat. Daffa menyipitkan matanya, memasang wajah ketus.

"Lagi ngapain lo di sini?" tanya Daffa dingin. Matanya menyipit saat menangkap secarik kertas di tangan Cheryl. Tanpa berpikir panjang, ia merebut surat itu dengan kasar.

"Daffa, balikin!" Cheryl berseru sambil mencoba merebut kembali surat tersebut dari tangan Daffa.

Daffa hanya tertawa mencibir sambil mengacungkan surat itu di depan wajah Cheryl, lalu dengan kasar mengembalikannya.

"Si Julies pasti tahu deh, rumah sakit terkenal di luar negeri yang katanya bisa menumbuhka

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 56: Rencana Gila Cheryl

    Daiva terdiam, menelan ludah sejenak. "Aku minta maaf karena telah mengkhianati kamu, Cheryl. Tapi aku punya alasan yang cukup untuk melakukan itu pada Dara. Bukan sekadar nafsu," ucapnya dengan berat. "Aku sudah tahu jika kesuburanmu bermasalah."Cheryl tertawa miris, sorot matanya basah oleh amarah dan kekecewaan. "Lalu, kalau kamu sudah tahu aku nggak bisa kasih kamu anak, kenapa masih mau menikahiku? Bukankah anak itu pelengkap dalam rumah tangga?""Apakah kamu lupa, Cheryl?" Daiva tersenyum tipis, dengan nada getir. "Orang tuamu yang memaksa keluargaku. Mereka mengancam keluargaku agar aku menikahimu."Cheryl terperangah, menyadari kebenaran yang pahit dari hubungan mereka. Tangannya mengepal, dan ia meraup wajahnya dengan kasar, menahan luapan emosinya."Lalu, dari mana kamu tahu soal kesuburanku? Tidak ada seorang pun yang tahu tentang ini. Bahkan orang tuaku."Daiva mendekat, tangannya menggenggam kedua lengan Cheryl erat, menatapnya dalam-

    Last Updated : 2024-11-01
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 57: Sejak Kapan Kamu Peduli?

    Di dalam ruang periksa rumah sakit yang tenang, suara lembut dari mesin USG menggema. Dara berbaring di tempat tidur periksa dengan perasaan campur aduk, sementara Daffa duduk di sampingnya, menatap layar monitor dengan tatapan penuh harap.Di layar, bayangan janin tampak samar namun jelas, bergerak pelan dalam rahim Dara. Detak jantungnya terdengar jelas, memenuhi ruangan dengan irama kehidupan yang menggetarkan.Dokter Ami tersenyum lembut sambil menatap monitor. "Janinnya sehat, aktif, dan tumbuh dengan baik," ucapnya menenangkan. "Tapi, jenis kelaminnya belum terlihat. Masih malu-malu, ya, selalu menutupinya."Daffa mengangguk sambil terkekeh kecil. "Yang penting sehat, Dok. Soal jenis kelamin, biar nanti jadi kejutan saat lahiran," katanya dengan nada lega.Setelah menyelesaikan pemeriksaan, Dokter Ami mempersilakan Dara dan Daffa duduk di kursi di depannya. Ia menuliskan resep obat yang harus diminum Dara karena persediaannya hampir habis."K

    Last Updated : 2024-11-02
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 58: Munafik!

    Daffa menghela napas panjang. “Aku nggak pernah membela dia. Aku cuma nggak mau Cheryl makin hancur dan bawa keluarga kita ke dalam masalah,” katanya dengan suara yang berangsur pelan. “Kesehatan Papa lebih penting sekarang daripada urusan Cheryl dan Daiva.”Sementara itu, Dara yang mengamati perdebatan mereka malah tertarik pada hal lain. Ia menoleh ke arah Julies, menyadari bahwa Julies dan Fahri tampak akrab."Mbak?" panggil Dara pada Julies."Ya, kenapa, Dara?" Julies menjawab sambil menoleh.“Eumm… Mbak sama Mas Fahri, udah jadian ya?” tanya Dara dengan wajah polos.Fahri, yang duduk di samping Julies, hanya tersenyum canggung. Sementara itu, Julies tampak bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Ia akhirnya menggeleng pelan, memberi isyarat bahwa mereka belum ada hubungan apa-apa. Daffa yang sedang berusaha meredam emosinya hanya bisa memutar mata mendengar pertanyaan Dara.“Kepo bange

    Last Updated : 2024-11-02
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 59: Diculik

    Sementara itu, di suatu ruangan sunyi, Cheryl duduk di sebelah tempat tidur, menatap Dara yang masih tak sadarkan diri. Ia melirik ke arah perut Dara yang mulai tampak membuncit, lalu menghela napas panjang, matanya penuh pikiran yang sulit diurai."Masih kecil, tapi sudah bisa menghasilkan anak. Umur berapa sih kamu, Dara? Wajahmu begitu belia. Tak heran Daiva tertarik sama kamu. Wajah manis dan polos ini, pasti dia suka," ujar Cheryl dengan nada mengejek, meski matanya memandang Dara dengan dingin.Tak lama kemudian, Dara mulai membuka matanya perlahan, menatap sekitar dengan bingung dan takut. Ketika pandangannya berfokus, ia tersentak melihat Cheryl duduk di sampingnya."Mbak! Kenapa saya ada di sini? Mbak lagi ngapain di sini?" tanyanya, suara Dara bergetar ketakutan. Tubuhnya yang masih lemas mencoba bangkit, namun tidak berhasil.Cheryl menghela napas panjang, matanya menatap Dara tanpa emosi. "Aku mau nego sama kamu, Dara," katanya datar.D

    Last Updated : 2024-11-03
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 60: Ambil Anak Itu!

    Cheryl tersenyum miring, bibirnya terangkat seakan mengukir ironi di wajahnya yang dulu penuh kelembutan. Matanya bersinar, bukan dengan kehangatan, melainkan dengan kilatan tajam yang dingin dan tak kenal ampun, seperti bayangan bulan yang terpantul di permukaan pisau yang baru saja diasah.Ia menarik tangan Dara dan mencengkeramnya, mengukir bekas luka yang tak terlihat, namun akan terus teringat dalam ingatan."Kenapa bisa, kamu datang ke sini? Tahu tempat ini dari mana? Aku tak pernah membawamu ke sini, atau... kamu juga membuntutiku, hingga akhirnya tahu tempat rahasia ini?" Suaranya tak lebih dari bisikan tajam yang mampu memotong udara, membuat ruangan seolah berhenti bernapas.Di hadapannya berdiri sosok yang tak asing, Daiva, suaminya. Mata pria itu penuh keputusasaan, serupa lautan yang pasang surut dalam badai.Dia berjalan mendekat, seakan di antara mereka ada tali tak kasat mata yang menariknya, meskipun bayang-bayang kehancuran melingkupinya."Lepaskan Dara. Dia tidak sa

    Last Updated : 2024-11-04
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 61: Semoga Rencananya Berhasil

    Daffa berhenti sejenak, napasnya berderak seperti api yang tertahan. "Mau apa lo, Cheryl? Balikin Dara sekarang juga!"Cheryl menatapnya dengan ekspresi pahit, kemarahan yang seperti badai hitam berkecamuk di dalam dirinya. "Daiva udah khianati gue! Dia tidur sama perempuan ini, sampai dia mengandung benihnya. Jadi, Dara harus bayar untuk semua ini!" ucapnya, suaranya penuh dendam yang tertahan.Daffa mendengus keras, amarahnya semakin tak terbendung. "Karena lo tahu lo cacat, lo jadi gila?! Urus masalah lo sama Daiva, jangan sama Dara! Dan jangan pernah anggap anak itu sebagai anak Daiva!" Matanya bersinar tajam, seakan kata-katanya bisa menghancurkan tembok amarah Cheryl.Cheryl tertawa pahit, suara tawanya menggema, menyayat di udara. "Oh, ya? Kalau orang tua gue tahu Daiva punya anak dari perempuan lain, mereka gak akan segan menghancurkan keluarga lo." Suaranya serupa pisau yang menggores tanpa ampun."Gue nggak takut! Papa bakal nutup perusahaan itu. Bokap gue gak akan kerja di

    Last Updated : 2024-11-04
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 62: Mengancam Cheryl

    Adicandra, yang sejak tadi mendengarkan, maju mendekat. "Papa akan tetap menutup perusahaan itu, Daff. Papa sudah jual asetnya ke Pak Galih. Jadi, kita udah nggak perlu takut lagi pada ancaman Cheryl. Kalau kamu mau lapor polisi, silakan." Kata-katanya tegas, seperti petir yang menggulung badai amarah dari hari-hari yang panjang.Daffa menyadari bahwa ini adalah akhir dari semua ancaman Cheryl, sebuah kesempatan untuk benar-benar menutup lembaran penuh luka ini. "Kalau begitu, aku ke sana dulu, Ma. Tolong jaga Dara."Dara memanggilnya, suaranya pelan namun dipenuhi kecemasan. "Mas... hati-hati, ya. Jangan sampai Mas jadi korban selanjutnya."Daffa tersenyum tipis, mengecup kening istrinya. "Aku akan berhati-hati," ucapnya lembut. Setelah itu, ia melangkah pergi, menahan napas dalam dadanya yang dipenuhi berbagai perasaan, menuju tempat Cheryl ditahan.Sesampainya di rumah kosong itu, Daffa melangkah mantap. Pintu yang ia dorong terbuka dengan keras, menim

    Last Updated : 2024-11-05
  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 63: Jangan pakai Sebutan itu

    Cheryl terhenyak sesaat. la menatap ke arah Daffa dengan wajah yang sulit diartikan. Berantalakan. Itulah Cheyl sekarang."Lo mau gue pergi ke mana sih huh?" tanya Cheryl dengan sisa-sisa keputusasaannya."Terserah! Ke mana pun elo pergi, gue gak peduli. Yang penting, jangan pemah muncul lagi di hadapan gue dan Dara!" kelakar Daffa kemudian.Cheryl mengembuskan napasnya dengan pelan. "Gimana kondisi Daiva sekarang? Operasinya masih belum selesai?" Cheryl mulai menanyakan kondisi suaminya.Daffa mengendikan bahunya. "Mana gue tahu. Nggak ada kabar dari orang tua gue soal kondisi Daiva. Maybe selamat, bisa jadi nggak."Daffa mengajak Fahri dan Julies untuk meninggalkan tempat itu. Setelah akhirnya berhasil membungkam mulut Cheryl yang terlalu meninggikan ucapannya.Kini, perempuan itu sudah tak bisa mengancam keluarganya lagi. Apalagi meminta kepada Dara agar anaknya diberikan padanya Sudah selesai. Cheryl sudah tidak punya kekuatan lagi selain hanya bisa termenung.Menyesali perbuatann

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Tamat

    Tujuh bulan kemudian.Julies tengah berjuang melahirkan seorang bayi yang masih berusaha mencari jalan keluar di bawah sana. Kini, mereka sudah berada di rumah sakit. Pun dengan Dara dan Daffa.Ingin melihat proses lahiran anak pertama Julies dan Fahri yang sudah menginjak usia sembilan itu. Dan mereka semua belum ada yang tahu, jika Julies sudah mengandung tiga bulan saat menikah dulu.Mereka hanya mengira jika Julies melahirkan secara prematur. Padahal, memang sudah memasuki bulan sembilan. Baik Julies maupun Fahri tak ada yang peduli. Mereka juga tidak memberi tahu jika Julies hamil sebelum menikah."Prematur, tapi bisa melahirkan secara normal, yaa." Daffa menggaruk belakang kepalanya. la bingung, karena Julies bisa melahirkan secara normal."Ngapain dibuat bingung sih, Mas. Syukur-syukur bayi dan ibunya sehat. Nggak usah aneh-aneh deh!" Dara kesal pada suaminya itu karena terus mengomentari Julies yang sedang berjuang melahirkan anak pertamanya di ruangan sana.Kemudian, pria itu

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Jangan Suudzon Dulu

    Prissa lantas menoleh cepat ke arah Daffa. "Maksud kamu apa, Daffa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Aku hamil lho, Daff." Suara perempuan itu nyaris tenggelam karena menahan tangisnya.Julies menoleh padanya. "Sabar, yaa. Daffa emang gitu orangnya. Kita sama-sama korban ular jahat Daffa. Aku juga pernah hamil anaknya dia. Tapi, gak tanggung jawab tuh. Orangnya malah hamilin anak orang."Julies menepuk-nepuk bahu Prissa."Yaa gak bisa gitu dong, Juls. Masa gue harus rawat anak gue sendiri?" Prissa mulai kelabakan. Harinya tak tenang kala mendengar penolakan dari Daffa."Gue gak mau nikah sama elo, Prissa. Sampai itu anak brojol pun gue gak akan mau nikah sama elo!" pekik Daffa. Pria itu sudah mulai emosi.Hatinyä dikabut kemarahan yang tak bisa ia tahan lagi. Daffa yang super emosian itu lantas menggertak Prissa. Sehingga membuat perempuan itu menatap tajam ke arahnya."Berani berbuat, gak berani tanggung jawab!" sengal Prissa dengan suara menekan."Terserah elo! Terserah, mau ngomong

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Wajahnya Mirip Daiva

    Julies tertawa melihat adegan luar biasa itu. Saling memaki dan saling berteriak. Membuatnya tak bisa untuk berhenti tertawa."Fahri, Fahri. Lucu banget sih, kamu." Julies geleng-geleng kepala. sembari mengikuti langkah Fahri menuju ruangan USG.Tak lama setelahnya, Daffa dan Dara pun tiba di sana. Menghampiri Fahri dan Julies yang sedang melihat Prissa. Perempuan itu tidak bisa ke mana-mana karena diserbu oleh empat orang.Ditambah Dokter Ami yang mulai memeriksa kandungannya. Semakin tak bisa ke mana-mana. Hanya bisa pasrah kala Dokter Ami sudah mengolesi gel di atas perutnya."Hasil USG itu akurat "kan, Dok?" tanya Fahri pada Dokter Ami."Hampir seratus persen akurat. Kita lihat dulu ya, janinnya." Dokter Ami mulai memeriksa kandungan Prissa.Ditatapnya layar monitor tersebut. Yang hanya Dokter Ami yang tahu, maksud dari gambar yang ada di sana. Mereka hanya tahu jika janin itu memang benar-benar ada di sana."Berarti bener ya, Dok. Di perutnya ada bayinya," kata Julies sambil mena

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Ambil saja Anaknya

    Prissa yang memang sedang ingin meminta pertanggungjawaban kepada Daffa pun telah menyiapkan segalanya.Memberikan alat tes kehamilan itu kepada Dara. Agar perempuan itu tahu, jika Prissa benar-benar hamil anaknya Daffa."Ada USG-nya?" tanya Dara kembali.Daffa menoleh dengan cepat ke arah Dara. Pun dengan Prissa. la terlihat gelagapan kala Dara meminta hasil USG-nya."Waktu saya periksa kehamilan dulu, sekalian USG. Karena pengen lihat perkembangan anak saya di dalam sini." Dara menunjuk perutnya yang buncit itu.Daffa tersenyum miring mendengar ucapan Dara. "Tumben, pinter. Dapat ngajarin siapa sih?" Daffa malah mencubit hidung Dara."Dari Mbak Julies. Waktu dia hamil juga katanya di-USG. Kenapa Mbak Prissa nggak USG? Emangnya, Mbak gak mau lihat calon bayi Mbak?" tanya Dara kepada perempuan yang ingin merebut suaminya itu.Tak lama kemudian, Fahri dan Julies tiba dir rumah tersebut. Kemudian Julies menghampiri Dara. Lalu, mengulas senyumnya."Gimana-gimana? Prissa beneran hamil? An

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Panggilan dari Calon Istri Daffa

    Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Dara pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. la melihat Daffa tengah meringkuk di atas tempat tidur. Namun, Dara hiraukan. Tetap melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.Ting!Notifikasi pesan masuk pada ponsel Daffa. Dengan malas, pria itu membuka pesan tersebut. Matanya memicing, melihat pesan masuk tersebut.Sebab, pesan masuk itu dari Prissa. Akan datang ke rumahnya untuk meminta pertanggungjawaban. Daffa memijat keningnya. Kemudian, menghubungi Fahri."Si Prissa udah mulai berulah, Ri. Dia mau ke sini. Minta tanggung jawab gue," kata Daffa setelah pria itu menerima panggilannya.Terdengar helaan napas di seberang sana. "Si Dara masih marah ke elo?" tanya Fahri."Ya. Bahkan lebih parah sejak menerima panggilan dari Prissa. Dia bener-bener nggak mau maafin gue. Malah, minta gue buat nikahin tuh orang."Katanya, gue aja tanggung jawab atas dia yang hamil bukan anak gue. Kenapa gue nggak mau tanggung jawab atas kehamilan Prissa yang jelas-j

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Kenapa Bodoh Sekali!

    "Apa yang harus aku lakukan, supaya kamu mau memaafkan kesalahanku, Dara? Apa yang bisa buat kamu memaafkan aku agar kamu bisa menerima semua perbuatan gila itu."Daffa kembali bersuara. Akan terus mengejar permintaan maaf dari Dara. Bahkan, ia rela melakukan apa saja, agar mau memaafkannya.Dara menoleh ke arah Daffa. "Tidak perlu. Mas Daffa tidak perlu melakukan apa pun. Semuanya sudah terjadi. Apa yang harus dilakukan?"Daffa bergeming. la hanya bisa menatap Dara dengan sayu. Hatinya teriris kala mendengar ucapan Dara. Terdengar sangat kecewa padanya."Jangan lengah, Daff. Si Prissa emang masih suka sama elo. Akan mencari cara agar bisa dapetin elo lagi. Sekarang, jangan pernah bertemu dengan dia sekali pun. Jauhi dia, jangan sampai elo ketemu lagi sama tuh orang."Ucapan Fahri membuat Daffa mengangguk dengan pelan. "Iya, Ri. Dari awal juga gue gak pernah mau ketemu sama dia lagi. Tapi, dia sendiri yang datang dan deketin gue."Fahri mengangguk. Lalu, menoleh ke arah Dara. "Kamu ja

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Kamu Berbeda, Dara

    "Tuh, kan. Apa kata gue juga. Dara punya penyakit shock. Denger berita yang bikin dia kaget, pasti langsung pingsan," kata Fahri sembari mengikuti Daffa yang tengah menggendong Dara. Yang akan membawanya ke rumah sakit."Jangan banyak omong. Bawa mobil. Ke rumah sakit sekarang juga?" titah Daffa kepada Fahri.Kemudian pria itu melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Untuk memeriksa kondisi Dara yang tiba-tiba tak sadarkan diri.Setibanya di rumah sakit, Dara langsung dibawa ke ruang IGD, untuk melakukan pemeriksaan."Kenapa lagi istrinya, Daffa?" tanya Dokter Ami sembari memeriksa kondisi Dara."Jatuh pingsan, Dok. Tiba-tiba, karena dengar kabar yang tidak mengenakkan" ucap Fahri memberi tahu.Dokter Ami menghela napasnya. "Kenapa selalu mendengar kabar yang tidak mengenakkan? Jangan pernah beri kabar tersebut, karena Dara memiliki sifat cenderung mudah terkejut."Saya rasa, ini ada kaitannya dengan pengalaman dia di masa lalu. Mungkin saat Dara tengah melamun, atau sedang memikirkan s

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 83: Pingsan

    "Dara ke mana sih? Kenapa nggak temenin Mama di sini?" tanya Daffa setelah menyadari jika istrinya tidak ada di sana."Mau mandi dulu katanya," jawab Melawati."Oh. Tadi olahraga dulu sih dia. Kemudian, Daffa menoleh kembali pada Melawati. "Mama ke sini mau ngomongin itu doang?"Melawati mengangguk. "Mama mau ke Amerika. Jenguk Daiva, sama Papa juga. Kamu dan Dara mau ikut juga, nggak? Sekalian babymoon.""Udah gede kandungannya, Ma. Harusnya bulan lalu. Dara gak bakalan mau pergi jauh-jauh. Terlalu cinta dengan Indonesia."Mama sama Papa aja yang pergi. Titip salam aja buat Daiva. Sekalian tanyakan, udah dapat jodoh lagi atau belum."Melawati memutar bola matanya dengan pelan. "Ya sudah kalau begitu. Mama dan Papa saja yang ke sana. Mau kasih kejutan."Melawati pun pamit pergi dari rumah anaknya.Lalu, Dara yang baru selesai mandi itu pun keluar sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. "Lho. Mamanya ke mana, Mas?" tan

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Bab 82: Punyamu juga Kecil

    Fahri hanya mengulas senyumnya. Kemudian menggaruk hidungnya. "Mungkin gitu, Daff. Si Dara punya penyakit shock. Kayaknya itu penyakit lebih parah dari jantung deh."Bisa bikin pingsan orang dengan tiba-tiba. Sedangkan jantung.... biasanya bengek dulu Baru pingsan. Kalau shock, langsung pingsan saat itu juga.Daffa menoleh dan menatap Fahri dengan tajam. "Elo jangan nakut-nakutin gue dong! Kasih solusi yang bener. Jangan malah bikin makin runyam ini masalah."Fahri mengusap belakang kepalanya. "Hal gak guna, dan bikin gue selalu ikut campur dalam urusan elo. Bahkan, merelakan waktu gue buat kencan sama Julies. Gak seru kalau nggak bisa menemukan titik terangnya."Daffa mengangguk. "Bukan elo doang yang waktunya terbuang sia-sia. Gue juga.""Yang bikin masalah elo, Daffa. Wajar, kalau elo membuang waktu elo untuk ngurusin kayak beginian. Emang paling demen nyari penyakit elo tuh, yaa."Daffa menghela napasnya dengan panjang. Lalu, memijat ken

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status