Sean tengah berdiri di balkon kamarnya sambil memandang hamparan luas di bawah sana, dulu di tempat itu ditanami berbagai bunga yang selalu bermekaran, namun beberapa tahun terakhir ini bunga bunga itu tidak lagi terlihat hidup. Mungkin karena pemiliknya tidak kembali lagi makanya bunga bunga pun ikut mati.
“ Sudah lima tahun dia menghilang tanpa jejak sejak kejadian itu” ucapnya sambil menatap kosong hamparan depannya. Ia merasa kehilangan El yang sangat dicintainya karena kebodohan yang dia buat. Benar apa yang diinginkan oleh El dan juga Dareen dulu, jika dirinya akan hidup dalam penyesalan seumur hidupnya. Hingga kini Sean masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri, bagaimana dia bisa begitu bodoh memperlakukan El seperti sampah. Andai saja dulu dia tidak mengusir El malam itu, El tidak akan mengalami penghinaan itu. Andai saja ia mau memberikan kesempatan pada El untuk membuktikan jika itu bukan dia. Andai… dan andai yang kini memenuhi pikiranya selama lima tahun terakhir ini.
Tok! …. Tok….
Ketukan pintu samar samar terdengar, namun Sean enggan untuk membukanya, paling juga ibunya yang selalu bawel jika akhir pekan. Sudah hampir satu bulan ini Ibunya mendorongnya untuk dekat dengan wanita pilihan dia.
Sean sendiri memang tidak ada niat untuk menikah lagi, karena ia tidak akan menyakiti wanita lain, karena hatinya tidak bisa melupakan El mantan istrinya dan juga rasa bersalahnya, selalu menghantui dirinya setiap saat.
Ini seperti sebuah kutukan!
Tok.. Tok…
Brak!.... Brak!
Gedoran pintu semakin kencang, memuat Sean mendengus kesal, meski demikian ia tetap berjalan dan meraih gagang pintu dengan kasar.
“ Ma.. sudah ku bila……
“ Lama amat sih buka pintunya, mang lagi apa kau, bos” ucap Joe. Ternyata yang mengedor pintunya sahabat sekaligus asistennya.
“ Aish! Ternyata kau, lagipula kenapa sih datang datang tidak kasih kabar dulu. Kan aku bilang kalau akhir pekan jangan datang atau membahas pekerjaan” omel Sean kemudian ia kembali kedalam kamarnya dan langsung duduk di sofa. Sudah beberapa bulan ini, Sean sudah tidak gila kerja seperti biasanya. Dalam satu minggu ia mengambil libur, meskipun hanya sekedar merenungkan hidup yang dia jalani.
“ Cepat tua kau, ngomel mulu udah kaya nenek nenek kehilangan kaca matanya saja. Nih coba lihat” ucap Joe ikut menjatuhkan tubuhnya di sofa samping tempat Sean duduk.
Sean menerima amplop yang diberikan oleh Joe, dan langsung melihat kumpulan foto yang membuatnya mengernyitkan dahinya.
“ Maksud kamu apa memberikan ini padaku? Yang ku cari buka Daren, ngapain kamu memberikan aku foto Daren” ucap Sean kemudian langsung melemparkannya keatas meja, Dadanya terlihat naik turun karena kesal, saat ia melihat foto Daren. Sejak saat itu sahabatnya itu juga tidak mau lagi berteman dengannya.
Selain itu, Sean merasakan iri dengan Daren yang bisa lengsung mempercayai El di bandingkan dirinya. Apakah cintaku tidak tulus seperti yang mereka katakan? Apakah aku sudah terlalu jahat?
“ Di lihat baik baik dulu bos, jangan asal marah saja. Bingung deh aku, kayanya sifat pemarahmu itu semakin meningkat” ucap Joe.
“ Terus apanya yang harus aku lihat, itu semua foto Daren, terus buat apa aku menyimpan foto dia yang membuat darahku semain naik” ucap Sean semakin kesal.
Benar apa yang Joe katakan jika emosinya tinggi, dulu jika ia tidak terlalu emosi saat Vio memberikan foto El yang ternyata paslu itu, semuanya pasti akan baik baik saja. Sean tidak bisa membaca semua kesaksian Vio hanyalah palsu belaka.
“ Hadeh!, ini foto dari lima tahun yang lalu, dan aku baru mendapatkan ini beberapa hari yang lalu, foto ini menunjukan jika Daren keluar dari kantor pengadilan. Dan dia yang mengambil surat milik El. dan setelahnya ini foto dia saat bersama El. setelah itu aku tidak menemukan jejak El sama sekali hingga sekarang. Bukankan ini sangat aneh, dan juga kita semua tahu Daren dan El sangat pandai dalam hal meretas dan menghapus semuanya” ucap Joe. Dan itu membuat Sean kini mampu berpikir dengan jernih. Ia benar benar bodoh, bukankah sudah jelas sejak awal jika Daren sudah memberikan kesempatan saat itu untuk memaafkan El dan mencari tahu apa yang terjadi. Namun saat itu Sean masih marah dan terhasut oleh Vio ditambah lagi kedua orang tuanya juga lebih percaya dengan Vio selalu memprovokasinya.
“ Bukankah aku bodoh Joe, aku lebih mempercayai Vio yang hanya orang luar dibandingkan percaya dengan El dan Daren yang selalu ada di saat aku berada dalam kesusahan” ucap Sean dengan sedih.
Joe satu satunya sahabat yang masih tetap berdiri di sampingnya sejak kejadian itu, meskipun yang lain masih sering menyapanya, namun sudah berbeda apalagi Daren benar benar memutuskan persahabatan mereka. Bahkan Daren sudah memblokir nomornya.
“ Mungkin kita memang harus menjadi bodoh untuk tahu jika itu benar benar bodoh, supaya kamu juga bisa belajar bagaimana harus menyelesaikan masalah. Ingat Sean, kamu adalah pemimpin perusahaan yang pasti banyak musuh yang ingin menjatuhkan kamu. Kedepannya kamu harus lebih hati hati, jangan percaya dengan orang begitu saja. Bahkan sahabat bisa saja menusuk dari belakang. El terlalu baik, jadi dia tidak menyadarinya saat sahabatnya telah merencanakan sesuatu yang jahat sejak lama” ucap Joe. Yang sebenarnya dia tidak tega pada sahabatnya yang sangat terpuruk hingga sekarang.
Dia memang salah tapi, tidak juga harus menanggung penderitaan seperti ini, bahkan untuk membuka kembali hatinya saja, sepertinya sangat susah.
“ Entahlah Joe, aku sangat sulit untuk menghapus semua rasa salahku padanya, aku selalu mengingat video di mana dia dihakimi banyak orang. Aku melalukan itu pada istri yang sangat tulus mencintai aku, namun aku tidak sempat membalaskan apa yang di alami El pada wanita itu” ucap Sean penuh penyesalan.
“ Tapi sepertinya ada pengkianat diantara kita, aku sudah mencarinya sejak dulu. Tapi aku tidak ada bukti kuat yang membuktikan siapa pengkianat itu. Kita sudah menangkap Vio dan tiba tiba dia menghilang begitu saja, padahal penjagaan di tempat itu sangat ketat. Hanya orang orang kita yang mengetahui seluk beluk tempat itu. Dia tidak akan bisa keluar tanpa bantuan orang lain” ucap Joe.
“ Betul juga apa yang kamu katakan aku juga sudah curiga sejak awal, namun aku terlalu sibuk dengan mencari keberadaan El” ucap Sean.
“ Aku mendengar jika Daren semingggu lagi akan pulang, kamu bisa bertemu dengan dia dan tanyakan keberadaan El, pasti Daren tahu di mana El” ucap Joe.
“ Beri tahu aku jika dia sudah di kota ini, aku sendiri yang akan menemuinya. Aku juga akan meminta maaf” ucap Sean bertekad.
Sementara itu yang dibicarakan kini sedang berada di sebuah kota yang tampak sangat asri, masih terlihat keaslian alamnya. Dengan begitu banyaknya pohon pinus yang berderet deret di sepanjang jalan. Memang di kota ini ada hutan pinus yang sangat besar, itu membuat udara di kota ini tampak sangat bagus. Kota yang sangat menenangkan, tidak heran jika temannya merekomendasikan untuk mampir ke kota ini supaya bisa menghilangkan stress yang ia rasakan bertahun tahun.Daren tampak duduk di sebuah tempat makan yang didominasi dengan kayu warna coklat yang diukir dengan sangat indah dan tampak mengkilap. Meskipun terlihat sederhana, namun terkesan mewan menurut pandangan Daren. Baginya ukiran yang berada di dalam rumah makan ini sangat rumit dan pastinya dilakukan oleh seorang ahli.Sambil menikmati secangkir kopi Daren melihat jalanan yang ada di depannya, beruntungnya ia duduk di tempat yang sangat pas. Ia bisa melihat banyaknnya orang berlalu lalang melakukan aktivitas masing masing.‘ Ba
Hari senin hari yang sangat malas untuk Sebagian orang, entah itu untuk bekerja ataupun anak anak sekolah, mungkin karena masih terbawa suasana liburan weekend kemarin, jadi membuat Sebagian orang merasa sangat malas sekali. Begitu pula dengan gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut meskipun kakaknya sudah mengoyang goyangkan tubuhnya.Namun dia tetaptidak terganggu sama sekali.“ Xhaqe bangun hari sudah siang, nanti kita terlambat kesekolahnya” ucap Xavier yang tengah membangunkan tuan putri Xhaqella. Memang gadis kecil itu paling hobi banget untuk tidur. Jika hari senin ada saja dramanya supaya tidak pergi kesekolah. Ia lebih suka membantu ibunya di rumah.Karena tidak bangun bangun, Xavier langsung menemui kakaknya yang kini sedang menyiap baju adik adiknya dan juga memeriksa tas sekolah mereka. Xaquil ini memang benar benar memainkan peran seorang ayah dari dua anak.“ Kak Xaquil, itu adik tidak mau bangun, aku jadi malas padanya. Kenapa dia selalu saja menyusahkan dan m
“ El!!” Teriak laki laki itu saat melihat El yang berdiri mematung, sama terkejutnya, kemudian langsung memeluk El dengan erat. “ Ternyata kamu ngumpet di sini, tahu tidak? aku mencarimu hingga membuat aku hampir mati” ucapnya dan tidak terasa dia menitikan air matanya. Orang yang ia cari selama ini, kini berada di dalam dekapannya. Setelah ini dia tidak akan membiarkan El pergi lagi. El kini membeku di dalam pelukan pria itu, ia sendiri masih bingung dengan pertemuan yang mendadak itu, padahal selama ini El merasa senang karena tidak ada satupun orang dari masa lalunya yag tahu keberadaanya. El sendiri sengaja untuk menghilang dari orang orang masa lalunya. Bukan karena apa? Ia hanya ingin hidup dengan lembaran baru tanpa harus mengingat lagi kebelakang, karena masa lalunya adalah kepahitan yang ia alami. El sendiri terkadang masih trauma dengan kejadian malam itu, di mana dia di hakimi oleh orang orang yang buta akan kebenaran. Meskipun El mampu mengatasi semua masalah, namun
Waktu terus berjalan dengan cepat, tidak terasa hari sudah siang, El yang masih bertukar cerita dengan Daren kini menyadari jika ia sudah harus menjemput anaknya di sekolah. Karena Ariana hanya bisa mengantar di waktu pagi saja, untuk pulangnya El sendiri yang akan menjemputnya.“ Ren, aku tinggal sebentar tidak apa apa yaa, sekalian bantu aku jaga toko. Jadi aku tidak perlu menutupnya” ucap El pada Dareen.“ Memangnya kamu mau kemana? Apa aku saja yang pergi untuk membantu kamu” ucap Daren menawarkan diri pada sahabatnya, ia merasa kasian setelah mendengar apa yang dilalui oleh sahabatnya.“ Aku harus menjemput anak anakku, sudah waktunya pulang. Anak anakku tidak akan sembarangan ikut orang yang tidak dikenalnya meskipun kamu mengatakan teman aku” ucap El tersenyum.“ Hum, baiklah aku akan jaga toko kamu, aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan anak anakmu” ucap Daren penasaran dengan anak El, sejak tadi mengobrol, namun El tidak mengatakan sedikitpun bagaimana dia menikah lagi da
“ Ibu, apakah tante Ariana sedang ada di sini? Kenapa tokonya buka atau ibu lupa untuk menutupnya” ucap Xaquil dan membuat kedua adiknya juga menengok dan langsung menganggukan kepalanya. Mereka juga penasaran kenapa tokonya buka.“ Oh itu, ada teman ibu yang dari tempat jauh datang jadi ibu minta tolong pada dia, kalian masuk dulu nanti kalian bisa kenalan dengan teman ibu” ucap El yang kemudian mendapatkan anggukan dari Xavier dan juga Xhaqella. Namun tidak dengan Xaquil yang tampak memikirkan sesuatu.‘ Teman ibu siapa? Bukankah selama ini Ibu tidak punya teman selain tante Ari, dan juga ibu tidak pernah menceritakan jika punya teman yang sangat jauh tinggalnya. Ibu hanya bercerita jika kakek dan neneknya sudah berada di surga’ batin Xaquil sambil jari jari mungilnya mengetuk dagunya berkali kali.“ Masuk dulu sayang, Ibu tahu pasti kamu penasaran kan, lebih baik masuk ganti baju dan nanti ibu kenalkan pada paman” ucap El yang sangat hapal anak sulungnya memang tidak puas dengan j
Dareen sangat senang melihat ponakan yang baru datang ini, meskipun terkesan dingin namun entah kenapa ia sangat menyukainya. Ia kemudian langsung tersenyum lebar untuk menyambut bocah mungil itu. namun ia terkejut saat melihat bocah itu terkejut saat melihat dirinya. Bahkan anak itu sampai membuka mulutnya membentuk huruf O dengan mata yang lebar menatapnya.“ Paman kamu kan yang…“ Apakah kamu pernah mengenal paman sebelumnya” ucap Daren penasaran dengan bocah itu, tidak hanya Daren tapi juga Elvaretta yang juga terkejut melihat reaksi anaknya saat melihat Daren, seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Begitu juga dengan kedua saudaranya.“ Xaquil,apakah kamu pernah bertemu dengan paman Daren” tanya El menuntut jawaban dari anak sulungnya.“ Oh… Eh… he..he.. belum Bu, aku hanya terkejut ternyata ibu punya teman yang keren seperti ini,Paman namaku Xaquil dan aku sangat menyukaimu” ucapnya dengan senyuman yang lebar memperlihatkan deretan giginya.El hanya bisa menghela napas dengan
Daren terkejut saat mendengarkan Xaquil telah mencari Sean Hill, dan tentunya itu tanpa sepengetahuan dari Elvaretta. Apa yang membuat anak sekecil ini mencari tahu tentang Ayah mereka? Apakah mereka merindukan kasih sayang seorang ayah? Dan bagaimana dia mengetahui tentang Sean Hill? “ Kamu mencari tahu mengenai Sean Hill untuk apa? Apakah kamu tahu siapa dia” tanya Daren dengan hati hati. Ia sangat kagum pada anak ini yang sangat pintar. “ Hum” ucap Xaquil sambil mengangguk. “ Apa yang kamu tahu tentang dia dan kenapa kamu tidak menanyakan pada ibu saja mengenai dia” “ Aku tahu semuanya dan aku tidak mau membuat ibu sedih! Awalnya aku melihat koran bekas yang ada di rumah tante Ariana, dan aku melihat berita tentang ibu yang…. yang ….. yang… Daren langsung mendekap tubuh mungil Xaquil dengan hangat, dalam hatinya ia mengutuk perbuatan Sean dulu. Saat itu Daren hanya menurunkan berita mengenai El dan juga mencoba menghapusnya. Namun ia tidak menyangka jika masih ada yang tersisa
Daren langsung tersedak ludahnya saat mendengar permintaan gadis imut yang ada dalam gendongannya. Sedih saat melihat wajah Xhaqella yang tampak serius meminang dirinya untuk menjadi ayahnya. Terdengar lucu namun ia miris mendengarnya, segitu inginkah dia memiliki seorang ayah? Daren tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak memiliki seorang Ayah dalah hidupnya. Sejak kecil Daren selalu diberikan kasih sayang yang melimpah karena ia memang anak tunggal. Maka dari itu ia menganggap El sebagai adiknya. Sejak kedua orang tua El meninggal.“ Sayang, paman dan ibu tidak bisa menikah karena kami adik dan kakak, tapi kalian bisa menganggap paman Ayah jika kamu membutuhkan” ucap Daren kemudian memeluk Xhaqella dengan Erat. Ingin rasanya ia menanyakan apakah Xhaqella merindukan ayahnya, namun ia tidak sanggup mendengar jawaban gadis kecil ini.Anak kecil dalam dekapannya itu hanya mengangguk kemudian mengalungkan tangannya ke leher Daren.“ Terima kasih paman” ucapnya renyah.Sementara itu, ta