" Apakah kamu tadi mengambil gambar dari ibunya Arza?" tanya Daren saat tadi melihat Xaquil diam diam mengambil Foto ibu Arza. Xaquil langsung mengangkat kepalanya dan kemudian menganggukan kepalanya. " Hum, Paman tahu saja, padahal aku sudah melakukannya dengan sempurna" Ucap Xaquil. " Mulai sekarang kamu dalam pengawasan paman" Ucap Daren kemudian dia mengangkat Xaquil kedalam gendongannya, kemudian menghujani ciuman pada ponakannya itu. " Ha...ha... ha... stop! paman tidak boleh cium aku, pria dewasa tidak boleh dicium" ucap Xaquil sambil mengelap pipinya dengan tangannya. Tawa renyah langsung terdengar begitu nyaring, dan siapapun yang melihat interaksi antara paman dan keponakan pasti akan iri. " Biarkan saja itu karena kamu menyimpan rahasia sendirian, tidak memberitahukan paman, bagaimana jika terjadi sesuatu pada kamu, Huh" ucap Daren. " Paman Stop! Rahasia apa? aku tidak pernah menyimpannya sendirian" Ucapnya sambil tergelak karena digelitiki oleh Daren. Daren langsung
Setelah mengantar Xaquil untuk mengajar di rumah Gabriel, Akhirnya Daren langsung bertemu dengan Joe di dekat tempat itu jadi jika nanti keponakannya sudah selesai mengajar tidak terlalu jauh dan bisa langsung menjemputnya. “ Sorry Bro, kamu menunggu lama, aku habis mengantar anak dulu” ucap Daren sambil duduk depan Joe yang sudah menunggunya sedikit lama. “ Tidak masalah! Kamu gimana kabarnya, Daren? Tumben sekali kamu mau bertemu denganku, apakah ada sesuatu yang ingin kamu bahas” ucap Joe yang memang sejak tadi dia penasaran kenapa Daren mengajaknya untuk bertemu. Untuk itu tadi Joe langsung mengiyakan meskipun dia punya banyak segudang pekerjaan. Selain penasaran, Joe juga ingin menjalin tali silaturahmi dengan keluarga Daren, Joe ingi bisa akrab seperti dulu, bisa nongkrong bareng ataupun seru seruan “ Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal pada kamu” ucap Daren. “ Oh kirain, Mau menanyakan apa memangnya? Soal kerjaankan atau soal yang lain” ucap Joe sambil meminum coffee y
Joe memutar matanya menjadi seratus delapan puluh derajat saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh Daren. Rasanya Joe ingin memukul Daren dengan keras, sejak dulu dia sudah sangat mengesalkan tapi kini lebih... lebih.... lebih mengesalkan.Tidak heran jika banyak orang yang sangat takut padanya, Jika Sean terlihat dingin dan meluap luap, Daren lebih terlihat tenang, tanpa ekspresi namun Daren lebih kejam dari Sean terkadang. Jika Sean masih bisa diajak kompromi tapi tidak dengan Daren. Ketegasan Daren membuat orang orang takut untuk menyinggungnya. " Kamu tidak berubah sama sekali Daren, paling tidak lihatlah dari sisi aku yang seorang asisten, jangan membuatku berada dalam masalah. Aku tidak mau membongkar masalah Sean" Ucap Joe dengan memperlihatkan wajah melasnya. " Tidak ada yang memaksa, semua tergantung pilihanmu, kamu menjadi asisten Sean bertahun tahun lamanya, paati kamu bisa memilih!, Tinggal dua menit lagi" Ucap Daren sambil menyilangkan tangannya didadanya. ' Sh*t! Ben
El masuk ke ruang tengah dan melihat kedua putranya terlentang di lantai dengan kedua tangan dan kakinya merentang seperti ikan yang terdampar ke daratan. Keringat membasahi kedua wajah putranya. Sementara sang putri bungsunya sedang telungkup sambil mewarnai buku gambarnya. Entah apa yang dia gambar. “ Apa yang kalian berdua lakukan sehingga menghasilkan keringat yang banyak seperti itu” ucap El sambil mengusap peluh kedua anaknya mengunakan tisu. “ Ibu! “ Ibu! “ Ibu! Ketiganya langsung duduk saat sang ibu datang menghampirinya dengan satu piring kue. “ Mereka berdua sepertinya kurang kerjaan Bu, sejak tadi mereka mengelilingi rumah ini” ucap Xhaqella sambil mengidikkan bahunya, melihat tingkah kakaknya yang habis berlari mengelilingi rumah ini. “ Kita hanya penasaran seberapa besar rumah ini, dan ternyata sangatlah luas hingga kita berdua kelelahan” ucap Xavier. “ Hum, Paman Daren sangat royal sehingga memberikan kita rumah yang sangat besar seperti ini. Bahkan aku tidak san
Sehabis makan malam Daren meminta waktu El, karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan adik angkatnya itu. Mumpung anak anak sedang bermain dengan Omanya di kamar bermain. “ El, ada yang ingin aku beritahukan pada kamu” Ucap Daren sambil mendekati adiknya yang sedang santai melihat anak anak bermain bersama Oma dan juga Opanya. “ Apa yang ingin kamu bicarakan? Apakah itu penting?" tanya El sambil melihat Daren yang sangat serius. " Hum, penting mungkin tidak tapi minimal kamu tahu apa yang terjadi?" ucap Daren membuat El penasaran." Baiklah" Ucap El kemudian mengajak Daren ke ruang pribadinya, yang biasa dia gunakan untuk memeriksa laporan dari toko. " Ada masalah apa, sehingga kamu ingin berbicara denganku secara pribadi? apakah perusahaan kamu sedang ada masalah?" lanjut El setelah berada di ruang miliknya. " Bukan sih! Sebenarnya aku hanya ingin membicarakan soal Sean....Huft! Baru mendengar namanya saja sebenarnya sudah membuat El merasa males sebetulnya, apalagi ha
Waktu terus berlalu dengan begitu cepat, kini pagi kembali menyapa penduduk kota dengan sinar hangatnya. Dan di pagi hari yang cerah ini El pergi kerumah orang tua angkatnya karena ada beberapa barang yang dia butuhkan. Dia pegi bersama dengan Xhaqella dan juga Xavier yang ingin ikut ke rumah Oma dan Opanya meskipun kedua orang itu berada di rumahnya. Kedua anak itu sebenarnya sangat menyukai rumah Daren karena mereka bisa melihat ikan yang ada dikolam dekat rumah Daren. Sedangkan Xaquil tidak ikut karena dia sedang ikut olahraga bersama paman dan juga Opanya. Xaquil sangat mengagumi Daren, jadi dia meniru semua yang dilakukan oleh pamannya itu. “ Ibu kenapa hari ini jalanan masih sangat sepi sekali, biasanya jam segini sudah banyak mobil dan juga motor berlalu lalang memenuhi jalanan ini” ucap Xhaqella sambil melihat keluar jendela mobil. “ Karena ini akhir pekan, sabtu dan minggu banyak orang yang libur dan juga anak anak sekolah libur jadi jalanan sangat sepi di akhir pekan, tap
El mengerutu setelah diberitahu oleh penjaga jika di luar ada Sean yang memaksa untuk masuk, padahal penjaga sudah bilang jika tidak ada orang di rumah kecuali pelayan, tapi dia bersikeras untuk masuk ke dalam rumah. “ Ini orang keras kepalanya tidak pernah hilang, pagi pagi sudah bikin gaduh di rumah orang!” gumam El dengan kesal. “ Mau ngapain lagi sih dia, kan sudah dibilang untuk sementara jangan bertemu dengan anak anak dulu” lanjut El mengomel. “ Nyonya muda ada apa? apakah ada masalah atau butuh bantuan bibi?” tanya bibi pelayan yang melihat El mengomel di pagi pagi hari seperti ini. El memang jarang marah marah jadi sekalinya marah marah bikin takut semua orang yang ada di rumah itu. “ Itu Bi, di luar ada Sean memaksa masuk padahal sudah di beritahu jika tidak ada orang di rumah tapi tetap maksa masuk, benar benar keras kepala!” ucap El. “ Aku kedepan dulu ya bi, anak anak ada di mana?”lanjutnya El khawatir Sean membuat huru hara pada anaknya. “ Sepertinya Tuan dan Nona ke
Sean pergi dengan hati yang sangat sakit, Ia bisa melihat betapa kecewanya anak anaknya terhadap sikapnya, lagi dan lagi dia menyakiti perasaan anak kembarnya. Dadanya terasa sangat sakit, seperti dihantam oleh sebongkah batu hingga membuat dia susah bernapas. “ Kenapa selalu berakhir seperti ini, Tuhan apa yang terjadi padaku? Kenapa aku sangat susah sekali untuk bisa mendekati anak anak aku? apakah karena tidak mengasuhnya sejak kecil makanya mereka selalu membela ibunya?” Gumam Sean, dia benar benar sedih karena telah melukai hati kedua anaknya. Padahal mereka berdua sudah mulai menerimanya, tapi kenapa pula ada kejadian seperti itu. “ Apakah Tindakan aku salah karena menyuruh El membawa Xavier ke dokter untuk memeriksakan Kesehatan? Aku hanya mengutarakan apa yang telah aku lihat selama ini, dia memang berbeda seperti dua orang. Tapi kenapa hanya aku yang menyadarinya? Apakh El dan Daren tidak pernah menyadari perubahan anak itu? Apa hanya gara gara obat yang aku minum sehingga